أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فَلْيَتَعَلَّمْ الْفَرَائِضَ فَإِنْ لَقِيَهُ أَعْرَابِيٌّ قَالَ يَا مُهَاجِرُ أَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَإِنْ قَالَ نَعَمْ قَالَ تَفْرِضُ فَإِنْ قَالَ نَعَمْ فَهُوَ زِيَادَةٌ وَخَيْرٌ وَإِنْ قَالَ لَا قَالَ فَمَا فَضْلُكَ عَلَيَّ يَا مُهَاجِرُ
Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Yusuf] dari [Sufyan] dari [Abu Ishaq] dari [Abu Ubaidah] dari [Abdullah] ia berkata; Barangsiapa membaca Al Qur`an, hendaklah ia mempelajari faraidl. Karena, jika ia bertemu dengan seorang Arab desa (badui), ia akan bertanya; Wahai muhajir (pendatang), apakah engkau membaca Al Qur`an? Jika ia menjawab; Ya, ia akan bertanya; Engkau mengerti faraidl? Jika ia menjawab; Ya, maka itu merupakan kelebihan dan kebaikan. Jika ia menjawab; Tidak, ia akan berkata; Engkau tidak lebih utama dariku, wahai muhajir (pendatang). ( HR.Sunan Darimi :
2734 )