Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 251

251 - باب فضل الدعاء بظهر الغيب قَالَ تَعَالَى: {والَّذِينَ جَاءوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ولإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بالإيمَانِ} [الحشر:10]، وقال تَعَالَى: {واسْتَغْفِرْ لِذنْبِكَ وَلِلْمُؤمِنِينَ والمؤْمِنَاتِ} [محمد:19]، وقال تَعَالَى إخْبَارًا عَن إبْرَاهِيمَ - صلى الله عليه وسلم: {رَبَّنا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤمِنِينَ يَومَ يَقُومُ الحِسَابُ} [إبراهيم: 41].<br>1494 - وعن أَبي الدرداء - رضي الله عنه: أنَّه سَمِعَ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلمٍ يدعُو لأَخِيهِ بِظَهْرِ الغَيْبِ إِلاَّ قَالَ المَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ». رواه مسلم. 1495 - وعنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يقول: «دَعْوَةُ المَرْءِ المُسْلِمِ لأَخيهِ بِظَهْرِ الغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ المَلَكُ المُوَكَّلُ بِهِ: آمِينَ، وَلَكَ بِمِثْلٍ». رواه مسلم.

Bab 251. Keutamaan Berdoa Di Luar Adanya Orang Yang Didoakan -Yakni Orang Yang Di Doakan Tidak Mengetahui Bahwa Ia Di Doakan Olehnya-&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan orang-orang yang datang sesudah mereka sama berkata: &quot;Ya Tuhan kita, berikanlah pengampunan kepada kita dan kepada saudara-saudara kita yang telah mendahului kita dengan membawa keimanan.&quot; (al-Hasyr: 10)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.&quot; (Muhammad: 19) &nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman dalam memberitahukan perihal Ibrahim a.s.: &quot;Wahai Tuhan kita, berikanlah pengampunan untukku dan kedua orangtuaku, juga kepada sekalian orang-orang yang beriman pada hari berdirinya hisab -yakni hari kiamat-.&quot; (Ibrahim: 41) &nbsp;1491. Dari Abuddarda' r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tiada seorang hambapun yang Muslim yang berdoa untuk saudaranya yang tidak ada -yakni yang waktu itu tidak ada di sisinya-, melainkan malaikat akan berkata: &quot;Engkau juga memperoleh sebagaimana yang engkau doakan itu.&quot; (Riwayat Muslim) &nbsp;1492. Dari Abuddarda' r.a. pula, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Doa seorang Muslim kepada saudaranya di luar adanya yang didoakan itu adalah mustajab -yakni dikabulkan-. Di sisi kepalanya ada malaikat yang diserahi untuk itu. Setiap ia berdoa untuk saudaranya itu dengan kebaikan, maka malaikat yang diserahi itu berkata: Amin -semoga Allah mengabulkan doamu it - dan engkaupun memperoleh sebagaimana yang engkau doakan itu.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 251)
No Hadist 252

252 - باب في مسائل من الدعاء 1496 - وعن أسَامة بن زيد رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ، فَقَالَ لِفاعِلهِ: جَزَاكَ اللهُ خَيرًا، فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». 1497 - وعن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ؛ وَلاَ تَدعُوا عَلَى أوْلادِكُمْ، وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أموَالِكُمْ، لا تُوافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسألُ فِيهَا عَطَاءً فَيَسْتَجِيبَ لَكُمْ». رواه مسلم. 1498 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أقْرَبُ مَا يكونُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ، فَأكْثِرُوا الدُّعَاءَ». رواه مسلم. 1499 - وعنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ: يقُولُ: قَدْ دَعْوتُ رَبِّي، فَلَمْ يسْتَجب لِي» متفق عَلَيْهِ. وفي روايةٍ لمسلمٍ: «لا يَزالُ يُسْتَجَابُ لِلعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بإثْمٍ، أَوْ قَطيعَةِ رحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ» قيل: يَا رسولَ اللهِ مَا الاستعجال؟ قَالَ: «يقول: قَدْ دَعوْتُ، وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أرَ يسْتَجِبُ لي، فَيَسْتحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ ». 1500 - وعن أَبي أمامة - رضي الله عنه - قَالَ: قيل لِرسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: أيُّ الدُّعاءِ أَسْمَعُ؟ قَالَ: «جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَواتِ المَكْتُوباتِ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 1501 - وعن عُبَادَةَ بنِ الصامت - رضي الله عنه: أنَّ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَا عَلَى الأرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو الله تَعَالَى بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللهُ إيَّاها، أَوْ صَرفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا، مَا لَمْ يَدْعُ بإثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ»، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَومِ: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: «اللهُ أكْثَرُ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». ورواه الحاكم من روايةِ أَبي سعيدٍ وزاد فِيهِ: «أَوْ يَدخِرَ لَهُ مِن الأَجْرِ مثْلَها» . 1502 - وعن ابنِ عباس رضي الله عنهما: أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يقولُ عِنْدَ الكَرْبِ: «لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ العَظِيمُ الحَليمُ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظيمِ، لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاواتِ، وَرَبُّ الأَرْضِ، وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ» متفق عَلَيْهِ.

Bab 252. Beberapa Masalah Perihal Doa&nbsp;&nbsp;1493. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang diberi sesuatu kebaikan -seperti pemberian dan lain-lain- oleh orang lain, lalu ia mengucapkan kepada orang yang melakukannya itu: &quot;Jazakallahu khairan&quot; -Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepadamu-, maka benar-benar ia telah mempersangatkan pujiannya itu -maksudnya hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya-.&quot; Diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.&nbsp;1494. Dari Jabir r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau semua berdoa untuk bahayanya diri sendiri, janganlah pula berdoa untuk bahayanya anak-anakmu semua dan jangan pula berdoa untuk bahayanya harta-hartamu semua -yakni mendoakan supaya diri sendiri, anak atau hartanya itu mendapat bahaya atau kecelakaan-, sebab tiada mencocoki doa-doa itu akan sesuatu saat yang di waktu itu Allah akan dimintai untuk mengabulkannya, maka Allah pasti mengabulkan doamu tersebut,&quot; -yakni apabila diucapkannya doa itu tepat pada waktu yang mustajab, maka dikhawatirkan bahwa doa-doa untuk memohonkan bahaya dan kecelakaan tadi akan benar-benar terlaksana-. (Riwayat Muslim) &nbsp;1495. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sedekat-dekat seorang hamba itu dari Tuhannya ialah dalam keadaan ia bersujud, maka dari itu perbanyakkanlah berdoa -ketika bersujud itu-.&quot; (Riwayat Muslim) &nbsp;1496. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Akan dikabulkanlah sesuatu doa bagi seorang diantara engkau semua, selama ia tidak tergesa-gesa, lalu ia mengucapkan: &quot;Saya sungguh-sungguh telah berdoa kepada Tuhanku, Tuhan tidak suka mengabulkan permohonanku itu.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Tidak henti-hentinya sesuatu doa bagi seorang hamba itu akan dikabulkan, selama ia tidak berdoa untuk terjadinya sesuatu dosa atau untuk pemisahan kekeluargaan dan selama ia tidak tergesa-gesa.&quot; Beliau s.a.w. ditanya: &quot;Ya Rasulullah, bagaimanakah artinya tergesa-gesa itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Yaitu jikalau orang itu berkata: &quot;Sungguh-sungguh saya telah berdoa dan benar-benar saya sudah memohonkan, tetapi saya tidak mengetahui -tidak meyakinkan- bahwa Tuhan akan mengabulkannya,&quot; selanjutnya orang itu lalu merasa menyesal di saat itu dan akhirnya meninggalkan berdoa.&quot; &nbsp;1497. Dari Abu Umamah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. ditanya: &quot;Manakah doa yang lebih pasti untuk didengar itu -lalu dikabulkan-?