Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 71

عن ابن مسعودٍ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يقول: «اللَّهُمَّ إنِّي أَسألُكَ الهُدَى، وَالتُّقَى، وَالعَفَافَ، وَالغِنَى ». رواه مسلم.

Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Ya Allah, sesungguhnya saya memohonkan padaMu akan petunjuk, ketaqwaan, menahan diri dari apa-apa yang tidak diperkenankan serta kekayaan hati." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 71)
No Hadist 72

عن أبي طريفٍ عدِيِّ بن حاتمٍ الطائيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: سمعتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ ثُمَّ رَأَى أتْقَى للهِ مِنْهَا فَليَأْتِ التَّقْوَى». رواه مسلم.

Dari Abu Tharif, yaitu 'Adi bin Hatim Aththa'i r.a., katanya; "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang bersumpah atas sesuatu persumpahan, kemudian ia mengetahui hal yang keadaannya lebih menjurus kepada ketaqwaan terhadap Allah daripada persumpahan yang dilakukannya tadi, maka hendaklah mendatangi -memilih- ketaqwaan itu saja." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 72)
No Hadist 73

عن أبي أُمَامَةَ صُدَيّ بنِ عجلانَ الباهِلِيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يَخْطُبُ في حجةِ الوداعِ، فَقَالَ: «اتَّقُوا اللهَ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيعُوا أُمَرَاءَكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ». رواه الترمذي، في آخر كتابِ الصلاةِ، وَقالَ: «حديث حسن صحيح».

Dari Abu Umamah yaitu Shuday bin 'Ajlan al-Bahili r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. berkhutbah dalam haji wada' -haji terakhir bagi beliau s.a.w. sebagai mohon diri, kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah, kerjakanlah shalat lima waktumu, lakukanlah Puasa dalam bulanmu -Ramadhan, tunaikanlah zakat harta-hartamu dan taatilah pemegang-pemegang pemerintahanmu, maka engkau semua akan dapat memasuki syurga Tuhanmu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam akhir kitab bab shalat dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. (HR.Riyadhus Shalihin : 73)
No Hadist 74

عَن ابْن عَبَّاسٍ رضي اللَّهُ عنهما قال : قال رسولُ اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم : « عُرضَت عليَّ الأمَمُ ، فَرَأيْت النَّبِيَّ وَمعَه الرُّهيْطُ والنَّبِيَّ ومَعهُ الرَّجُل وَالرَّجُلانِ ، وَالنَّبِيَّ وليْسَ مَعهُ أحدٌ إذ رُفِعَ لِى سوادٌ عظيمٌ فظننتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي ، فَقِيلَ لِى: هذا موسى وقومه ولكن انظر إلى الأفق فإذا سواد عظيم فقيل لى انظر إلى الأفق الآخر فإذا سواد عظيم فقيل لي : هَذه أُمَّتُكَ ، ومعَهُمْ سبْعُونَ أَلْفاً يَدْخُلُونَ الْجَنَّة بِغَيْرِ حِسَابٍ ولا عَذَابٍ » ثُمَّ نَهَض فَدَخَلَ منْزِلَهُ ، فَخَاض النَّاسُ في أُولَئِكَ الَّذينَ يدْخُلُون الْجنَّةَ بِغَيْرِ حسابٍ وَلا عذابٍ ، فَقَالَ بعْضهُمْ : فَلَعَلَّهُمْ الَّذينَ صَحِبُوا رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، وقَال بعْضهُم : فَلعَلَّهُمْ الَّذينَ وُلِدُوا في الإسْلامِ ، فَلَمْ يُشْرِكُوا باللَّه شيئاً وذَكَروا أشْياء فَخرجَ عَلَيْهمْ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَقَالَ : « مَا الَّذي تَخُوضونَ فِيهِ ؟ » فَأخْبَرُوهُ فَقَالَ : « هُمْ الَّذِينَ لا يرقُونَ، وَلا يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطيَّرُون ، وَعَلَى ربِّهمْ يتَوكَّلُونَ » فقَامَ عُكَّاشةُ بنُ مُحْصِن فَقَالَ : ادْعُ اللَّه أنْ يجْعَلَني مِنْهُمْ ، فَقَالَ : « أنْت مِنْهُمْ » ثُمَّ قَام رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ : ادْعُ اللَّه أنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فقال : «سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ » متفقٌ عليه .<br>>« الرُّهَيْطُ بِضمِّ الرَّاء : تَصغيرِ رَهْط ، وهُم دُونَ عشرةِ أنْفُس . « والأفُقُ » : النَّاحِيةُ والْجانِب . « وعُكاشَةُ » بِضَمِّ الْعيْن وتَشْديد الْكافِ وَبِتَخْفيفها ، والتَّشْديدُ أفْصحُ .

