Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 141

عن أَبي موسى - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ» قَالَ: أرأيتَ إنْ لَمْ يَجِدْ؟ قَالَ: «يَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ» قَالَ: أرأيتَ إن لَمْ يَسْتَطِعْ؟ قَالَ: «يُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ » قَالَ: أرأيتَ إنْ لَمْ يَسْتَطِعْ، قَالَ: «يَأمُرُ بِالمَعْرُوفِ أوِ الخَيْرِ». قَالَ: أرَأيْتَ إنْ لَمْ يَفْعَلْ؟ قَالَ: «يُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ، فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Musa r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Setiap orang Islam itu harus bersedekah." Abu Musa bertanya: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak menemukan sesuatu untuk disedekahkan?" Beliau menjawab: "Kalau tidak ada hendaklah ia bekerja dengan kedua tangannya, kemudian ia dapat memberikan kemanfaatan kepada dirinya sendiri, kemudian bersedekah." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memberikan pertolongan kepada orang yang menghajatkan bantuan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak dapat berbuat demikian?" Beliau menjawab: "Hendaklah ia memerintah dengan kebaikan atau kebaikan." Ia bertanya lagi: "Tahukah Tuan, bagaimanakah jikalau ia tidak kuasa berbuat demikian." Beliau menjawab: "Hendaklah ia menahan diri dari berbuat kejahatan, maka yang sedemikian itupun sebagai sedekah yang diberikan olehnya." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 141)
No Hadist 142

وعن عائشة رضي الله عنها: أنَّ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - دخل عَلَيْهَا وعِندها امرأةٌ، قَالَ: «مَنْ هذِهِ؟» قَالَتْ: هذِهِ فُلاَنَةٌ تَذْكُرُ مِنْ صَلاتِهَا. قَالَ: «مَهْ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ، فَواللهِ لاَ يَمَلُّ اللهُ حَتَّى تَمَلُّوا» وكَانَ أَحَبُّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَاوَمَ صَاحِبُهُ عَلَيهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br>وَ «مهْ»: كَلِمَةُ نَهْي وَزَجْر. ومَعْنَى «لاَ يَمَلُّ اللهُ»: لاَ يَقْطَعُ ثَوَابَهُ عَنْكُمْ وَجَزَاء أَعْمَالِكُمْ ويُعَامِلُكُمْ مُعَامَلةَ المَالِّ حَتَّى تَمَلُّوا فَتَتْرُكُوا، فَيَنْبَغِي لَكُمْ أَنْ تَأخُذُوا مَا تُطِيقُونَ الدَّوَامَ عَلَيهِ لَيدُومَ ثَوابُهُ لَكُمْ وَفَضْلُهُ عَلَيْكُمْ.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah ini?" Aisyah menjawab: "Ini adalah si Anu." Aisyah menyebutkan perihal shalatnya wanita tadi -yang sangat luar biasa tekunnya. Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan demikian, hendaklah engkau semua berbuat sesuai dengan kekuatanmu semua saja. Sebab demi Allah, Allah itu tidak bosan -memberi pahala- sehingga engkau semua bosan -melaksanakan amalan itu. Adalah cara melakukan agama yang paling dicintai oleh Allah itu ialah apa-apa yang dikekalkan melakukannya oleh orangnya itu -yakni tidak perlu banyak-banyak asalkan langsung terus -kontinyu-." [Muttafaq 'alaih]Mah adalah kata untuk melarang dan mencegah. Maknanya La yamallullahu, ialah Allah tidak bosan, maksudnya bahwa Allah tidak akan memutuskan pahalanya padamu semua atau balasan pada amalan-amalanmu itu ataupun memperlakukan engkau semua sebagai perlakuan orang yang sudah bosan. Hatta tamallu artinya sehingga engkau semua yang bosan lebih dulu, lalu amalan itu ditinggalkan. Oleh sebab itu seyogyanya engkau semua mengambil amalan itu sekuat tenagamu saja yang sekiranya akan tetap langsung dan kekal melakukannya agar pahalanya serta keutamaannya tetap atas dirimu semua. (HR.Riyadhus Shalihin : 142)
No Hadist 143

وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: جَاءَ ثَلاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أزْوَاجِ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - فَلَمَّا أُخْبِروا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا وَقَالُوا: أَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - وَقدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأخَّرَ. قَالَ أحدُهُم: أمَّا أنا فَأُصَلِّي اللَّيلَ أبدًا. وَقالَ الآخَرُ: وَأَنَا أصُومُ الدَّهْرَ أَبَدًا وَلا أُفْطِرُ. وَقالَ الآخر: وَأَنا أعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلاَ أتَزَوَّجُ أبَدًا. فجاء رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - إليهم، فَقَالَ: «أنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا؟ أَمَا واللهِ إنِّي لأخْشَاكُمْ للهِ، وَأَتْقَاكُمْ لَهُ، لَكِنِّي أصُومُ وَأُفْطِرُ، وأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّساءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah istri-istri Nabi s.a.w. menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi s.a.w. Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. s.a.w. itu. Mereka lalu berkata: "Ah, di manakah kita ini -maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan- dari Nabi s.a.w. sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian." Seorang dari mereka itu berkata: "Adapun saya ini, maka saya bershalat semalam suntuk selama-lamanya." Yang lainnya berkata: "Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka." Yang seorang lagi berkata: "Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya." Rasulullah s.a.w. kemudian mendatangi mereka lalu bersabda: "Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa -paling bertaqwa- diantara engkau semua kepada Allah dan tertakut -paling takut- kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bershalat tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku -sunnahku-, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 143)
No Hadist 144

وعن ابن مسعود - رضي الله عنه: أنّ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «هَلَكَ المُتَنَطِّعُونَ» قالها ثَلاثًا. رواه مسلم. «المُتَنَطِّعونَ»: المتعمقون المشددون في غير موضِعِ التشديدِ.

Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Binasalah orang-orang yang memperdalam-dalamkan -berlebih-lebihan-." Beliau s.a.w. menyabdakan ini sampai tiga kali banyaknya." (Riwayat Muslim]Almutanathtbi'un yaitu orang-orang yang memperdalam-dalamkan serta memperkeraskan sesuatu yang bukan pada tempatnya. (HR.Riyadhus Shalihin : 144)
No Hadist 145

عن أَبي هريرةَ - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنُ إلاَّ غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ». رواه البخاري.<br>وفي رواية لَهُ: «سَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَاغْدُوا وَرُوحُوا، وَشَيءٌ مِنَ الدُّلْجَةِ، القَصْدَ القَصْدَ تَبْلُغُوا». قوله: «الدِّينُ»: هُوَ مرفوع عَلَى مَا لَمْ يسم فاعله. وروي منصوبًا وروي «لن يشادَّ الدينَ أحدٌ». وقوله - صلى الله عليه وسلم: «إلا غَلَبَهُ»: أي غَلَبَهُ الدِّينُ وَعَجَزَ ذلِكَ المُشَادُّ عَنْ مُقَاوَمَةِ الدِّينِ لِكَثْرَةِ طُرُقِهِ. وَ «الغَدْوَةُ»: سير أولِ النهارِ. وَ «الرَّوْحَةُ»: آخِرُ النهارِ. وَ «الدُّلْجَةُ»: آخِرُ اللَّيلِ.<br>وهذا استعارة وتمثيل، ومعناه: اسْتَعِينُوا عَلَى طَاعَةِ اللهِ - عز وجل - بِالأَعْمَالِ في وَقْتِ نَشَاطِكُمْ وَفَرَاغِ قُلُوبِكُمْ بِحَيثُ تَسْتَلِذُّونَ العِبَادَةَ ولا تَسْأَمُونَ وتبلُغُونَ مَقْصُودَكُمْ، كَمَا أنَّ المُسَافِرَ الحَاذِقَ يَسيرُ في هذِهِ الأوْقَاتِ ويستريح هُوَ وَدَابَّتُهُ في غَيرِهَا فَيَصِلُ المَقْصُودَ بِغَيْرِ تَعَب، واللهُ أعلم.