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Yaitu di tengah malam yang terakhir dan sehabis shalat-shalat yang diwajibkan.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. &nbsp;1498. Dari 'Ubadah bin as-Shamit r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: &quot;Tiada di atas bumi ini seorang Muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan sesuatu permohonan, melainkan Allah pasti akan memberikan itu padanya, ataupun akan memalingkan dari dirinya dari keburukan yang seumpama dengan itu, selama ia tidak berdoa untuk terlaksananya sesuatu dosa atau untuk pemisahan kekeluargaan.&quot; Kemudian ada seorang lelaki dari golongan kaum berkata: &quot;Jikalau demikian, kita akan memperbanyakkan permohonan -yang baik-baik- itu, bagaimanakah?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Allah adalah Maha Lebih Banyak karunianya -untuk mengabulkan permohonan yang banyak tadi-.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Juga diriwayatkan oleh Imam Hakim dari riwayat Abu Sa'id dan di situ ditambahkan sabda Nabi s.a.w.: &quot;Atau orang yang berdoa itu menabung pahala seumpama dengan doanya itu untuk dirinya sendiri.&quot; &nbsp;1499. Dari Ibu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu ketika ditimpa oleh kesempitan -yakni di waktu hati kesal dan ingin marah-, Beliau s.a.w. mengucapkan: &quot;La ilaha illallahu 'azhimul halim; La ilaha illallahu rabbul 'arsyil 'azhim; La ilaha illallahu rabbus samawati wa rabbul ardhi wa rabbul 'arsyil karim.&quot; Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Agung lagi Penyantun. Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Menguasai 'arasy yang agung. Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Menguasai langit-langit dan Menguasai Bumi dan Menguasai 'arasy yang mulia. (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 252)
No Hadist 253

253 - باب كرامات الأولياء وفضلهم قَالَ الله تَعَالَى: {ألا إنَّ أوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يحْزَنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ لَهُمُ البُشْرَى في الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ لاَ تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذَلِكَ هُوَ الفَوْزُ العَظِيمُ} [يونس: 62 - 64]، وقال تَعَالَى: {وَهُزِّي إلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا فكُلِي وَاشْرَبِي} [مريم: 25، 26]، وقال تَعَالَى: {كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكرِيّا المِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قالت هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ إنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ} [آل عمران: 37]، وَقَالَ تَعَالَى: {وَإذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلاَّ اللهَ فَأْوُوا إِلَى الكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّيءْ لَكُمْ مِنْ أمْرِكُمْ مِرْفَقًا وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ اليَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ} [الكهف: 16 - 17].<br>1503 - وعن أَبي محمد عبد الرحمان بن أَبي بكرٍ الصديق رضي الله عنهما: أنَّ أَصْحَابَ الصُّفّةِ كَانُوا أُنَاسًا فُقَرَاءَ وَأَنَّ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ مَرَّةً: «مَنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ اثْنَيْنِ، فَلْيَذْهَبْ بثَالِثٍ، وَمنْ كَانَ عِنْدَهُ طَعَامُ أرْبَعَةٍ، فَلْيَذْهَبْ بِخَامِسٍ بِسَادِسٍ» أَوْ كما قَالَ، وأنَّ أَبَا بكرٍ - رضي الله عنه - جَاءَ بِثَلاَثَةٍ، وانْطَلَقَ النبيّ - صلى الله عليه وسلم - بعَشَرَةٍ، وأنَّ أَبَا بَكرٍ تَعَشَّى عِنْدَ النبيّ - صلى الله عليه وسلم - ثُمَّ لَبِثَ حَتَّى صَلَّى<br>العِشَاءَ، ثُمَّ رَجَعَ، فجاءَ بَعْدَ مَا مَضَى مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللهُ. قالت امْرَأتُهُ: مَا حَبَسَكَ عَنْ أضْيَافِكَ؟ قَالَ: أوَمَا عَشَّيْتِهمْ؟ قالت: أَبَوْا حَتَّى تَجِيءَ وَقَدْ عَرَضُوا عَلَيْهِمْ، قَالَ: فَذَهَبتُ أَنَا فَاخْتَبَأْتُ، فَقالَ: يَا غُنْثَرُ، فَجَدَّعَ وَسَبَّ، وقالَ: كُلُوا لاَ هَنِيئًا وَاللهِ لا أَطْعَمُهُ أَبَدًا، قَالَ: وايْمُ اللهِ مَا كُنَّا نَأخُذُ مِنْ لُقْمَةٍ إلا ربا من أسفلِها أكثرَ منها حتى شبعوا، وصَارَتْ أكثرَ مما كانَتْ قبلَ ذلكَ، فنظرَ إليها أبو بكر فقالَ لامرأتِهِ: يا أختَ بني فراسٍ ما هذا؟ قالت: لا وقُرَّةِ عيني لهي الآنَ أكثرُ منها قبلَ ذلكَ بثلاثِ مراتٍ! فأكل منها أبو بكرٍ وقال: إنَّما كانَ ذلكَ مِنَ الشيطانِ، يعني: يمينَهُ. ثم أكلَ منها لقمةً، ثُمَّ حَمَلَهَا إِلَى النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَأَصْبَحَتْ عِنْدَهُ. وَكَانَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمٍ عَهْدٌ، فَمَضَى الأجَلُ، فَتَفَرَّقْنَا اثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا، مَعَ كُلِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ أُنَاسٌ، اللهُ أعْلَمُ كَمْ مَعَ كُلِّ رَجُلٍ فَأَكَلُوا مِنْهَا أَجْمَعُونَ. وَفِي رِوَايةٍ: فَحَلَفَ أَبُو بَكْرٍ لا يَطْعَمُهُ، فَحَلَفَت المَرْأَةُ لا تَطْعَمُهُ، فَحَلَفَ الضَّيْفُ. - أَو الأَضْيَافُ - أَنْ لاَ يَطْعَمُهُ أَوْ يَطْعَمُوهُ حَتَّى يَطْعَمَهُ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: هذِهِ مِنَ الشَّيْطَانِ! فَدَعَا بالطَّعَامِ فَأكَلَ وأكَلُوا، فَجَعَلُوا لا يَرْفَعُونَ لُقْمَةً إِلاَّ رَبَتْ مِنْ أسْفَلِهَا أَكْثَرُ مِنْهَا، فَقَالَ: يَا أُخْتَ بَني فِرَاسٍ، مَا هَذَا؟ فَقَالَتْ: وَقُرْةِ عَيْنِي إنَّهَا الآنَ لأَكْثَرُ مِنْهَا قَبْلَ أَنْ نَأكُلَ، فَأكَلُوا، وَبَعَثَ بِهَا إِلَى النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَذَكَرَ أنَّهُ أكَلَ مِنْهَا. وَفِي رِوايَةٍ: إنَّ أَبَا بكْرٍ قَالَ لِعَبْدِ الرَّحْمانِ: دُونَكَ أضْيَافَكَ، فَإنِّي مُنْطلقٌ إِلَى النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَافْرُغْ مِنْ قِراهُم قَبْلَ أَنْ أَجِيءَ، فَانْطَلَقَ عَبْدُ الرَّحْمانِ، فَأَتَاهُمْ بما عِنْدَهُ، فَقَالَ: اطْعَمُوا؛ فقالوا: أين رَبُّ مَنْزِلِنا؟ قَالَ: اطْعَمُوا، قالوا: مَا نحنُ بِآكِلِينَ حَتَّى يَجِيءَ رَبُّ مَنْزِلِنَا، قَالَ: اقْبَلُوا عَنْا قِرَاكُمْ، فَإنَّهُ إنْ جَاءَ وَلَمْ تَطْعَمُوا، لَنَلْقَيَنَّ مِنْهُ فأبَوْا، فَعَرَفْتُ أنَّهُ يَجِدُ عَلَيَّ، فَلَمَّا جَاءَ تَنَحَّيْتُ عَنْهُ، فَقَالَ: مَا صَنَعْتُمْ؟ فَأخْبَرُوهُ، فَقَالَ: يَا عَبْدَ الرَّحمانِ، فَسَكَتُّ: ثُمَّ قَالَ: يَا عَبْدَ الرَّحْمانِ، فَسَكَتُّ، فَقَالَ: يَا غُنْثَرُ أقْسَمْتُ عَلَيْكَ إنْ كُنْتَ تَسْمَعُ صَوتِي لَمَا جِئْتَ! فَخَرَجْتُ، فَقُلْتُ: سَلْ أضْيَافَكَ، فقالُوا: صَدَقَ، أتَانَا بِهِ، فَقَالَ: إنَّمَا انْتَظَرْتُمُونِي والله لا أَطْعَمُهُ اللَّيْلَةَ. فَقَالَ الآخَرُونَ: واللهِ لَا نَطْعَمُهُ حَتَّى تَطْعَمَهُ فَقَالَ: وَيْلَكُمْ مَا لَكُمْ لا تَقْبَلُونَ عَنَّا قِرَاكُمْ؟ هَاتِ طَعَامَكَ، فَجَاءَ بِهِ، فَوَضَعَ يَدَهُ فَقَالَ: بِسْمِ اللهِ، الأولَى مِنَ الشَّيْطَانِ، فَأَكَلَ وَأَكَلُوا. متفق عَلَيْهِ. قَوْله: «غُنْثَرُ» بغينٍ معجمةٍ مَضمُومَةٍ ثُمَّ نُونٍ ساكِنَةٍ ثُمَّ ثاءٍ مثلثةٍ وَهُوَ: الغَبِيُّ الجَاهِلُ. وقولُهُ: «فَجَدَّعَ» أَيْ شَتَمَهُ، والجَدْعُ القَطْعُ. قولُه «يَجِدُ عَليّ» هُوَ بكسرِ الجِيمِ: أيْ يَغْضَبُ. 1504 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «لَقَدْ كَانَ فيما قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ نَاسٌ مُحَدَّثُونَ، فَإنْ يَكُ في أُمَّتِي أحدٌ فإنَّهُ عُمَرُ». رواه البخاري. ورواه مسلم من رواية عائشة. وفي روايتهما قَالَ ابن وهب: «محَدَّثُونَ» أيْ مُلْهَمُونَ. 