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Dipertontonkanlah padaku berbagai umat, maka saya melihat ada seorang Nabi dan besertanya adalah sekelompok manusia kecil -antara tiga orang sampai sepuluh, ada pula Nabi dan besertanya adalah seorang lelaki atau dua orang saja, bahkan ada pula seorang Nabi yang tidak disertai seorangpun. Tiba-tiba diperlihatkanlah padaku suatu gerombolan manusia yang besar, lalu saya mengira bahwa mereka itulah umatku. Lalu dikatakanlah padaku: “Ini adalah Musa dengan kaumnya. Tetapi lihatlah ke ufuk – sesuatu sudut.” Kemudian sayapun melihatnya, lalu saya lihatlah dan tiba-tiba tampaklah di situ suatu gerombolan umat yang besar juga. Selanjutnya dikatakan pula kepadaku: “Kini lihatlah pula ke ufuk yang lain lagi itu.” Tiba-tiba di situ terdapatlah suatu kelompok yang besar pula, lalu dikatakanlah padaku: “Inilah umatmu dan beserta mereka itu ada sejumlah tujuh puluh ribu orang yang dapat memasuki syurga tanpa dihisab dan tidak terkena siksa.” Kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bangun dan terus memasuki rumahnya. Orang-orang banyak sama bercakap-cakap mengenai para manusia yang memasuki syurga tanpa dihisab dan tanpa disiksa itu. Sebagian dari sahabat itu ada yang berkata: “Barangkali mereka itu ialah orang-orang yang telah menjadi sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam” Sebagian lagi berkata: “Barangkali mereka itu ialah orang-orang yang dilahirkan di zaman sudah munculnya agama Islam, kemudian tidak pernah mempersekutukan sesuatu dengan Allah.” Banyak lagi sebutan -percakapan-percakapan- mengenai itu yang mereka kemukakan. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam lalu keluar menemui mereka kemudian bertanya: “Apakah yang sedang engkau semua percakapkan itu.” Para sahabat memberitahukan hal itu kepada beliau. Selanjutnya beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Orang-orang yang memasuki syurga tanpa hisab dan siksa itu ialah mereka yang tidak pernah memberi mantera-mantera, tidak meminta mantera-mantera dari orang lain -karena sangatnya bertawakkal kepada Allah, tidak pula merasa akan memperoleh bahaya karena adanya burung-burung -atau adanya hal yang lain-lain atau ringkasnya meyakini guhon tuhon atau khurafat yang sesat- dan pula sama bertawakkal kepada Tuhannya.” ‘Ukkasyah bin Mihshan al-Asadi, kemudian berkata: “Doakanlah saya -ya Rasulullah- kepada Allah supaya Allah menjadikan saya termasuk golongan mereka itu -tanpa hisab dan siksa dapat memasuki syurga.” Beliau shalallahu alaihi wasalam lalu bersabda: “Engkau termasuk golongan mereka.” Selanjutnya ada pula orang lain yang berdiri lalu berkata: “Doakanlah saya kepada Allah supaya saya oleh Allah dijadikan termasuk golongan mereka itu pula.” Kemudian beliau bersabda: “Permohonan seperti itu telah didahului oleh ‘Ukkasyah.” [Muttafaq ‘alaih].Lafaz ‘Ukkasyah dengan mendhammahkan ‘ain serta mensyaddahkan kafnya, tetapi boleh pula kafnya itu diringankan, yakni tidak disyaddahkan lalu dibaca ‘Ukasyah. Namun begitu, dengan mensyaddahkan kafnya adalah lebih fasih. (HR.Riyadhus Shalihin : 74)
No Hadist 75