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seorang melainkan agama itu akan mengalahkannya -yakni orang yang memperkeras-keraskan itu sendiri yang nantinya akan merasa tidak kuat meneruskannya. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah yang sederhana saja -jikalau tidak kuasa melakukan yang sesempurna-sempurnanya, bergembiralah -untuk memperoleh pahala, sekalipun sedikit, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu amalan itu, baik di waktu pergi pagi-pagi, sore-sore ataupun sebagian waktu malam." [Riwayat Bukhari]Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan: "Berlaku luruslah, lakukanlah yang sederhana, pergilah di waktu pagi, juga di waktu sore serta sebagian di waktu malam. Berbuatlah sederhana, tentu engkau semua akan sampai pula -pada tujuannya." Addin itu dirafa'kan karena merupakan maf'ulnya fi'il yang tidak disebutkan fa'ilnya. Ada pula yang mengatakan bahwa itu harus dinashabkan. Ada yang meriwayatkan dengan lafaz Lan yusyaddad dina ahadun, artinya tidak seorangpun yang hendak memperkeraskan agama tersebut. Sabda Rasulullah s.a.w. Illa ghalalabahu, artinya melainkan agama itu mengalahkannya, yakni bahwa agama tadi mengalahkan orang itu dan dengan sendirinya orang yang memperkeras-keraskan sendiri itu akhirnya akan lemah untuk menghadapi agama tersebut, sebab banyak jalan yang perlu ditempuhnya.Ghadwah ialah berpergian pada pagi hari dan Rawhah pada sore hari, sedang Adduljah ialah pada akhir malam. Ini semua adalah sebagai kata kiasan atau perumpamaan. Maksudnya ialah: Hendaklah engkau semua memohonkan pertolongan untuk melakukan ketaatan kepada Allah 'Azzawajalla itu dengan melakukan berbagai amalan di waktu engkau semua dalam keadaan bersemangat, serta hati dalam keadaan lapang, sehingga dengan demikian engkau semua akan merasa lezat melakukan ibadah tadi dan tidak akan merasa bosan, juga dengan itu apa yang dimaksudkan sudah pula tercapai. Ini adalah sebagaimana seorang yang pandai berpergian, ia tentu berangkat dalam keadaan semacam di atas itu dan ia beristirahat, baik dirinya maupun kendaraannya dalam waktu sudah lelah ataupun hati kurang enak. Dengan demikian dapat pula ia mencapai tujuannya tanpa kelelahan sama sekali. Wallahu a'lam. (HR.Riyadhus Shalihin : 145)
No Hadist 146

وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: دَخَلَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - المَسْجِدَ فَإِذَا حَبْلٌ مَمْدُودٌ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ، فَقَالَ: «مَا هَذَا الحَبْلُ؟» قالُوا: هَذَا حَبْلٌ لِزَيْنَبَ، فَإِذَا فَتَرَتْ تَعَلَّقَتْ بِهِ. فَقَالَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «حُلُّوهُ، لِيُصلِّ أَحَدُكُمْ نَشَاطَهُ فَإِذَا فَتَرَ فَلْيَرْقُدْ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. masuk ke dalam masjid, tiba-tiba tampak di situ ada seutas tali yang memanjang antara dua tiang. Beliau s.a.w. bertanya: "Tali apakah ini?" Orang-orang menjawab: "Ini adalah kepunyaan Zainab, jikalau ia sudah malas -lelah bershalat, ia menggantung di situ." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Lepaskan sajalah. Baiklah seorang itu melakukan shalat di waktu ia sedang bersemangat, maka jikalau ia telah merasa malas, baiklah ia tidur saja." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 146)
No Hadist 147

وعن عائشة رضي الله عنها: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّومُ، فإِنَّ أحَدَكُم إِذَا صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لا يَدْرِي لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang dari engkau semua mengantuk dan ia sedang bershalat, maka baiklah ia tidur dulu, sehingga hilanglah kantuk tidurnya. Sebab sesungguhnya seorang dari engkau semua itu jikalau bershalat sedang ia mengantuk, maka ia tidak tahu, barangkali ia memulai memohonkan pengampunan -kepada Allah, tetapi ia lalu mencaci maki dirinya sendiri." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 147)
No Hadist 148

وعن أَبي عبد الله جابر بن سمرة رضي الله عنهما، قَالَ: كُنْتُ أصَلِّي مَعَ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - الصَّلَوَاتِ، فَكَانتْ صَلاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا. رواه مسلم.<br>قوله: «قَصْدًا»: أي بين الطولِ والقِصرِ.

Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya pernah bershalat dengan Nabi s.a.w. beberapa shalatan, maka keadaan shalat beliau s.a.w. itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang pula." [Riwayat Muslim]Ucapan qashdan maksudnya antara panjang dan pendek, yakni sederhana. (HR.Riyadhus Shalihin : 148)
No Hadist 149

وعن أبي جُحَيْفَة وَهْب بنِ عبد اللهِ - رضي الله عنه - قَالَ: آخَى النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - بَيْنَ سَلْمَانَ وَأَبي الدَّرْداءِ، فَزارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرداءِ فَرَأى أُمَّ الدَّرداءِ مُتَبَذِّلَةً ، فَقَالَ: مَا شَأنُكِ؟ قَالَتْ: أخُوكَ أَبُو الدَّردَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ في الدُّنْيَا، فَجاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا، فَقَالَ لَهُ: كُلْ فَإِنِّي صَائِمٌ، قَالَ: مَا أنا بِآكِلٍ حَتَّى تَأكُلَ فأكل، فَلَمَّا كَانَ اللَّيلُ ذَهَبَ أَبُو الدَّردَاءِ يَقُومُ فَقَالَ لَهُ: نَمْ، فنام، ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ فَقَالَ لَهُ: نَمْ. فَلَمَّا كَانَ من آخِر اللَّيلِ قَالَ سَلْمَانُ: قُم الآن، فَصَلَّيَا جَمِيعًا فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ: إنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيكَ حَقًّا، وَلأَهْلِكَ عَلَيكَ حَقًّا، فَأعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، فَأَتَى النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - فَذَكَرَ ذلِكَ لَهُ فَقَالَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «صَدَقَ سَلْمَانُ». رواه البخاري.

Dari Abu Juhaifah yaitu Wahab bin Abdullah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mempersaudarakan antara Salman dan Abuddarda' -maksudnya keduanya disuruh berjanji untuk berlaku sebagai saudara." Salman pada suatu ketika berziarah ke Abuddarda', ia melihat Ummud Darda' -istri Abuddarda'- mengenakan pakaian yang serba kusut -yakni tidak berhias sama sekali, Salman bertanya padanya: "Mengapa saudari berkeadaan sedemikian ini?" Wanita itu menjawab: "Saudaramu yaitu Abuddarda' itu sudah tidak ada hajatnya lagi pada keduniaan -maksudnya: Sudah meninggalkan keduniaan, baik terhadap wanita atau lain-lain." Dalam riwayat Addaraquthni lafaz Fiddunyaa, diganti dengan lafaz Fi nisaid dunyaa, artinya tidak ada hajatnya lagi pada kaum wanita di dunia ini. Sementara itu dalam riwayat Ibnu Khuzaimah ditambah pula dengan kata-kata Yashuumun nahaar wa yaquumullail, artinya: Ia berpuasa pada siang harinya dan terus shalat pada malam harinya." Abuddarda' lalu datang, kemudian ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai Abuddarda' berkata kepada Salman: "Makanlah, karena saya berpuasa." Salman menjawab: "Saya tidak akan suka makan, sehingga engkaupun suka pula makan." Abuddarda' lalu makan. Setelah malam tiba, Abuddarda' mulai bangun. Salman berkata kepadanya: "Tidurlah!" Ia tidur lagi. Tidak lama kemudian bangun lagi dan Salman berkata pula: "Tidurlah!" Kemudian setelah tiba akhir malam, Salman lalu berkata pada Abuddarda': "Bangunlah sekarang!" Keduanya terus bershalat. Selanjutnya Salman lalu berkata: "Sesungguhnya untuk Tuhanmu itu ada hak atas dirimu, untuk dirimu sendiri juga ada hak atasmu, untuk keluargamupun ada hak atasmu. Maka berikanlah kepada setiap yang berhak itu akan haknya masing-masing." Abuddarda' -paginya- mendatangi Nabi s.a.w. kemudian menyebutkan peristiwa semalam itu, lalu Nabi s.a.w. bersabda: "Salman benar ucapannya." [Riwayat Bukhari] (HR.Riyadhus Shalihin : 149)
No Hadist 150