1505 - وعن جابر بنِ سُمْرَةَ رضي الله عنهما، قَالَ: شَكَا أهْلُ الكُوفَةِ سَعْدًا يعني: ابنَ أَبي وقاص - رضي الله عنه - إِلَى عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - فَعَزَلَهُ، واسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ عَمَّارًا، فَشَكَوا حَتَّى ذَكَرُوا أنَّهُ لا يُحْسِنُ يُصَلِّي، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: يَا أَبَا إسْحَاقَ، إنَّ هَؤُلاَءِ يَزْعَمُونَ أنَّكَ لا تُحْسِنُ تُصَلِّي، فَقَالَ: أَمَّا أنا واللهِ فَإنِّي كُنْتُ أُصَلِّي بِهِمْ صَلاَةَ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - لا أُخْرِمُ عَنْها، أُصَلِّي صَلاَتَي العِشَاءِ فَأَرْكُدُ فِي الأُولَيَيْنِ، وَأُخِفُّ في الأُخْرَيَيْنِ. قَالَ: ذَلِكَ الظَّنُّ بِكَ يَا أَبَا إسْحَاقَ، وأَرْسَلَ مَعَهُ رَجُلًا - أَوْ رِجَالًا - إِلَى الكُوفَةِ يَسْأَلُ عَنْهُ أهْلَ الكُوفَةِ، فَلَمْ يَدَعْ مَسْجِدًا إِلاَّ سَأَلَ عَنْهُ، وَيُثْنُونَ مَعْرُوفًا، حَتَّى دَخَلَ مَسْجِدًا لِبَنِي عَبْسٍ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ، يُقالُ لَهُ أُسَامَةُ بْنُ قَتَادَةَ، يُكَنَّى أَبَا سَعْدَةَ، فَقَالَ: أمَا إذْ نَشَدْتَنَا فَإنَّ سَعْدًا كَانَ لا يَسِيرُ بالسَّرِيَّةِ وَلاَ يَقْسِمُ بالسَّوِيَّةِ، وَلاَ يَعْدِلُ في القَضِيَّةِ. قَالَ سَعْدٌ: أمَا وَاللهِ لأَدْعُونَّ بِثَلاَثٍ: اللَّهُمَّ إنْ كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا، قَامَ رِيَاءً، وَسُمْعَةً، فَأَطِلْ عُمُرَهُ، وَأَطِلْ فَقْرَهُ، وَعَرِّضْهُ لِلْفِتَنِ. وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ إِذَا سُئِلَ يَقُولُ: شَيْخٌ كَبيرٌ مَفْتُونٌ، أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعْدٍ. قَالَ عَبدُ الملكِ بن عُمَيْرٍ الراوي عن جابرِ بنِ سَمُرَةَ: فَأنا رَأَيْتُهُ بَعْدُ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ مِنَ الكِبَرِ، وإنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوارِي فِي الطُّرُقِ فَيَغْمِزُهُنَّ. متفق عَلَيْهِ. 1506 - وعن عروة بن الزبير: أنَّ سعيد بن زيد بن عمرو بن نُفَيلٍ - رضي الله عنه - خَاصَمَتْهُ أَرْوَى بِنْتُ أوْسٍ إِلَى مَرْوَانَ بْنِ الحَكَمِ، وادَّعَتْ أنَّهُ أخَذَ شَيْئًا مِنْ أرْضِهَا، فَقَالَ سعيدٌ: أنا كُنْتُ آخُذُ شَيئًا مِنْ أرْضِهَا بَعْدَ الَّذِي سَمِعْتُ مِنْ رسول الله - صلى الله عليه وسلم!؟ قَالَ: مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ الله - صلى الله عليه وسلم؟ قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَنْ أخَذَ شِبْرًا مِنَ الأرْضِ ظُلْمًا، طُوِّقَهُ إِلَى سَبْعِ أرْضِينَ» فَقَالَ لَهُ مَرْوَانُ: لا أسْألُكَ بَيِّنَةً بَعْدَ هَذَا، فَقَالَ سعيد: اللَّهُمَّ إنْ كَانَتْ كاذِبَةً، فَأعْمِ بَصَرَها، وَاقْتُلْهَا في أرْضِها، قَالَ: فَما ماتَتْ حَتَّى ذَهَبَ بَصَرُهَا، وَبَيْنَما هِيَ تَمْشِي في أرْضِهَا إذ وَقَعَتْ في حُفْرَةٍ فَماتَتْ. متفق عَلَيْهِ. وفي روايةٍ لِمُسْلِمٍ عن محمد بن زيد بن عبد الله بن عُمَرَ بِمَعْنَاهُ، وأنه رآها عَمْيَاءَ تَلْتَمِسُ الجُدُرَ تقولُ: أصابَتْنِي دَعْوَةُ سَعيدٍ، وأنَّها مَرَّتْ عَلَى بِئرٍ في الدَّارِ الَّتي خَاصَمَتْهُ فِيهَا، فَوَقَعَتْ فِيهَا، وكانتْ قَبْرَها. 1507 - وعن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما، قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أُحُدٌ دعَانِي أَبي من اللَّيلِ فَقَالَ: مَا أُرَاني إِلاَّ مَقْتُولًا في أوْلِ مَنْ يُقْتَلُ من أصْحَابِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - وإنِّي لا أَتْرُكُ بَعْدِي أَعَزَّ عَلَيَّ مِنْكَ غَيْرَ نَفْسِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وإنَّ عَلَيَّ دَيْنًا فَاقْضِ، وَاسْتَوْصِ بِأَخَوَاتِكَ خَيْرًا، فَأصْبَحْنَا، فَكَانَ أَوَّلَ قَتِيلٍ، وَدَفَنْتُ مَعَهُ آخَرَ في قَبْرِهِ، ثُمَّ لَمْ تَطِبْ نَفْسِي أَنْ أتْرُكَهُ مَعَ آخَرَ، فَاسْتَخْرَجْتُهُ بَعْدَ سِتَّةِ أشْهُرٍ، فإذا هُوَ كَيَوْمِ وَضَعْتُهُ غَيْرَ أُذنِهِ، فَجَعَلْتُهُ في قَبْرٍ عَلَى حِدَةٍ. رواه البخاري. 1508 - وعن أنس - رضي الله عنه: أنَّ رجلين مِنْ أصحاب النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - خَرَجَا مِنْ عِنْدِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - في لَيْلَةٍ مُظْلِمَةٍ وَمَعَهُمَا مِثْلُ المِصْبَاحَيْنِ بَيْنَ أَيْديهِمَا. فَلَمَّا افْتَرَقَا، صَارَ مَعَ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا وَاحِدٌ حَتَّى أتَى أهْلَهُ. رواهُ البُخاري مِنْ طُرُقٍ؛ وفي بَعْضِهَا أنَّ الرَّجُلَيْنِ أُسَيْدُ بنُ حُضير، وَعَبّادُ بنُ بِشْرٍ رضي الله عنهما. 1509 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: بعث رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عَشْرَة رَهْطٍ عَيْنًا سَرِيَّة، وأمَّرَ عَلَيْهَا عاصِمَ بنَ ثَابِتٍ الأنْصَارِيَّ - رضي الله عنه - فانْطلقوا حَتَّى إِذَا كَانُوا بالهَدْأةِ؛ بَيْنَ عُسْفَانَ وَمَكَّةَ؛ ذُكِرُوا لِحَيٍّ مِنْ هُذَيْل يُقالُ لَهُمْ: بَنُو لحيانَ، فَنَفَرُوا لَهُمْ بِقَريبٍ مِنْ مِئَةِ رَجُلٍ رَامٍ، فَاقْتَصُّوا آثَارَهُمْ، فَلَمَّا أحَسَّ بِهِمْ عَاصِمٌ وأصْحَابُهُ، لَجَأُوا إِلَى مَوْضِعٍ، فَأَحاطَ بِهِمُ القَوْمُ، فَقَالُوا: انْزِلُوا فَأَعْطُوا بِأيْدِيكُمْ وَلَكُمُ العَهْدُ وَالمِيثَاقُ أَنْ لا نَقْتُلَ مِنْكُمْ أحَدًا. فَقَالَ عَاصِمُ بنُ ثَابِتٍ: أَيُّهَا القَوْمُ، أَمَّا أنا، فَلاَ أنْزِلُ عَلَى ذِمَّةِ كَافِرٍ: اللَّهُمَّ أَخْبِرْ عَنَّا نَبِيَّكَ - صلى الله عليه وسلم - فَرَمُوهُمْ بِالنّبْلِ فَقَتلُوا عَاصِمًا، وَنَزَلَ إلَيْهِمْ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ عَلَى العَهْدِ والمِيثاقِ، مِنْهُمْ خُبَيْبٌ، وَزَيدُ بنُ الدَّثِنَةِ وَرَجُلٌ آخَرُ. فَلَمَّا اسْتَمْكَنُوا مِنْهُمْ أطْلَقُوا أوْتَارَ قِسِيِّهِمْ، فَرَبطُوهُمْ بِهَا. قَالَ الرَّجُلُ الثَّالِثُ: هَذَا أوَّلُ الغَدْرِ واللهِ لا أصْحَبُكُمْ إنَّ لِي بِهؤُلاءِ أُسْوَةً، يُريدُ القَتْلَى، فَجَرُّوهُ وعَالَجُوهُ، فأبى أَنْ يَصْحَبَهُمْ، فَقَتَلُوهُ، وانْطَلَقُوا بِخُبَيبٍ، وزَيْدِ بنِ الدَّثِنَةِ، حَتَّى بَاعُوهُما بِمَكَّةَ بَعْدَ وَقْعَةِ بَدْرٍ؛ فابْتَاعَ بَنُو الحارِثِ بن عامِرِ بنِ نَوْفَلِ بنِ عبدِ مَنَافٍ خُبيبًا، وكان خُبَيْبٌ هُوَ قَتَلَ الحَارِثَ يَوْمَ بَدْرٍ. فَلِبثَ خُبَيْبٌ عِنْدَهُمْ أسيرًا حَتَّى أجْمَعُوا عَلَى قَتْلِهِ، فاسْتَعَارَ مِنْ بَعْضِ بَنَاتِ الحَارثِ مُوسَى يَسْتَحِدُّ بِهَا فَأعَارَتْهُ، فَدَرَجَ بُنَيٌّ لَهَا وَهِيَ غَافِلَةٌ حَتَّى أَتَاهُ، فَوَجَدتهُ مُجْلِسَهُ عَلَى فَخْذِهِ وَالموسَى بِيَدِهِ، فَفَزِعَتْ فَزْعَةً عَرَفَهَا خُبَيْبٌ. فَقَالَ: أَتَخَشَيْنَ أن أقْتُلَهُ مَا كُنْتُ لأَفْعَلَ ذَلِكَ! قالت: واللهِ مَا رَأيْتُ أسيرًا خَيرًا مِنْ خُبَيْبٍ، فواللهِ لَقَدْ وَجَدْتُهُ يَومًا يَأكُلُ قِطْفًا مِنْ عِنَبٍ في يَدِهِ وإنَّهُ لَمُوثَقٌ بِالحَدِيدِ وَمَا بِمَكَّةَ مِنْ ثَمَرَةٍ، وَكَانَتْ تَقُولُ: إنَّهُ لَرِزْقٌ رَزَقَهُ اللهُ خُبَيْبًا. فَلَمَّا خَرَجُوا بِهِ مِنَ الحَرَمِ لِيَقْتُلُوهُ في الحِلِّ، قَالَ لَهُمْ خُبَيْبٌ: دَعُونِي أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، فَتَرَكُوهُ، فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ فَقَالَ: واللهِ لَوْلاَ أَنْ تَحْسَبُوا أنَّ مَا بِي جَزَعٌ لَزِدْتُ: اللَّهُمَّ أحْصِهِمْ عَدَدًا، وَاقْتُلهُمْ بِدَدًا، وَلاَ تُبْقِ مِنْهُمْ أَحَدًا. وقال: فَلَسْتُ أُبَالِي حِيْنَ أُقْتَلُ مُسْلِمًا ... عَلَى أيِّ جَنْبٍ كَانَ للهِ مَصْرَعِي وَذَلِكَ في ذَاتِ الإلَهِ وإنْ يَشَأْ ... يُبَارِكْ عَلَى أوْصَالِ شِلْوٍ مُمَزَّعِ وكان خُبَيبٌ هُوَ سَنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ قُتِلَ صَبْرًا الصَّلاَةَ. وأخْبَرَ - يعني: النبيّ - صلى الله عليه وسلم - أصْحَابَهُ يَوْمَ أُصِيبُوا خَبَرَهُمْ، وَبَعَثَ نَاسٌ مِنْ قُرَيْشٍ إِلَى عَاصِمِ بنِ ثَابتٍ حِيْنَ حُدِّثُوا أَنَّهُ قُتِلَ أن يُؤْتَوا بِشَيءٍ مِنْهُ يُعْرَفُ، وكَانَ قَتَلَ رَجُلًا مِنْ عُظَمائِهِمْ، فَبَعَثَ الله لِعَاصِمٍ مِثْلَ الظُّلَّةِ مِنَ الدَّبْرِ فَحَمَتْهُ مِنْ رُسُلِهِمْ، فَلَمْ يَقْدِروا أَنْ يَقْطَعُوا مِنْهُ شَيْئًا. رواه البخاري. قولُهُ: «الهَدْأَةُ»: مَوْضِعٌ، «والظُّلَّةُ»: السَّحَابُ. «والدَّبْرُ»: النَّحْلُ. وَقَوْلُهُ: «اقْتُلْهُمْ بِدَدًا» بِكَسْرِ الباءِ وفتحِهَا، فَمَنْ كَسَرَ قَالَ هُوَ جمع بِدَّةٍ بكسر الباء وهي النصيب ومعناه: اقْتُلْهُمْ حِصَصًا مُنْقَسِمَةً لِكُلِّ واحدٍ مِنْهُمْ نَصيبٌ، وَمَنْ فَتَحَ قَالَ معناهُ: مُتَفَرِّقِينَ في القَتْلِ واحدًا بَعْدَ واحِدٍ مِنَ التَّبْدِيد. وفي الباب أحاديث كثيرةٌ صَحيحةٌ سَبَقَتْ في مَوَاضِعِها مِنْ هَذَا الكِتَابِ، مِنْهَا حديثُ الغُلامِ الَّذِي كَانَ يأتِي الرَّاهِبَ والسَّاحِرَ، ومنْها حَدِيثُ جُرَيْج، وحديثُ أصْحابِ الغَارِ الذين أطْبِقَتْ عَلَيْهِم الصَّخْرَةُ، وَحديثُ الرَّجُلِ الَّذِي سَمِعَ صَوْتًا في السَّحَابِ يَقُولُ: اسْقِ حَدِيقَةَ فُلاَنٍ، وَغَيْرُ ذَلِكَ . وَالدلائِل في البابِ كثيرةٌ مشهُورةٌ، وباللهِ التَّوفيقِ. 1510 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قَالَ: مَا سَمِعْتُ عمر - رضي الله عنه - يقولُ لِشَيءٍ قَطُّ: إنِّي لأَظُنُّهُ كَذَا، إِلاَّ كَانَ كَمَا يَظُنُّ. رواه البخاري.