عَنْ ابْن عبَّاس رضي اللَّه عنهما أيْضاً أَنَّ رسول اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كانَ يقُولُ : «اللَّهُم لَكَ أسْلَمْتُ وبِكَ آمنْتُ ، وعليكَ توَكَّلْتُ ، وإلَيكَ أنَبْتُ ، وبِكَ خاصَمْتُ . اللَّهمَّ أعُوذُ بِعِزَّتِكَ ، لا إلَه إلاَّ أنْتَ أنْ تُضِلَّنِي أنْت الْحيُّ الَّذي لا تمُوتُ ، وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يمُوتُونَ» متفقٌ عليه

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma juga bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda -dalam berdoa: “Ya Allah, kepadaMulah saya menyerahkan diri, denganMu saya beriman, atasMu saya bertawakkal, ke hadhiratMu saya bertaubat, denganMu saya berbantah -menghadapi musuh-musuh agama. Ya Allah, saya mohon perlindungan dengan kemuliaanMu, tiada Tuhan melainkan Engkau, kalau sampai Engkau menyesatkan diriku. Engkau Maha Hidup yang tidak akan mati, sedangkan semua jin dan manusia pasti mati.” [Muttafaq ‘alaih]. Hadits di atas itu menurut lafaz Imam Muslim dan diringkaskan dalam lafaz Imam Bukhari. (HR.Riyadhus Shalihin : 75)
No Hadist 76

عن ابْنِ عَبَّاس رضي اللَّه عنهما أيضاً قال : «حسْبُنَا اللَّهُ ونِعْمَ الْوكِيلُ قَالَهَا إبْراهِيمُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حينَ أُلْقِى في النَّارِ ، وَقالهَا مُحمَّدٌ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حيِنَ قَالُوا: «إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إيماناً وقَالُوا : حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوكِيلُ » رواه البخارى.<br>وفي رواية له عن ابْنِ عَبَّاسٍ رضي اللَّه عنهما قال : « كَانَ آخِرَ قَوْل إبْراهِيمَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم حِينَ ألْقِي في النَّارِ « حسْبي اللَّهُ وَنِعمَ الْوَكِيلُ » .

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma pula, katanya: “Lafaz: Hasbunallah wa ni’mal wakil, artinya: Cukuplah Allah itu sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baiknya yang diserahi, itu pernah diucapkan oleh Ibrahim alaihis salam ketika beliau dilemparkan ke dalam api, juga pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam ketika orang-orang sama berkata: “Sesungguhnya orang-orang banyak telah berkumpul -bersatu padu- untuk memerangi engkau, maka takutilah mereka itu,” tetapi ucapan sedemikian itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang beriman melainkan keimanan belaka dan mereka berkata: Hasbunallah wa ni’mal wakil. [Riwayat Bukhari].Dalam riwayat Bukhari pula dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma disebutkan: Ucapan Nabi Ibrahim yang terakhir sekali ketika beliau dilemparkan ke dalam api yaitu: Hasbiallah wa ni’mal wakil artinya: “Cukuplah Allah itu sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baiknya yang diserahi.” (HR.Riyadhus Shalihin : 76)
No Hadist 77