وعن أَبي محمد عبدِ اللهِ بنِ عَمْرو بن العاصِ رضي الله عنهما، قَالَ: أُخْبرَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - أنِّي أقُولُ: وَاللهِ لأَصُومَنَّ النَّهَارَ، وَلأَقُومَنَّ اللَّيلَ مَا عِشْتُ. فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «أنتَ الَّذِي تَقُولُ ذلِكَ؟» فَقُلْتُ لَهُ: قَدْ قُلْتُهُ بأبي أنْتَ وأمِّي يَا رسولَ الله. قَالَ: «فَإِنَّكَ لاَ تَسْتَطِيعُ ذلِكَ فَصُمْ وَأَفْطِرْ، وَنَمْ وَقُمْ، وَصُمْ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاثةَ أيَّامٍ، فإنَّ الحَسَنَةَ بِعَشْرِ أمْثَالِهَا وَذَلكَ مِثلُ صِيامِ الدَّهْرِ»، قُلْتُ: فَإِنِّي أُطيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ، قَالَ: «فَصُمْ يَومًا وَأَفْطِرْ يَوْمَيْنِ»، قُلْتُ: فَإنِّي أُطِيقُ أفضَلَ مِنْ ذلِكَ، قَالَ: «فَصُمْ يَومًا وَأفْطِرْ يَومًا فَذلِكَ صِيَامُ دَاوُد - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ أعْدَلُ الصيامِ».<br>وفي رواية: «هُوَ أفْضَلُ الصِّيامِ» فَقُلْتُ: فَإِنِّي أُطيقُ أفْضَلَ مِنْ ذلِكَ، فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لا أفضَلَ مِنْ ذلِكَ»، وَلأنْ أكُونَ قَبِلْتُ الثَّلاثَةَ الأَيّامِ الَّتي قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - أحَبُّ إليَّ مِنْ أهْلي وَمَالي. وفي رواية: «أَلَمْ أُخْبَرْ أنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وتَقُومُ اللَّيلَ؟» قُلْتُ: بَلَى، يَا رَسُول الله، قَالَ: «فَلاَ تَفْعَلْ: صُمْ وَأَفْطِرْ، وَنَمْ وَقُمْ؛ فإنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِعَيْنَيكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ في كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أيَّامٍ، فإنَّ لَكَ بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أمْثَالِهَا، فَإِنَّ ذلِكَ صِيَامُ الدَّهْر» فَشَدَّدْتُ فَشُدِّدَ عَلَيَّ، قُلْتُ: يَا رَسُول الله، إنِّي أجِدُ قُوَّةً، قَالَ: «صُمْ صِيَامَ نَبيِّ الله دَاوُد وَلاَ تَزد عَلَيهِ» قُلْتُ: وَمَا كَانَ صِيَامُ دَاوُد؟ قَالَ: «نِصْفُ الدَّهْرِ» فَكَانَ عَبدُ الله يقول بَعدَمَا كَبِرَ: يَا لَيتَنِي قَبِلْتُ رُخْصَة رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم.<br>وفي رواية: «أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ الدَّهرَ، وَتَقْرَأُ القُرآنَ كُلَّ لَيْلَة؟» فقلت: بَلَى، يَا رَسُول الله، وَلَمْ أُرِدْ بذلِكَ إلاَّ الخَيرَ، قَالَ: «فَصُمْ صَومَ نَبيِّ اللهِ دَاوُد، فَإنَّهُ كَانَ أعْبَدَ النَّاسِ، وَاقْرَأ القُرْآنَ في كُلِّ شَهْر»، قُلْتُ: يَا نَبيَّ اللهِ، إنِّي أُطِيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ؟ قَالَ: «فاقرأه في كل عشرين» قُلْتُ: يَا نبي الله، إني أطيق أفضل من ذلِكَ؟ قَالَ: «فَاقْرَأهُ في كُلِّ عَشْر» قُلْتُ: يَا نبي اللهِ، إنِّي أُطيقُ أَفْضَلَ مِنْ ذلِكَ؟ قَالَ: «فاقْرَأهُ في كُلِّ سَبْعٍ وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذلِكَ» فشدَّدْتُ فَشُدِّدَ عَلَيَّ وَقالَ لي النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم: «إنَّكَ لا تَدرِي لَعَلَّكَ يَطُولُ بِكَ عُمُرٌ» قَالَ: فَصِرْتُ إِلَى الَّذِي قَالَ لي النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم. فَلَمَّا كَبِرْتُ وَدِدْتُ أنِّي كُنْتُ قَبِلتُ رُخْصَةَ نَبيِّ الله - صلى الله عليه وسلم.<br>وفي رواية: «وَإِنَّ لِوَلَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا».<br>وفي رواية: «لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ» ثلاثًا.<br>وفي رواية: «أَحَبُّ الصِيَامِ إِلَى اللهِ تَعَالَى صِيَامُ دَاوُد، وَأَحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ تَعَالَى صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ ينام نصف الليل، ويقوم ثلثه، وينام سدسه، وكان يصوم يومًا ويفطر يومًا، وَلاَ يَفِرُّ إِذَا لاقَى».<br.وفي رواية قال: «أنْكَحَني أَبي امرَأةً ذَاتَ حَسَبٍ وَكَانَ يَتَعَاهَدُ كنَّتَهُ - أي: امْرَأَةَ وَلَدِهِ - فَيَسْأَلُهَا عَنْ بَعْلِهَا. فَتقُولُ لَهُ: نِعْمَ الرَّجُلُ مِنْ رَجُلٍ لَمْ يَطَأْ لَنَا فِرَاشًا، وَلَمْ يُفَتِّشْ لَنَا كَنَفًا مُنْذُ أتَيْنَاهُ. فَلَمَّا طَالَ ذلِكَ عَلَيهِ ذَكَرَ ذلك للنَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «القِنِي بِهِ» فَلَقيتُهُ بَعد ذلك، فَقَالَ: «كَيْفَ تَصُومُ؟» قُلْتُ: كُلَّ يَومٍ، قَالَ: «وَكَيْفَ تَخْتِمُ؟» قُلْتُ: كُلَّ لَيْلَةٍ، وَذَكَرَ نَحْوَ مَا سَبَقَ، وَكَانَ يَقْرَأُ عَلَى بَعْضِ أهْلِهِ السُّبُعَ الَّذِي يَقْرَؤُهُ، يَعْرِضُهُ مِنَ النَّهَارِ ليَكُونَ أخفّ عَلَيهِ باللَّيلِ، وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَتَقَوَّى أفْطَرَ أيَّامًا وَأحْصَى وَصَامَ مِثْلَهُنَّ كرَاهِيَةَ أَنْ يَترُكَ شَيئًا فَارَقَ عَلَيهِ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم.<br>كل هذِهِ الرواياتِ صحيحةٌ، مُعظمُها في الصحيحين، وقليل مِنْهَا في أحدِهِما.