Bab 253. Keutamaan Para Waliyullah&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Ingatlah bahwasanya para waliyullah -yakni kekasih-kekasih Allah- itu tiada ketakutan atas mereka dan merekapun tidak akan bersedih hati. Mereka itu ialah orang-orang yang beriman dan juga bertaqwa. Bagi mereka adalah kegembiraan di dalam kehidupan dunia dan juga di akhirat. Tiada perubahan sama sekali untuk kalimat-kalimat Allah. Yang sedemikian itu adalah kebahagiaan yang agung.&quot; (Yunus: 62) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan goyangkanlah olehmu -hai Maryam- pohon kurma itu, sesungguhnya ia akan menjatuhkan kepadamu buah kurma yang baru masak. Maka makanlah dan minumlah,&quot; sampai habisnya ayat. (Maryam: 25-26) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Setiap kali Zakaria masuk kepadanya yaitu di mihrab, didapati makanan di dekatnya. Ia berkata: &quot;Hai Maryam, bagaimanakah engkau dapat memperoleh ini?&quot; Maryam menjawab: &quot;Itu adalah dari sisi Allah, sesungguhnya Allah itu mengaruniakan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya tanpa ada batas hitungannya.&quot; (Ali-Imran: 37) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan diwaktu engkau semua meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, carilah tempat persembunyian di dalam gua, nanti Tuhanmu semua akan menyebarkan kerahmatan-Nya untukmu semua dan menyediakan apa-apa yang berguna dari pekerjaanmu itu untuk kepentinganmu semua pula. Engkau lihat matahari ketika terbitnya miring dari gua mereka di sebelah kanan dan ketika terbenam, meninggalkan mereka di sebelah kiri,&quot; sampai habisnya ayat. (al-Kahf: 16-17) &nbsp;1500. Dari Abu Muhammad yaitu Abdurrahman bin Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, bahwasanya ash-habush shuffah adalah para manusia yang fakir-fakir dan bahwasanya Nabi s.a.w. pernah pada suatu ketika bersabda: &quot;Barangsiapa yang disisinya ada makanan cukup untuk dua orang, maka hendaklah pergi dengan tiga orang dan barangsiapa yang disisinya ada makanan cukup untuk empat orang, maka hendaklah pergi dengan lima atau enam orang,&quot; atau seperti yang sedemikian itulah kurang lebih sabda beliau s.a.w. itu. Abu Bakar datang dengan membawa tiga orang sedang Nabi s.a.w. berangkat dengan membawa sepuluh orang. Abu Bakar makan malam di tempat Nabi s.a.w. kemudian menetap di situ sehingga ia shalat Isya'. Kemudian kembali lalu datang di rumahnya setelah lewat waktu malam -yakni sampai jauh malam- sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Istrinya lalu berkata: &quot;Apa yang menyebabkan Anda tertahan untuk menemui tamu-tamu Anda?&quot; Abu Bakar bertanya: &quot;Apakah orang-orang itu belum engkau beri makan malam?&quot; Ia menjawab: &quot;Mereka tidak mau sehingga Anda datang dan para pelayan sudah menawarkan pada mereka itu.&quot; Abdur Rahman berkata: &quot;Saya lalu pergi kemudian bersembunyi. Abu Bakar berkata: &quot;Hai Tolol&quot; dan seterusnya iapun mencaci dan memaki, lalu berkata kepada keluarganya: &quot;Makanlah engkau semua tanpa adanya kecukupan. Demi Allah, saya tidak makan makanan ini selama-lamanya.&quot; Abdur Rahman berkata: &quot;Demi Allah, tiada sesuap makananpun yang kita ambil, melainkan bertambahlah makanan dari bawahnya, lebih banyak dari keadaannya semula. Orang-orang sama makan sampai kenyang, tetapi makanan itu menjadi lebih banyak lagi dari yang sebelumnya dimakan. Abu Bakar melihat makanan itu, lalu berkata kepada istrinya: &quot;Hai saudarinya Bani Firas, apakah yang terjadi ini?&quot; Istrinya menjawab: &quot;Entahlah, demi kecintaan mataku, sesungguhnya makanan ini, keadaannya sekarang lebih banyak dari tadinya, bahkan jumlahnya tiga kali lipat -dari semula-. Abu Bakar lalu makan daripadanya dan berkata: &quot;Sesungguhnya sumpah yang saya ucapkan tadi adalah dari godaan syaitan.&quot; Selanjutnya ia makan pula sesuap daripadanya kemudian dibawa ke tempat Nabi s.a.w. dan paginyapun tempat makanan itu masih ada di tempat beliau s.a.w. Antara kita dengan sesuatu kaum ada suatu janji, lalu waktu yang ditentukan -dalam janji- itu lewatlah. Kita semua terpisah-pisah menjadi duabelas orang yang setiap seorang diantara mereka itu disertai orang banyak. Allah lebih mengetahui beberapa jumlah yang dibawa oleh setiap orang itu. Mereka semua lalu makan.&quot; Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Abu Bakar bersumpah tidak akan makan makanan itu, istrinyapun lalu bersumpah tidak akan makan, akhirnya para tamu itupun bersumpah pula tidak akan makan, sehingga Abu Bakar suka makan lebih dulu. Abu Bakar lalu berkata: &quot;Ah, sumpah ini adalah dari syaitan belaka.&quot; Ia lalu meminta makanan itu, kemudian ia makan dan keluarga serta para tamupun makan juga. Tetapi tiada sesuappun yang mereka angkat, melainkan bertambahlah makanan itu dari bagian bawahnya, yang keadaannya lebih banyak dari semula. Abu Bakar lalu berkata: &quot;Hai saudarinya Bani Firas apakah yang terjadi ini?&quot; Istrinya menjawab: &quot;Demi kecintaan mataku, sesungguhnya makanan itu keadaannya kini lebih banyak daripada sebelumnya kita makan tadi.&quot; Mereka lalu makan lagi, kemudian dikirimkanlah makanan itu kepada Nabi s.a.w. dan Abdur Rahman menyebutkan bahwa beliau s.a.w. juga makan daripadanya.&quot; Dalam riwayat yang lain lagi disebutkan: &quot;Abu Bakar berkata kepada Abdur Rahman: &quot;Layanilah tamu-tamumu itu, sebab saya akan berangkat kepada Nabi s.a.w. Jadi selesaikanlah semua hidangan untuk menghormati mereka itu sebelum saya datang kembali.&quot; Abdur Rahman berangkat -ke tempat para tamu- lalu mendatangkan makanan yang ada di sisinya. Ia berkata kepada mereka: &quot;Ayolah makan.&quot; Para tamu bertanya: &quot;Manakah tuan rumah kita ini -yang mereka maksudkan ialah Abu Bakar as-Shiddiq?&quot; Abdur Rahman berkata lagi: &quot;Ayolah makan.&quot; Mereka berkata pula: &quot;Kita tidak akan makan,sehingga tuan rumah kita ini datang.&quot; Abdur Rahman berkata lagi: &quot;Terimalah hidangan untuk menghormat Anda sekalian ini, sebab sesungguhnya Abu Bakar, jikalau nanti datang dan Anda sekalian belum makan, tentu kami akan mendapat marah daripadanya.&quot; Para tamu tetap menolak, maka saya merasa dalam hatiku bahwa Abu Bakar tentu akan marah pada saya. Setelah Abu Bakar datang, saya lalu menyingkir daripadanya. Ia berkata -kepada para tamu-: &quot;Apakah yang Anda sekalian kerjakan ini.&quot; Mereka lalu memberitahukan kepadanya perihal belum makannya itu. Selanjutnya Abu Bakar berkata: &quot;Hai Abdur Rahman.&quot; Tetapi saya berdiam saja. Ia berkata lagi: &quot;Hai Abdur Rahman.&quot; Saya tetap diam saja. Sekali lagi ia berkata: &quot;Hai tolol, saya bersumpah padamu, kalau engkau mendengar suaraku ini, supaya engkau datang ke mari.&quot; Saya lalu keluar, kemudian saya berkata: &quot;Tanyakan sendiri pada tamu-tamu Bapak.&quot; Mereka -para tamu- menjawab: &quot;Betul, ia telah datang dengan membawa makanan itu.&quot; Abu Bakar berkata lagi: &quot;Jadi Anda sekalian hanya hendak menantikan saya, demi Allah, saya tidak akan makan makanan ini pada malam ini.&quot; Orang-orang yang lain berkata: &quot;Demi Allah, kita tidak makan juga sehingga Anda suka pula makan.&quot; Ia berkata: &quot;Celaka Anda sekalian ini, mengapa Anda sekalian tidak suka menerima hidangan sebagai penghormatan kepada Anda sekalian ini?&quot; Lalu ia berkata kepada keluarganya: &quot;Coba bawa ke mari makananmu itu.&quot; Abu Bakar datang dengan membawa makanan lalu ia meletakkan tangannya dan mengucapkan: &quot;Bismillah,&quot; kemudian berkata lagi: &quot;Sumpah tadi itu dari godaan syaitan.&quot; Ia makan dan orang-orang lainpun makan pula.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ucapannya: Ghuntsar dengan dhammahnya ghain mu'jamah, lalu nun sukun kemudian tsa' bertitik tiga, artinya ialah orang yang bodoh lagi tolol. Ucapannya: fa-jadda'a artinya mencaci-maki, sedang aljad'u artinya pemutusan -atau pemisahan-. Ucapannya yajidu 'alayya dengan kasrahnya jim, artinya marah. &nbsp;1501. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya di kalangan umat-umat yang sebelummu semua itu ada orang-orang yang diberi ilham. Maka andaikata ada seorang yang sedemikian itu di kalangan umat saya, maka sesungguhnya ia adalah Umar,&quot; Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari riwayat Aisyah. Dalam riwayat kedua ahli hadis itu Ibnu Wahab berkata: Muhaddatsun artinya ialah orang-orang yang memperoleh ilham. &nbsp;1502. Dari Jabir bin Samurah radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Para penduduk Kufah mengadukan Sa'ad -yakni Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. kepada Umar bin al-Khaththab r.a.- yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah, sedang Sa'ad sebagai gubernur yang diangkat olehnya untuk daerah Kufah. Oleh sebab itu Umar lalu memecat Sa'ad dan meggunakan 'Ammar untuk memerintah penduduk Kufah itu -sebagai penggantinya Sa'ad-. Orang-orang Kufah itu mengadukan, sampai-sampai mereka itu menyebutkan bahwasanya Sa'ad itu tidak bagus dalam mengerjakan shalatnya. Sa'ad diminta datang oleh Umar r.a. lalu berkata: &quot;Hai Abu Ishaq -yakni Sa'ad bin Abu Waqqash-, sesungguhnya orang-orang Kufah menyangka bahwa engkau tidak bagus dalam melakukan shalat.&quot; Sa'ad menjawab: &quot;Tentang saya ini, demi Allah, sesungguhnya saya shalat dengan orang-orang itu sebagaimana shalatnya Rasulullah s.a.w., tidak saya kurangi sedikitpun. Saya shalat Isya', lalu saya perpanjangkan dalam kedua rakaat yang pertama, sedang kedua rakaat yang penghabisan saya peringankan.&quot; Umar berkata: &quot;Itu adalah penyangkaan orang-orang padamu, hai Abu Ishaq.