عَن أبي هُرَيْرةَ رضي اللَّه عنه عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أقْوَامٌ أفْئِدتُهُمْ مِثْلُ أفئدة الطَّيْرِ » رواه مسلم <br>قيل معْنَاهُ مُتوَكِّلُون ، وقِيلَ قُلُوبُهُمْ رقِيقةٌ .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shalallahu alaihi wasalam, sabdanya: “Masuklah ke dalam syurga itu para kaum yang hatinya seperti hati burung.” [Riwayat Muslim]Artinya kata-kata di atas itu disebutkan: Bahwasanya mereka itu sama bertawakkal. Juga dapat diartikan: bahwasanya hati mereka itu lemah lembut. (HR.Riyadhus Shalihin : 77)
No Hadist 78

عنْ جَابِرٍ رضي اللَّهُ عنه أَنَّهُ غَزَا مَعَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قِبَلَ نَجْدٍ فَلَمَّا قَفَل رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَفَل مَعهُمْ ، فأدْركتْهُمُ الْقائِلَةُ في وادٍ كَثِيرِ الْعضَاهِ ، فَنَزَلَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، وتَفَرَّقَ النَّاسُ يسْتظلُّونَ بالشجر ، ونَزَلَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم تَحْتَ سمُرَةٍ ، فَعَلَّقَ بِهَا سيْفَه ، ونِمْنَا نوْمةً ، فإذا رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يدْعونَا ، وإِذَا عِنْدَهُ أعْرابِيُّ فقَالَ : « إنَّ هَذَا اخْتَرَطَ عَلَيَّ سيْفي وأَنَا نَائِمٌ ، فاسْتيقَظتُ وَهُو في يدِهِ صَلْتاً ، قالَ : مَنْ يَمْنَعُكَ منِّي ؟ قُلْتُ : اللَّه ثَلاثاً » وَلَمْ يُعاقِبْهُ وَجَلَسَ . متفقٌ عليه .<br>وفي رواية : قَالَ جابِرٌ : كُنَّا مع رسول اللِّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بذاتِ الرِّقاعِ ، فإذَا أتينا على شَجرةٍ ظليلة تركْنَاهَا لرسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم ، فَجاء رجُلٌ من الْمُشْرِكِين ، وسيف رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مُعَلَّقٌ بالشَّجرةِ ، فاخْترطهُ فقال : تَخَافُنِي ؟ قَالَ : « لا » قَالَ : فمَنْ يمْنَعُكَ مِنِّي ؟ قال: «اللَّه».<br>وفي رواية أبي بكرٍ الإِسماعيلي في صحيحِهِ : قال منْ يمْنعُكَ مِنِّي ؟ قَالَ : « اللَّهُ » قال: فسقَطَ السَّيْفُ مِنْ يدِهِ ، فأخذ رسَول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم السَّيْفَ فَقال : « منْ يمنعُكَ مِنِّي ؟ » فَقال : كُن خَيْرَ آخِذٍ ، فَقَالَ : « تَشهدُ أنْ لا إلَه إلا اللَّهُ ، وأنِّي رسولُ اللَّه ؟ » قال : لا، ولكِنِّي أعاهِدُك أن لا أقَاتِلَكَ ، ولا أكُونَ مع قوم يقاتلونك ، فَخلَّى سبِيلهُ ، فَأتى أصحابَه فقَالَ : جِئتكُمْ مِنْ عِندِ خيرِ النَّاسِ .<br>قَولُهُ : « قَفَل » أيْ : رجع . و « الْعِضَاهُ » الشَّجر الذي لَه شَوْك . و «السَّمُرةُ » بِفَتْحِ السينِ وضمِّ الْميمِ : الشَّجَرةُ مِن الطَّلْحِ ، وهِي الْعِظَام منْ شَجرِ الْعِضاهِ . و « اخْترطَ السَّيْف » أي : سلَّهُ وهُو في يدِهِ . « صلتاً » أيْ : مسْلُولاً ، وهُو بِفْتح الصادِ وضمِّها .