Dari Abu Muhammad, yaitu Abdullah bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. diberitahu bahwasanya saya berkata: Demi Allah, sesungguhnya saya akan berpuasa pada pagi hari dan berdiri bershalat di waktu malam -maksudnya setiap hari, siangnya berpuasa dan malamnya bershalat sunnah, selama hidupku." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Apakah engkau yang berkata sedemikian itu?" Saya menjawab kepadanya: "Sungguh saya berkata demikian itu, bi-abi anta wa ummi -demi ayah dan ibuku-, ya Rasulullah." Beliau.bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak kuat melaksanakan itu, maka dari itu berpuasalah, berbukalah, tidurlah dan juga berdirilah -bershalat malam. Dalam sebulan itu berpuasalah tiga hari, sebab sesungguhnya kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi tiga hari sebulan itu sama dengan berpuasa setahun penuh." Saya berkata: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w, bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah dua hari." Saya berkata lagi: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu berpuasalah sehari dan berbukalah sehari pula. Yang sedemikian itu adalah puasanya Nabi Dawud a.s. dan inilah sesedang-sedangnya berpuasa." Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang sedemikian itu adalah seutama-utamanya berpuasa." Saya berkata pula: "Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Tidak ada yang lebih utama daripada puasa -seperti Nabi Dawud a.s. itu." Sebenamya andaikata saya menerima saja tiga hari yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. -pertama kali- itu adalah lebih kucintai daripada seluruh keluarga dan hartaku."Dalam riwayat lain disebutkan demikian: Nabi s.a.w. bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa pada siang hari dan bershalat sunnah setiap malamnya?" Saya menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Jangan mengerjakan seperti itu. Berpuasalah dan berbukalah, tidurlah dan bangunlah, karena sesungguhnya untuk tubuhmu itu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada haknya atas dirimu, istrimu juga ada hak atasmu, untuk tamumu pun ada hak atasmu. Sebenarnya sudah cukuplah jikalau untuk setiap bulan itu engkau berpuasa sebanyak tiga hari saja, sebab sesungguhnya setiap kebaikan itu diberi pahala dengan sepuluh kali lipatnya. Jadi berpuasa tiga hari setiap bulan itu sama halnya dengan berpuasa setahun penuh." Saya -maksudnya Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash- mengeras-ngeraskan sendiri lalu diperkeraskanlah atas diriku. Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya masih mempunyai kekuatan untuk lebih dari itu." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabiyullah Dawud dan jangan engkau tambahkan lagi dari itu -yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka." Saya bertanya: "Bagaimanakah berpuasanya Dawud a.s.?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ia berpuasa setengah tahun." Abdullah, setelah tuanya berkata: "Alangkah baiknya jikalau dahulu saya terima saja keringanan yang diberikan oleh Rasulullah s.a.w." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Bukankah saya telah diberitahu bahwasanya engkau berpuasa setahun penuh dan mengkhatamkan bacaan al-Quran sekali setiap malam?" Saya menjawab: "Benar demikian ya Rasulullah dan saya tidak menghendaki dengan amalan yang sedemikian itu melainkan mengharapkan kebaikan belaka." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Berpuasalah seperti puasanya Nabiyullah Dawud a.s., sebab sesungguhnya ia adalah setaattaat manusia perihal ibadahnya. Selain itu khatamkanlah bacaan al-Quran itu sekali dalam setiap bulan." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali setiap dua puluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, sebenarnya saya masih kuat yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu khatamkanlah itu sekali dalam setiap sepuluh hari." Saya berkata: "Ya Nabiyullah, saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Kalau begitu, khatamkan sajalah al-Quran itu sekali dalam seminggu dan jangan ditambah lagi -beratnya amalan tadi- lebih dari itu." jadi saya memperberatkan diri sendiri lalu diperberatkanlah amalan itu atas diriku. Nabi pada saat itu bersabda: "Sesungguhnya engkau tidak tahu, barangkali engkau akan diberi usia yang panjang." Maka jadilah saya sampai pada usia tua sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. Setelah saya berusia tua, saya ingin sekali kalau dahulunya saya menerima saja keringanan yang diberikan oleh Nabiyullah s.a.w.Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu."Juga dalam riwayat lain disebutkan: "Tidak dibenarkanlah seorang yang berpuasa terus sepanjang tahun." Ini disabdakan oleh beliau s.a.w. sampai tiga kali.Selain itu dalam riwayat lain disebutkan demikian: "Puasa yang amat tercinta di sisi Allah adalah puasanya Nabi Dawud, sedang shalat yang amat tercinta di sisi Allah juga shalatnya Nabi Dawud. Ia tidur separuh malam, lalu bangun -untuk bershalat malam- sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Ia tidak akan lari jikalau menemui -berhadapan dengan- musuhnya.Ada pula riwayat lain yang menyebutkan demikian: "Ia berkata: Ayahku mengawinkan saya dengan seorang wanita yang memiliki keturunan baik. Ayah membuat janji dengan menantunya -wanita itu- yakni istri anaknya, untuk menanyakan pada wanita perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, istrinya itu berkata: Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu, ia tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita -maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi istrinya- sejak kita datang padanya." Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda kepada ayahnya: "Pertemukanlah saya dengan lelaki itu." Saya menemui Nabi s.a.w. sesudah diadukan oleh ayahku itu, beliau s.a.w. bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau berpuasa?" Saya menjawab: "Saya berpuasa tiap hari." Beliau s.a.w. bertanya: "Bagaimanakah caranya engkau mengkhatamkan al-Quran?" Saya menjawab: "Setiap malam saya khatamkan sekali." Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana cerita yang sebelumnya. Ia menghabiskan sebagian bacaan al-Quran itu atas istrinya sebanyak sepertujuh bagian, yang dibacanya itu dirampungkannya di waktu siang agar lebih ringan untuk apa yang akan dibacanya di waktu malamnya. Jikalau ia hendak memperkuatkan dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian berpuasa sebanyak hari di atas itu pula. Sebabnya ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi s.a.w.Semua riwayat di atas adalah shahih, sebagian besar dari shahih Bukhari dan shahih Muslim dan hanya sedikit saja yang tertera dalam salah satu kedua kitab shahih itu -yakni Bukhari dan Muslim saja. (HR.Riyadhus Shalihin : 150)