&quot; Selanjutnya Umar mengirimkan Sa'ad bersama seorang atau beberapa orang ke daerah Kufah untuk menanyakan kepada penduduk Kufah tentang diri Sa'ad tadi. Tiada suatu masjidpun yang diri Sa'ad itu dan para penduduk Kufah itu sama memuji akan kebaikannya. Akhirnya masuklah di suatu masjid di lingkungan Bani 'Abs. Kemudian ada seorang lelaki diantara mereka itu berdiri, namanya Usamah bin Qatadah yang diberi nama gelar yaitu Abu Sa'dah. Ia berkata: &quot;Adapun kalau Anda bertanya kepada kami tentang Sa'ad, maka sesungguhnya Sa'ad itu tidak pernah ikut pergi memimpin pasukan -ke medan perang-, tidak pernah mengadakan pembagian -harta rampasan- dengan sama rata dan tidak pernah menjatuhkan putusan dengan berdasarkan keadilan.&quot; Sa'ad lalu berkata: &quot;Aduh, demi Allah, sesungguhnya saya akan berdoa dengan tiga macam permohonan: &quot;Ya Allah, jikalau hambamu ini -Usamah bin Qatadah- berkata dusta dan melakukan hanya karena congkak dan kesombongan belaka, maka panjangkanlah usianya, langsungkanlah kefakirannya dan permudahkanlah ia untuk berbagai kefitnahan.&quot; Sesudah beberapa saat berlalu, orang itu jikalau ditanya, siapa dirinya, ia menjawab: &quot;Aku adalah orangtua bangka yang terkena fitnah, karena doanya Sa'ad sudah mengena pada diriku.&quot; Abdulmalik bin Umair yang meriwayatkan hadis ini dari Jabir bin Samurah berkata: &quot;Saya sendiri melihat orang itu sesudah tuanya, kedua alisnya telah rontok-rontok di atas kedua matanya karena amat lanjut usianya itu dan sesungguhnya ia menampakkan diri pada kaum wanita sambil menarik-narik tangan mereka itu.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1503. Dari 'Urwah bin az-Zubair bahwasanya Said bin 'Amr bin Nufail r.a. diajukan sebagai lawan oleh Arwa binti Uwais kepada Marwan bin al-Hakam -yang waktu itu sebagai khalifah-. Wanita itu mendakwa bahwa Said mengambil sebagian dari tanahnya. Said lalu berkata: &quot;Saya sudah mengambil sebagian tanahnya, padahal saya sudah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda.&quot; Marwan bertanya: &quot;Apa yang Anda dengar dari Rasulullah s.a.w.?&quot; Ia menjawab: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang mengambil tanah sejengkal secara penganiayaan, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya sampai tujuh lapis bumi di bawahnya.&quot; Marwan lalu berkata: &quot;Saya tidak lagi akan meminta keterangan tentang kebenaranmu setelah mendengar ini.&quot; Said lalu berdoa: &quot;Ya Allah, jikalau wanita itu dusta, maka butakanlah matanya dan matikanlah ia dalam tanahnya sendiri.&quot; 'Urwah berkata; &quot;Wanita itu tidak mati-mati sehingga peng-lihatannya lenyap -yakni menjadi buta matanya-, dan pada suatu ketika ia berjalan di tanahnya sendiri, tiba-tiba terjerumuslah ia dalam suatu lubang, kemudian mati di situ.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim dari Muhammad bin Zaid bin Abdullah bin Umar, yang isinya semakna dengan uraian di atas itu dan bahwasanya ia melihat wanita tadi sudah buta mencari-cari dinding -di waktu berjalan- sambil mengucapkan: &quot;Saya terkena oleh doanya Said.&quot; Selanjutnya ketika wanita itu berjalan melalui sumur yang ada di dalam rumah yang dijadikan bahan pertengkaran dulu, tiba-tiba ia jatuh di dalamnya, lalu itulah yang menjadi kuburnya -yakni sebab kematiannya-. &nbsp;1504. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Ketika tiba waktunya peperangan Uhud, ayah saya memanggil saya di waktu malam, lalu berkata: &quot;Saya tidak mengira pada diriku sendiri ini, melainkan rasanya akan terbunuh dalam permulaan orang-orang yang terbunuh dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w. Sesungguhnya saya tidak meninggalkan sesudah matiku sesuatu yang bagiku lebih mulia daripada dirimu sendiri selain diri Rasulullah s.a.w. -yakni beliau s.a.w. yang dianggap termulia kemudian anaknya itu-. Sesungguhnya saya mempunyai tanggungan hutang, maka dari itu tunaikanlah hutangku itu dan berikanlah baik-baik kepada saudara-saudaramu.&quot; Kemudian kita berpagi-pagi -untuk melakukan peperangan-, kemudian ayahku adalah pertama kali orang yang terbunuh. Saya tanamkan bersamanya orang lain dalam satu kubur. Kemudian jiwaku tidak enak kalau ayahku saya tinggalkan satu kubur bersama orang lain itu, lalu saya keluarkan lagi tubuhnya setelah dalam kuburnya itu selama enam bulan, tiba-tiba ia masih dalam keadaan seperti waktu saya meletakkan dahulu, kecuali telinganya saja -yang rusak-. Selanjutnya saya jadikanlah ia dalam kubur sendirian -yakni tidak disertai orang lain dalam kubur-.&quot; (Riwayat Bukhari) &nbsp;1505. Dari Anas r.a. bahwasanya ada dua orang lelaki dari para sahabatnya Nabi s.a.w. keluar dari sisi Nabi s.a.w. di waktu malam yang gelap gulita, tiba-tiba bersama kedua orang itu seperti ada dua lampu yang ada di hadapannya. Setelah keduanya berpisah maka tiap seorang dari keduanya itupun seperti ada sebuah lampu yang menyertainya, sehingga ia datang kepada keluarganya. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari beberapa jalan, diantara sebagian jalan itu disebutkan bahwa kedua orang lelaki itu ialah Usaid bin Hudhair dan 'Abbad bin Bisyr radhiallahu 'anhuma. &nbsp;1506. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepuluh orang sebagai mata-mata pada suatu pasukan dan mengangkatnya 'Ashim bin Tsabit al-Anshari r.a. sebagai kepala untuk memimpin mereka itu. Mereka lalu berangkat, sehingga datanglah mereka di suatu tempat bernama al-Hudat yang terletak antara 'Usfan dan Makkah. Kedatangan mereka itu disebut-sebut oleh suatu kabilah dari orang-orang Hudzail yang dinamakan Bani Lihyan, mereka ini mengejar sepuluh orang tersebut, sedang para pengejar dari Bani Lihyan itu berjumlah hampir seratus orang ahli pemanah. Mereka meneliti jejak-jejak sepuluh orang tadi. Setelah 'Ashim dan kawan-kawannya merasa akan memperoleh perlawanan, lalu mereka berlindung di suatu tempat, kemudian tempat ini dikepung oleh kaum -musuh-. Para pengejar itu berkata: &quot;Turunlah engkau semua -hai sepuluh orang-, lalu serahkanlah tanganmu dan engkau semua memperoleh janji dan ikatan kata dari kita, bahwa kita tidak akan membunuh seorangpun dari engkau semua. 'Ashim berkata: &quot;Hai kaum -kafirin-, saya tidak akan turun untuk menjadi orang yang memperoleh jaminan hidup dari orang kafir. Ya Allah, beritahukanlah tentang hal ihwal kita ini kepada NabiMu yaitu Muhammad s.a.w.&quot; Musuh lalu melempari mereka dengan panah, lalu 'Ashim dapat mereka bunuh. Ada tiga orang yang turun -hendak menyerah- dengan berdasarkan janji dan ikatan kata -yakni tidak akan dibunuh-. Di antara mereka ini ialah Khubaib, Zaid bin Datsinah dan seorang lelaki lain. Setelah tiga orang ini dapat mereka pegang, mereka lalu melepaskan tali busurnya masing-masing, kemudian tiga orang itu mereka ikat kuat-kuat. Orang yang ketiga -yang tidak disebut namanya di atas- berkata: &quot;Inilah pertama-tama pengkhianatan. Demi Allah, sesungguhnya saya tidak akan suka lagi menemui engkau semua -untuk terus berjalan-. Bagi saya sudah ada penuntun -dalam persoalan ini- yakni dengan mereka -yang dimaksudkan ialah orang-orang yang sudah mati terbunuh-. Jadi ringkasnya ia lebih suka mengikuti kematian kawan-kawannya itu. Orang ini lalu mereka tarik-tarik dan mereka perlakukan dengan menyiksanya. Tetapi orang ini tetap enggan untuk mengawani kaum musuh -untuk meneruskan perjalanan-. Akhirnya orang ini mereka bunuh. Selanjutnya kaum Bani Lihyan tersebut berangkat dengan membawa Khubaib dan Zaid bin Datsinah, sehingga mereka menjual kedua orang tawanan ini di Makkah sesudah peperangan Badar berakhir. Keluarga al-Harits bin 'Amir bin Naufal bin 'Abdi Manaf membeli Khubaib. Khubaib adalah yang membunuh al-Harits pada hari peperangan Badar dulu. Dengan demikian berada di tempat keluarga al-Harits sebagai seorang tawanan sehingga seluruh keluarga itu berkehendak akan membunuhnya. Khubaib meminjam sebuah pisau cukur dari salah seorang puteri al-Harits untuk mencukur rambut kemaluannya, lalu wanita ini meminjamkan pisau cukur itu padanya. Ada seorang anak kecil yaitu anak wanita yang meminjami pisau cukur tadi merangkak ke tempat Khubaib, sedang wanita tadi sedang lalai mengamat-amati anaknya tadi, sehingga anak itu mendatangi Khubaib, lalu wanita itu melihat sendiri bahwa Khubaib mendudukkan anak tersebut di atas pahanya, sementara pisau cukur masih tetap ada di tangannya. Wanita itu amat terkejut sekali dan hal yang sedemikian ini diketahui oleh Khubaib. Terkejutnya ialah karena takut kalau anaknya itu akan disembelih oleh tawanannya. Khubaib lalu berkata: &quot;Adakah Anda takut kalau saya membunuh anak ini. Ah, saya tidak akan mengerjakan perbuatan sekeji itu.&quot; Wanita -yang diuraikan di atas itu berkata-: &quot;Demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang tawananpun yang lebih baik daripada Khubaib. Demi Allah, benar-benar saya pernah menemuinya pada suatu hari, ia sedang makan sedompol -seikat- anggur ditangannya, sedangkan ia di waktu itu sedang diikat erat-erat dengan besi, lagi pula tiada buah-buahan seperti itu di Makkah. &quot;Wanita itu melanjutkan katanya: &quot;Hal itu sesungguhnya suatu rezeki yang dikaruniakan oleh Allah kepada Khubaib.&quot; Setelah orang-orang Bani Lihyan keluar dengan membawa Khubaib dari tanah suci untuk membunuhnya di tanah halal -bukan Tanah Haram yakni tanah suci Makkah-, maka Khubaib berkata kepada mereka: &quot;Lepaskanlah aku sebentar karena aku hendak shalat dua rakaat.&quot; Mereka membiarkannya, lalu ia shalat dua rakaat, kemudian ia berkata: &quot;Demi Allah andaikata engkau semua tidak akan timbul sangkaan bahwasanya saya dalam ketakutan -karena akan mati-, sesungguhnya aku akan menambah shalatku ini lagi. Ya Allah, hitunglah jumlah mereka ini, bunuh mereka secara berganti-ganti menurut gilirannya dan janganlah meninggalkan seorangpun diantara mereka itu.