Dari Jabir radhiyallahu anhu bahwasanya ia berperang bersama Nabi shalallahu alaihi wasalam di daerah dekat Najad -yakni perang Dzatur Riqa’. Setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasalam kembali -dari perjalanannya- iapun kembali pula beserta mereka, kemudian mereka sama memperoleh tidur siang dalam suatu lembah yang banyak pohon durinya. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam turun dan orang-orang lainpun sama berteduh di bawah pohon. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam itu turun di bawah pohon samurah kemudian menggantungkan pedangnya di situ. Kita semua tidur, tiba-tiba Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memanggil-manggil kita dan di sisinya ada seorang A’rab -orang Arab dari pegunungan, lalu beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Orang ini telah mengacungkan pedangku padaku, sedang saya tidur tadi, kemudian saya bangun, sedangkan pedang itu terhunus di tangannya, ia berkata: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini?” Saya menjawab: “Allah” sampai tiga kali. Tetapi beliau shalallahu alaihi wasalam tidak menghukum orang -yang akan membunuhnya- tadi dan beliaupun duduklah. [Muttafaq ‘alaih].Dalam sebuah riwayat lagi disebutkan: Jabir berkata: “Kita semua bersama-sama Rasulullah shalallahu alaihi wasalam dalam peperangan Dzatur Riqa’, kemudian datanglah kita pada pohon yang rindang -nyaman digunakan sebagai tempat berteduh- pohon itu kita biarkan untuk digunakan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, kemudian datanglah seorang lelaki dari golongan kaum musyrikin sedangkan pedang Rasulullah shalallahu alaihi wasalam digantungkan pada pohon tersebut. Orang itu menghunus pedangnya lalu berkata: “Adakah engkau takut padaku?” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Tidak.” Orang itu berkata lagi: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini.” Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Allah.”Disebutkan pula dalam riwayat lainnya lagi yaitu riwayat Abu Bakar al-Isma’ili dalam kitab shahihnya demikian: Orang itu berkata: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari perbuatanku ini.” Beliau shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Allah,” kemudian jatuhlah pedang itu dari tangannya. Selanjutnya pedang itu diambil oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, lalu bersabda: “Siapakah yang dapat menghalang-halangi engkau dari padaku ini?” Orang tadi berkata: “Jadilah engkau -hai Muhammad- sebaik-baiknya orang yang dimintai perlindungan.” Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda pula: “Sukakah engkau menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya ini utusan Allah?” Ia menjawab: “Tidak suka aku demikian, tetapi saya berjanji padamu bahwa saya tidak akan memerangi lagi padamu dan tidak pula akan menyertai kaum yang memerangi engkau.” Oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasalam orang tersebut dilepaskan jalannya -dibebaskan, kemudian ia mendatangi sahabat-sahabatnya lalu berkata: “Saya telah datang padamu sekalian ini dari sisi sebaik-baik manusia -yang dimaksud ialah baru datang dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam Sabda Nabi shalallahu alaihi wasalam: Ikhtarathas saifa, artinya mengacungkan pedang dalam keadaan terhunus dan Wa huwa fi yadihi shaltan, artinya: pedang itu di tangannya sudah terhunus. Lafaz shaltan itu boleh difathahkan shadnya dan boleh pula didhammahkan. (HR.Riyadhus Shalihin : 78)
No Hadist 79

عنْ عمرَ رضي اللَّهُ عنه قال : سمعْتُ رسولَ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ: « لَوْ أنَّكم تتوكَّلونَ على اللَّهِ حقَّ تَوكُّلِهِ لرزَقكُم كَما يرزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِماصاً وترُوحُ بِطَاناً» رواه الترمذي ، وقال : حديثٌ حسنٌ .<br>معْناهُ تَذْهَبُ أوَّلَ النَّهَارِ خِماصاً : أي ضَامِرةَ الْبُطونِ مِنَ الْجُوعِ ، وترْجِعُ آخِرَ النَّهَارِ بِطَاناً : أيْ مُمْتَلِئةَ الْبُطُونِ .