&quot; Selanjutnya Khubaib berkata pula: Saya takkan memperdulikan, asalkan aku mati sebagai Muslim. Dalam keadaan bagaimanapun, kematianku adalah untuk Allah. Hal itu adalah Zat Tuhan, Jikalau Dia berkehendak, pasti akan memberikan keberkahan, atas semua anggota tubuh yang terceraikan. Khubaib adalah seorang yang membuat sunnah yang pertama kali bagi setiap orang Muslim untuk dibunuh dengan kesabaran, supaya melakukan shalat dahulu. Nabi s.a.w. memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya perihal berita sepuluh orang di atas pada hari mereka mendapatkan musibah -yakni bencana yang menimpa mereka sebagaimana di atas-. Ada beberapa orang dari golongan kaum Quraisy menyuruh orang-orang lain ke tempat 'Ashim bin Tsabit ketika mereka diberitahu bahwa 'Ashim telah terbunuh, supaya orang-orang yang dikirimkan itu datang dengan membawa sesuatu anggota badan dari 'Ashim yang dapat dikenal. 'Ashim dahulu pernah membunuh seorang dari golongan pembesar-pembesarnya kaum Quraisy. Tetapi Allah lalu mengirimkan kepada jenazah 'Ashim itu semacam awan dan terdiri dari lebah. Lebah-lebah itulah yang melindungi tubuh 'Ashim dari utusan-utusan kaum Quraisy -yang hendak memotong sebagian anggotanya untuk dijadikan bukti kematiannya-. Oleh sebab itu musuh-musuh tadi tidak dapat memotong sesuatu anggotapun dari tubuh 'Ashim. (Riwayat Bukhari) Ucapannya: Al-Hudat adalah sebuah tempat dan adbdhullah ialah awan, sedang addabru, artinya lebah. Ucapannya: Uqtulhum bidadan, boleh dengan ba'nya dikasrahkan atau difathahkan lalu berbunyi badadan. Bagi orang yang membacanya kasrah, maka ia berkata: &quot;Itu adalah jama'nya biddah dengan kasrahnya ba', artinya bagian. Maknanya ialah: &quot;Bunuhlah mereka itu -ya Allah- dalam waktu yang terbagi-bagi menurut pembagian gilirannya masing-masing.&quot; Adapun bagi orang yang membaca fathahnya ba', maka maknanya iaiah secara berpisah-pisah dalam membunuhnya itu, yakni satu demi satu, yaitu dari kata attabdid. Dalam bab ini banyak hadis lain yang shahih yang sudah terdahulu dalam tempatnya masing-masing dalam kitab ini, diantaranya ialah Hadisnya anak yang mendatangi pendeta dan ahli sihir -lihat Hadis no.30, juga Hadisnya juraij no.259, demikian pula Hadisnya orang-orang yang melarikan diri dalam gua yang tertutup oleh batu besar no.12, Hadisnya orang yang mendengar suara dalam awan no.560 yang mengatakan: &quot;Siramlah kebun si Fulan itu dan lain-lain lagi. Bukti-bukti tentang kekaramahan para waliyullah itu amat banyak sekali lagi masyhur. Wa billahit taufik. &nbsp;1507. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Tidak pernah sama sekali saya mendengar Umar r.a. berkata kepada sesuatu: &quot;Sesungguhnya saya mengira perkara itu begini,&quot; melainkan kejadian perkara tersebut adalah tepat sebagaimana yang diperkirakan olehnya.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 253)
No Hadist 254

(17) - كتَاب الأمُور المَنهي عَنْهَا 254 - باب تحريم الغيبة والأمر بحفظ اللسان قَالَ الله تَعَالَى: {وَلاَ يَغْتَبْ بَعضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ} [الحجرات: 12]، وقال تَعَالَى: {وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إنَّ السَّمْعَ وَالبَصَرَ وَالفُؤادَ كُلُّ أُولئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء: 36]، وقال تَعَالَى: {مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتيدٌ} [ق: 18]. اعْلَمْ أنَّهُ يَنْبَغِي لِكُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَحْفَظَ لِسَانَهُ عَنْ جَميعِ الكَلامِ إِلاَّ كَلاَمًا ظَهَرَتْ فِيهِ المَصْلَحَةُ، ومَتَى اسْتَوَى الكَلاَمُ وَتَرْكُهُ فِي المَصْلَحَةِ، فالسُّنَّةُ الإمْسَاكُ عَنْهُ، لأَنَّهُ قَدْ يَنْجَرُّ الكَلاَمُ المُبَاحُ إِلَى حَرَامٍ أَوْ مَكْرُوهٍ، وذَلِكَ كَثِيرٌ في العَادَةِ، والسَّلاَمَةُ لا يَعْدِلُهَا شَيْءٌ.<br>1511 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» متفق عَلَيْهِ. وهذا صَريحٌ في أنَّهُ يَنْبَغي أَنْ لا يَتَكَلَّمَ إِلاَّ إِذَا كَانَ الكلامُ خَيرًا، وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَتْ مَصْلَحَتُهُ، ومَتَى شَكَّ في ظُهُورِ المَصْلَحَةِ، فَلاَ يَتَكَلَّم. 1512 - وعن أَبي موسى - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ أَيُّ المُسْلمِينَ أفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» متفق عَلَيْهِ. 1513 - وعن سهل بن سعد، قَالَ: قَالَ رسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ» متفق عَلَيْهِ. 1514 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّه سمع النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا يَزِلُّ بِهَا إِلَى النَّارِ أبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ والمَغْرِبِ» متفق عَلَيْهِ. ومعنى: «يَتَبَيَّنُ» يُفَكِّرُ أنَّها خَيْرٌ أم لا. 1515 - وعنه، عن النبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ الله تَعَالَى مَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجاتٍ، وإنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلَمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا في جَهَنَّمَ». رواه البخاري. 1516 - وعن أَبي عبد الرحمان بِلالِ بن الحارِثِ المُزَنِيِّ - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَومِ يَلْقَاهُ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ مَا كَانَ يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ يَكْتُبُ الله لَهُ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ». رواه مالك في المُوَطَّأ، والترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». 1517 - وعن سفيان بن عبد الله - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ الله حدِّثني بأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ: «قلْ: رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ» قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ، مَا أخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ بِلِسانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». 1518 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «لا تُكْثِرُوا الكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ؛ فَإنَّ كَثْرَةَ الكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى قَسْوَةٌ لِلقَلْبِ! وإنَّ أبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ القَلْبُ القَاسِي». رواه الترمذي. 1519 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ، وَشَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ دَخَلَ الجَنَّةَ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 1520 - وعن عقبة بن عامرٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ اللهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 1521 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا أصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تَكْفُرُ اللِّسانَ، تَقُولُ: اتَّقِ اللهَ فِينَا، فَإنَّما نَحنُ بِكَ؛ فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وإنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا». رواه الترمذي. معنى: «تَكْفُرُ اللِّسَانَ»: أيْ تَذِلُّ وَتَخْضَعُ لَهُ. 1522 - وعن مُعَاذٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَخْبِرْني بِعَمَلٍ يُدْخِلُني الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُني مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: «لَقَدْ سَألتَ عَنْ عَظيمٍ، وإنَّهُ لَيَسيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وتُؤتِي الزَّكَاةَ، وتَصُومُ رَمَضَانَ، وتَحُجُّ البَيْتَ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أدُلُّكَ عَلَى أبْوابِ الخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَما يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ» ثُمَّ تَلا: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ} حَتَّى بَلَغَ {يَعْمَلُونَ} [النور: 16] ثُمَّ قَالَ: «ألا أُخْبِرُكَ بِرَأسِ الأَمْرِ، وَعَمُودِهِ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ» قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ، قَالَ: «رَأسُ الأمْر الإسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ الجِهادُ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ!» قُلْتُ: بلَى يَا رَسولَ اللهِ، فَأخَذَ بِلِسانِهِ وقال: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا» قُلْتُ: يَا رسولَ الله وإنَّا لَمُؤاخَذُونَ بما نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فقالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ! وَهَلْ يَكُبُّ الناسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح»، وَقَدْ سبق شرحه في باب قبل هَذَا . 1523 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قالوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أخَاكَ بِما يَكْرَهُ» قِيلَ: أفَرَأيْتَ إنْ كَانَ في أخِي مَا أقُولُ؟ قَالَ: «إنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فقد اغْتَبْتَهُ، وإنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ ». رواه مسلم. 1524 - وعن أَبي بَكْرة - رضي الله عنه: أنَّ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ في خُطْبَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ بِمِنًى في حَجَّةِ الوَدَاعِ: «إنَّ دِماءكُمْ، وَأمْوَالَكُمْ، وأعْرَاضَكُمْ، حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، في شَهْرِكُمْ هَذَا، في بَلَدِكُمْ هَذَا، ألا هَلْ بَلَّغْتُ» متفق عَلَيْهِ. 1525 - وعن عائشة رَضِيَ اللهُ عنها، قالت: قُلْتُ للنبيّ - صلى الله عليه وسلم: حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كذَا وكَذَا. قَالَ بعضُ الرواةِ: تَعْنِي قَصيرَةً، فقالَ: «لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ البَحْرِ لَمَزَجَتْهُ!» قالت: وَحَكَيْتُ لَهُ إنْسَانًا فَقَالَ: «مَا أُحِبُّ أنِّي حَكَيْتُ إنْسانًا وإنَّ لِي كَذَا وَكَذَا». رواه أَبُو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». ومعنى: «مَزَجَتْهُ» خَالَطَتْهُ مُخَالَطَةً يَتَغَيَّرُ بِهَا طَعْمُهُ أَوْ رِيحُهُ لِشِدَّةِ نَتْنِها وَقُبْحِهَا. وهذا الحَديثُ مِنْ أبلَغِ الزَّواجِرِ عَنِ الغِيبَةِ، قَالَ الله تَعَالَى: {وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الهَوَى إنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى} [النجم: 3 - 4]. 1526 - وعن أنسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «لَمَّا عُرِجَ بي مَرَرْتُ بِقَومٍ لَهُمْ أظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هؤُلاءِ يَا جِبرِيلُ؟ قَالَ: هؤُلاءِ الَّذِينَ يَأكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ في أعْرَاضِهِمْ!». رواه أَبُو داود. 1527 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ». رواه مسلم.

Bab 254. Haramnya Mengumpat dan Perintah Menjaga Lisan&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Janganlah sebagian diantara engkau semua itu mengumpat sebagian yang lainnya. Sukakah seorang diantara engkau semua makan daging saudaranya dalam keadaaan ia sudah mati, maka tentu engkau semua membenci -karena jijik terhadap perbuatan tersebut-. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya Allah adalah Maha Menerima taubat lagi Penyayang.&quot; (al-Hujurat: 12) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan janganlah engkau mengikuti apa yang engkau tidak mengetahui, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu semua akan diberi pertanyaan -apa saja yang telah dilakukan olehnya-.&quot; (al-Isra': 36) &nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Tidaklah seorang itu mengucapkan sesuatu ucapan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib -pencatat kebaikan- dan 'Atid -pencatat keburukan-.&quot; (Qaf: 18)&nbsp;Ketahuilah bahwasanya setiap seorang mukallaf -yakni akil baligh- itu seyogyanya menjaga lisannya dari segala macam perkataan, melainkan perkataan yang di dalamnya tampak nyata adanya kemaslahatan. Apabila sama nilainya antara berbicara dan tidak berbicara menurut pandangan kemaslahatan, maka sunnahnya ialah menahan mulut dari berkata-kata itu, sebab kadang-kadang perkataan yang mubah -yakni boleh dan tidak haram itu- dapat menyeret kepada keharaman atau kemakruhan. Hal ini banyak dalam adat kebiasaannya, sedangkan keselamatan itu tidak dapat diimbangi nilainya oleh sesuatu apapun. &nbsp;1508. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau -kalau tidak dapat berkata yang baik-, hendaklah ia diam saja.&quot; (Muttafaq 'alaih) hadis ini secara terang sekali menjelaskan bahwasanya seyogyanya seorang itu tidak berbicara, melainkan jikalau pembicaraannya itu berupa suatu kebaikan yakni pembicaraan yang tampak nyata adanya kemaslahatan di dalamnya. Oleh sebab itu, jikalau ia sangsi tentang akan timbulnya kemaslahatan dalam pembicaraannya tadi, maka janganlah berbicara. &nbsp;1509. Dari Abu Musa r.a., katanya: &quot;Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, manakah kaum Muslimin itu yang lebih utama?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Yaitu yang orang-orang Islam lainnya merasa selamat daripada gangguan lisannya -yakni pembicaraannya- serta dari tangannya.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1510. Dari Sahl bin Sa'ad r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada diantara kedua tulang rahangnya -yakni mulut- serta antara kedua kakinya -yakni kemaluannya-, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1511. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya seorang hamba itu berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan -baik atau buruknya-, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat.&quot; (Muttafaq 'alaih) Makna yatabayyanu ialah memikirkan apakah perkataannya itu baik atau tidak. &nbsp;1512. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Sesungguhnya seorang hamba itu mengatakan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhai oleh Allah Ta'ala yang ia sendiri tidak banyak mengambil perhatian dengan kata-katanya, lalu Allah mengangkatnya dengan beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba itu mengatakan suatu perkataan dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah Ta'ala yang ia sendiri tidak banyak mengambil perhatian dengan kata-katanya, lalu orang itu terjatuh dalam neraka Jahanam sebab kata-katanya tadi.&quot; (Riwayat Bukhari) &nbsp;1513. Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin al-Harits al-Muzani r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya seseorang itu berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang diridhai oleh Allah Ta'ala, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatat untuknya bahwa ia akan memperoleh keridhaanNya sampai pada hari ia menemuiNya -yakni hari kematiannya atau pada hari kiamat nanti-. Dan sesungguhnya seorang itu berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaanNya sampai pada hari ia menemuiNya.&quot; Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa' dan juga oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. &nbsp;1514. Dari Sufyan bin Abdullah r.a., katanya: &quot;Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya sesuatu perkara yang saya wajib tetap berpegangan dengannya itu!&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Katakanlah: &quot;Tuhanku adalah Allah,&quot; kemudian berbuat luruslah.&quot; Saya bertanya lagi: &quot;Ya Rasulullah, apakah yang paling Tuan takutkan atas diri saya?&quot; Beliau s.a.w. lalu mengambil lisannya, kemudian bersabda: &quot;Ini.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. &nbsp;1515. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau semua memperbanyak kata, selain untuk berdzikir kepada Allah Ta'ala, sebab sesungguhnya banyaknya pembicaraan -membuat- kerasnya hati dan sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah yang berhati keras -yakni enggan menerima petunjuk yang baik-&quot;. (Riwayat Tirmidzi) [Baca Status Hadis Disini]&nbsp;1516. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang dijaga oleh Allah akan keburukannya yang ada diantara kedua rahangnya -yakni mulut- dan keburukannya apa yang ada diantara kedua kakinya -yakni kemaluan-, maka dapatlah ia masuk syurga.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih &nbsp;1517. Dari 'Utbah bin 'Amir r.a. katanya: &quot;Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, apakah yang menyebabkan keselamatan itu?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Tahanlah lidahmu -yakni hati-hatilah dalam berbicara-, hendaklah rumahmu itu dapat merasakan luas padamu -maksudnya: lakukanlah sesuatu yang dapat menyebabkan engkau suka tetap berada di rumah seperti melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala dan lain-lain- dan menangislah atas kesalahan yang engkau kerjakan.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. &nbsp;1518. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Jikalau anak Adam -yakni manusia- itu berpagi-pagi, maka sesungguhnya semua anggota itu memberikan sikap tunduk kepada lidah -maksudnya: menasihati agar berhati-hati dengan lisannya-. Anggota-anggota itu berkata: &quot;Takutlah engkau kepada Allah dalam urusan kita semua ini, sebab keselamatan kita ini tergantung daripada kelakuanmu -wahai lidah-. Jikalau engkau lurus, maka kitapun lurus, sedang jikalau engkau bengkok, maka kitapun bengkok pula.&quot; (Riwayat Tirmidzi) Makna tukaffirul lisan ialah menunjukkan sikap tunduk dan patuh kepada lidah.&nbsp;1519. Dari Mu'az r.a., katanya: &quot;Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya dengan sesuatu amalan yang dapat menyebabkan saya masuk syurga dan menjauhkan saya dari neraka.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya engkau itu menanyakan sesuatu persoalan yang agung -yakni penting-, tetapi sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang dipermudahkan oleh Allah. Yaitu supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dalam bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji di Baitullah.&quot; Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sukakah engkau saya tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai -dari berbuat kemaksiatan-, sedekah itu dapat melenyapkan kesalahan -yakni dosa- sebagaimana air memadamkan api dan pula shalat seorang di tengah malam.&quot; Seterusnya Rasulullah s.a.w. membaca ayat yang artinya: &quot;Lambung-lambung mereka meninggalkan tempat-tempat tidur -yakni mereka tidak tidur-&quot; sehingga sampai pada firmanNya yang artinya: &quot;Apa yang mereka kerjakan.&quot; Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda lagi: &quot;Sukakah engkau saya beritahu tentang pokok perkara -yakni Agama Islam ini-, tiangnya dan pula puncak punggungnya?&quot; Saya menjawab: &quot;Baiklah, ya Rasulullah.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Pokoknya ialah Islam, tiangnya ialah shalat, sedang puncak punggungnya ialah jihad.&quot; Seterusnya beliau s.a.w. bersabda pula: &quot;Sukakah engkau saya beritahu tentang pangkal yang mengemudikan semua itu?&quot; Saya menjawab: &quot;Baiklah, ya Rasulullah.&quot; Beliau s.a.w. kemudian mengambil lisannya lalu bersabda: &quot;Tahanlah ini atas dirimu -yakni berhati-hatilah mengemudikan lidah itu-.&quot; Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, apakah kita ini pasti akan dituntut -yakni diterapi hukuman- dengan apa yang kita bicarakan itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Kehilangan engkau ibumu -Ini merupakan kata kebiasaan bagi bangsa Arab, semacam kita mengatakan: Celaka engkau ini-, tidakkah para manusia itu dimasukkan dalam neraka dengan tersungkur di atas muka-mukanya itu, melainkan hanya karena hasil perkataannya?&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Uraian tentang hadis ini sudah ada di muka. Keterangan: Dalam Riyadhus Shalihin belum ada hadis ini di muka. &nbsp;1520. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Adakah engkau semua mengetahui, apakah mengumpat itu?&quot; Para sahabat menjawab: &quot;Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang ada dalam diri saudaramu dengan apa-apa yang tidak disukai olehnya.&quot; Beliau s.a.w. ditanya: &quot;Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau dalam diri saudara saya itu memang benar-benar ada apa yang dikatakan itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Jikalau benar-benar ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah mengumpatnya dan jikalau tidak ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah membuat-buat kedustaan pada dirinya -memfitnahnya-.&quot; (Riwayat Muslim) &nbsp;1521. Dari Abu Bakrah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda dalam khutbahnya pada hari Nahar -yakni hari raya Kurban-, di Mina dalam melakukan haji wada' -ibadah haji terakhir bagi beliau s.a.w. sebagai mohon diri-: &quot;Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu dan kehormatan-kehormatanmu semua itu adalah haram dilanggar sebagaimana kesucian harimu itu -'Idul Adha- dalam bulanmu ini dan dalam negerimu ini. Ingatlah, tidakkah saya telah menyampaikan?&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1522. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Saya berkata kepada Nabi s.a.w.: &quot;Cukuplah bagi Tuan Shafiyah itu demikian demikian&quot; -Shafiyah adalah istrinya Rasulullah s.a.w. pula, sebagaimana halnya Aisyah. Sebagian para perawi hadis ini mengatakan: Yang dimaksudkan Aisyah itu ialah bahwa Shafiyah itu pendek-. Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Benar-benar engkau telah mengucapkan sesuatu perkataan yang apabila perkataan tadi itu dicampur dengan air laut, tentu dapat mencampurinya&quot; -yakni mengubah air laut itu menjadi berubah rasa dan baunya-. Aisyah berkata: &quot;Saya pernah pula menceritakan perihal seorang kepada beliau s.a.w., lalu beliau berkata: &quot;Saya tidak suka menceritakan hal ihwal seseorang -yang buruk- sebab sesungguhnya sayapun mempunyai demikian, demikian&quot; -yakni setiap orang tentu ada celanya sendiri-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Makna muzajtahu yakni engkau campurkan dengan percampuran yang dapat menyebabkan perubahan dalam rasa atau baunya, karena sangat bacinnya bau perkataan tadi dan sangat sekali buruknya. Hadis ini termasuk salah satu ancaman yang terkeras untuk melarang mengumpat atau ghibah. Allah Ta'ala berfirman -yang artinya-: &quot;Muhammad itu tidaklah mengatakan menurut hawa nafsu -kemauannya- sendiri. Itu hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.&quot; (an-Najm: 3-4) &nbsp;1523. Dari Anas r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Ketika saya dimi'rajkan, saya berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga yang dengan kuku-kuku tadi mereka menggaruk-garukkan muka serta dada-dada mereka sendiri. Saya bertanya: &quot;Siapakah mereka itu, hai Jibril?&quot; Jibril menjawab: &quot;Itulah orang-orang yang makan daging sesama manusia -yakni mengumpat- dan menjatuhkan kehormatan mereka.&quot; (Riwayat Abu Dawud) &nbsp;1524. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Setiap Muslim atas sesama Muslim itu haramlah darahnya, kehormatannya serta hartanya -yakni haram dilanggar-.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 254)
No Hadist 255

255 - باب تحريم سماع الغيبة وأمر من سمع غيبةً مُحرَّمةً بِرَدِّها والإنكارِ عَلَى قائلها فإنْ عجز أَوْ لَمْ يقبل منه فارق ذلك المجلس إن أمكنه قَالَ الله تَعَالَى: {وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ} [القصص: 55]، وقال تَعَالَى: {والَّذينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ} [المؤمنون: 3]، وقال تَعَالَى: {إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولًا} [الإسراء: 36]، وقال تَعَالَى: {وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ في آيَاتِنا فَأعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا في حَدِيثٍ غَيْرِهِ وإمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ القَومِ الظَّالِمِينَ} [الأنعام: 68].<br>1528 - وعن أَبي الدرداء - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أخيهِ، رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَومَ القيَامَةِ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 1529 - وعن عِتبَانَ بنِ مَالكٍ - رضي الله عنه - في حديثه الطويل المشهور الَّذِي تقدَّمَ في بابِ الرَّجاء قَالَ: قام النبيّ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّي فَقَالَ: «أيْنَ مالِكُ بنُ الدُّخْشُمِ؟» فَقَالَ رَجُلٌ: ذَلِكَ مُنَافِقٌ لا يُحِبُّ اللهَ ولا رَسُولهُ، فَقَالَ النبيّ - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تَقُلْ ذَلِكَ ألاَ تَراهُ قَدْ قَالَ: لا إلهَ إِلاَّ اللهُ يُريدُ بِذَلكَ وَجْهَ اللهِ! وإنَّ الله قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ». متفق عَلَيْهِ. «وَعِتْبان» بكسر العين عَلَى المشهور وحُكِيَ ضَمُّها وبعدها تاءٌ مثناة مِن فوق ثُمَّ باءٌ موحدة. و «الدُّخْشُم» بضم الدال وإسكان الخاء وضم الشين المعجمتين. 1530 - وعن كعب بن مالك - رضي الله عنه - في حديثه الطويل في قصةِ تَوْبَتِهِ وَقَدْ سبق في باب التَّوبةِ. قَالَ: قَالَ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ جالِسٌ في القَومِ بِتَبُوكَ: «مَا فَعَلَ كَعبُ بن مالكٍ؟» فَقَالَ رَجلٌ مِنْ بَنِي سَلمَةَ: يَا رسولَ الله، حَبَسَهُ بُرْدَاهُ والنَّظَرُ في عِطْفَيْهِ. فَقَالَ لَهُ مُعاذُ بنُ جبلٍ - رضي الله عنه: بِئْسَ مَا قُلْتَ، والله يَا رسولَ الله مَا علمنا عَلَيْهِ إِلاَّ خَيْرًا، فَسَكَتَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم. متفقٌ عَلَيْهِ. «عِطْفَاهُ»: جَانِبَاهُ، وهو إشارةٌ إلى إعجابِهِ بنفسِهِ.