Dari Umar radhiyallahu anhu, katanya: “Saya mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Andaikata engkau sekalian itu suka bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, sesungguhnya Dia akan memberikan rezeki padamu sekalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan sore-sore kembali dengan perut penuh berisi.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.Adapun makna hadits itu ialah bahwa burung-burung itu pada permulaan hari siang, yakni mulai pagi harinya sama pergi dalam keadaan khimash, artinya kosong perutnya, sebab lapar, sedangkan pada akhir siang, yakni pada sore harinya sama kembali dalam keadaan bithaan, artinya perutnya penuh sebab kenyang. Inilah tanda tawakkalnya burung pada Allah. (HR.Riyadhus Shalihin : 79)
No Hadist 80

عن أبي عِمَارةَ الْبراءِ بْنِ عازِبٍ رضي اللَّه عنهما قال : قال رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يا فُلان إذَا أَويْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَقُل : اللَّهمَّ أسْلَمْتُ نفْسي إلَيْكَ ، ووجَّهْتُ وجْهِي إِلَيْكَ ، وفَوَّضْتُ أمري إِلَيْكَ ، وألْجأْتُ ظهْرِي إلَيْكَ . رغْبَة ورهْبةً إلَيْكَ ، لا ملجَأَ ولا منْجى مِنْكَ إلاَّ إلَيْكَ ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذي أنْزَلْتَ، وبنبيِّك الَّذي أرْسلتَ ، فَإِنَّكَ إنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مِتَّ عَلَى الْفِطْرَةِ ، وإنْ أصْبحْتَ أصَبْتَ خيْراً » متفقٌ عليه .<br>وفي رواية في الصَّحيحين عن الْبرَاء قال : قال لي رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إذَا أتَيْتَ مضجعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ للصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأيْمَنِ وقُلْ : وذَكَر نحْوَه ثُمَّ قَالَ وَاجْعَلْهُنَّ آخرَ ما تَقُولُ »

Dari Abu ‘Umarah, yaitu Albara’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Hai Fulan, jikalau engkau bertempat di tempat tidurmu -maksudnya jikalau hendak tidur- maka katakanlah -doa yang artinya: “Ya Allah, saya menyerahkan diriku padaMu, saya menghadapkan mukaku padaMu, saya menyerahkan urusanku padaMu, saya menempatkan punggungku padaMu, karena loba -berharap- akan pahalaMu dan takut siksaMu, tiada tempat bersembunyi dan tiada pula tempat keselamatan kecuali kepadaMu. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan serta kepada Nabi yang Engkau rasulkan -utuskan-.” Sesungguhnya engkau -hai Fulan, jikalau engkau mati pada malam harimu itu, maka engkau akan mati menetapi kefithrahan -agama Islam- dan jikalau engkau masih dapat berpagi-pagi, -masih tetap hidup sampai pagi harinya-, maka engkau dapat memperoleh kebaikan.” [Muttafaq ‘alaih].>Disebutkan pula dalam kedua kitab shahih -Bukhari dan Muslim-, dari Albara’, katanya: “Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda kepada-ku: “Jikalau engkau mendatangi tempat pembaringanmu -maksudnya hendak tidur, maka berwudhu’lah sebagaimana berwudhu’mu untuk bershalat, kemudian berbaringlah atas lambung kananmu, kemudian ucapkanlah…….” Lalu diuraikannya sebagaimana yang tertera di atas, selanjutnya pada penutupnya Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Jadikanlah ucapan tersebut di atas itu sebagai penghabisan sesuatu yang engkau ucapkan -maksudnya sehabis berdoa di atas, jangan lagi berkata yang lain-lain.” (HR.Riyadhus Shalihin : 80)