Bab 255. Haramnya Mendengar Kata Umpatan -Ghibah- Dan Menyuruh Kepada Orang Yang Mendengar Umpatan Yang Diharamkan Itu supaya Menolaknya dan Mengingkari -Tidak Menyetujui- Kepada Orang Yang Mengucapkannya. Jikalau Tidak Kuasa Ataupun Orang Tadi Tidak Suka Menerima Nasihatnya, Supaya Ia Memisahkan Diri Dari Tempat Itu Jikalau Mungkin Ia Berbuat Demikian&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Jikalau mereka -yakni orang-orang mu'min- mendengar kata-kata yang tidak berguna, maka mereka berpaling daripadanya.&quot; (al-Qashash: 55)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Orang-orang mu'min ialah orang-orang yang berpaling dari kata-kata yang tidak berguna.&quot; (al-Mu'minun: 3) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati itu semua akan diberi pertanyaan -tentang apa-apa yang dilakukan masing-masing-.&quot; (al-Isra': 36) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan apabila engkau melihat orang-orang yang memperolok-olokkan keterangan-keterangan Kami, hendaklah engkau menghindarkan diri dari mereka itu, sehingga mereka membicarakan perkara yang lain. Dan jikalau engkau terlupa karena godaan syaitan, janganlah engkau terus duduk sesudah teringat itu bersama-sama dengan orang-orang yang menganiaya -diri sendiri-.&quot; (al-An'am: 68) &nbsp;1525. Dari Abuddarda' r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Barangsiapa yang menolak dari kehormatan saudaranya -seperti mencegah orang yang hendak mengumpat saudaranya itu di hadapannya-, maka Allah menolak orang itu dari neraka pada hari kiamat&quot; - Saudara yang dimaksudkan ialah orang yang sesama muslim atau mu'min. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. &nbsp;1526. Dari 'Itban bin Malik r.a. dalam hadisnya yang panjang lagi masyhur yang telah dibahas uraiannya dalam bab Harapan -lihat hadis no.416-, katanya: &quot;Nabi s.a.w. berdiri untuk shalat lalu bersabda: &quot;Manakah Malik bin Addukhsyum?&quot; Lalu ada seorang yang berkata: &quot;Ia adalah seorang munafik yang tidak mencintai Allah dan RasulNya-.&quot; Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau berkata demikian, tidakkah engkau melihat bahwa ia juga telah mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan membacanya ia menghendaki keridhaan Allah. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengan mengucapkannya itu ia mengharapkan keridhaan Allah itu.&quot; (Muttafaq 'alaih) 'Itban dengan kasrahnya 'ain menurut keterangan yang masyhur dan ada yang menceritakan dengan didhammahkan 'ainnya itu dan sehabis 'ain ialah ta' yang bertitik dua diatas lalu ba' bertitik satu. Adapun Addukhsyum dengan dhammahnya dal dan sukunnya kha' serta dhammahnya syin. Kha' dan syin itu mu'jamah semuanya. &nbsp;1527. Dari Ka'ab bin Malik r.a. dalam hadisnya yang panjang dalam kisah taubatnya dan sudah lampau keterangannya dalam bab Taubat -lihat hadis no.21-, ia berkata: &quot;Nabi s.a.w. bersabda dan waktu itu beliau sedang duduk di kalangan kaum di Tabuk -yakni orang-orang yang sama-sama mengikuti peperangan Tabuk-: &quot;Apakah yang dikerjakan oleh Ka'ab bin Malik?&quot; Kemudian ada seorang dari Bani Salimah berkata: &quot;Ya Rasulullah, ia tertahan oleh baju indahnya dan keadaan sekelilingnya yang permai pandangannya.&quot; Mu'az bin Jabal lalu berkata: &quot;Buruk sekali yang engkau katakan itu. Demi Allah ya Rasulullah, kita tidak mengetahui tentang diri Ka'ab itu melainkan yang baik-baik saja.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu berdiam diri. (Muttafaq 'alaih) 'Ithfahu artinya di kedua tepinya atau sekelilingnya, ini adalah sebagai isyarat keheranan seseorang pada dirinya sendiri. (HR.riyadhus_shalihin : 255)
No Hadist 256

256 - باب مَا يباح من الغيبة اعْلَمْ أنَّ الغِيبَةَ تُبَاحُ لِغَرَضٍ صَحيحٍ شَرْعِيٍّ لا يُمْكِنُ الوُصُولُ إِلَيْهِ إِلاَّ بِهَا، وَهُوَ سِتَّةُ أسْبَابٍ: الأَوَّلُ: التَّظَلُّمُ، فَيَجُوزُ لِلمَظْلُومِ أَنْ يَتَظَلَّمَ إِلَى السُّلْطَانِ والقَاضِي وغَيرِهِما مِمَّنْ لَهُ وِلاَيَةٌ، أَوْ قُدْرَةٌ عَلَى إنْصَافِهِ مِنْ ظَالِمِهِ، فيقول: ظَلَمَنِي فُلاَنٌ بكذا.<br>الثَّاني: الاسْتِعانَةُ عَلَى تَغْيِيرِ المُنْكَرِ، وَرَدِّ العَاصِي إِلَى الصَّوابِ، فيقولُ لِمَنْ يَرْجُو قُدْرَتهُ عَلَى إزالَةِ المُنْكَرِ: فُلانٌ يَعْمَلُ كَذا، فازْجُرْهُ عَنْهُ ونحو ذَلِكَ ويكونُ مَقْصُودُهُ التَّوَصُّلُ إِلَى إزالَةِ المُنْكَرِ، فَإنْ لَمْ يَقْصِدْ ذَلِكَ كَانَ حَرَامًا. الثَّالِثُ: الاسْتِفْتَاءُ، فيقُولُ لِلمُفْتِي: ظَلَمَنِي أَبي أَوْ أخي، أَوْ زوجي، أَوْ فُلانٌ بكَذَا فَهَلْ لَهُ ذَلِكَ؟ وَمَا طَريقي في الخلاصِ مِنْهُ، وتَحْصيلِ حَقِّي، وَدَفْعِ الظُّلْمِ؟ وَنَحْو ذَلِكَ، فهذا جَائِزٌ لِلْحَاجَةِ، ولكِنَّ الأحْوطَ والأفضَلَ أَنْ يقول: مَا تقولُ في رَجُلٍ أَوْ شَخْصٍ، أَوْ زَوْجٍ، كَانَ مِنْ أمْرِهِ كذا؟ فَإنَّهُ يَحْصُلُ بِهِ الغَرَضُ مِنْ غَيرِ تَعْيينٍ، وَمَعَ ذَلِكَ، فالتَّعْيينُ جَائِزٌ كَمَا سَنَذْكُرُهُ في حَدِيثِ هِنْدٍ إنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى. الرَّابعُ: تَحْذِيرُ المُسْلِمينَ مِنَ الشَّرِّ وَنَصِيحَتُهُمْ، وذَلِكَ مِنْ وُجُوهٍ: مِنْهَا جَرْحُ المَجْرُوحينَ مِنَ الرُّواةِ والشُّهُودِ وذلكَ جَائِزٌ بإجْمَاعِ المُسْلِمينَ، بَلْ وَاجِبٌ للْحَاجَةِ. ومنها: المُشَاوَرَةُ في مُصاهَرَةِ إنْسانٍ أو مُشاركتِهِ، أَوْ إيداعِهِ، أَوْ مُعامَلَتِهِ، أَوْ غيرِ ذَلِكَ، أَوْ مُجَاوَرَتِهِ، ويجبُ عَلَى المُشَاوَرِ أَنْ لا يُخْفِيَ حَالَهُ، بَلْ يَذْكُرُ المَسَاوِئَ الَّتي فِيهِ بِنِيَّةِ النَّصيحَةِ. ومنها: إِذَا رأى مُتَفَقِّهًا يَتَرَدَّدُ إِلَى مُبْتَدِعٍ، أَوْ فَاسِقٍ يَأَخُذُ عَنْهُ العِلْمَ، وخَافَ أَنْ يَتَضَرَّرَ المُتَفَقِّهُ بِذَلِكَ، فَعَلَيْهِ نَصِيحَتُهُ بِبَيانِ حَالِهِ، بِشَرْطِ أَنْ يَقْصِدَ النَّصِيحَةَ، وَهَذا مِمَّا يُغلَطُ فِيهِ. وَقَدْ يَحمِلُ المُتَكَلِّمَ بِذلِكَ الحَسَدُ، وَيُلَبِّسُ الشَّيطانُ عَلَيْهِ ذَلِكَ، ويُخَيْلُ إِلَيْهِ أنَّهُ نَصِيحَةٌ فَليُتَفَطَّنْ لِذلِكَ. وَمِنها: أَنْ يكونَ لَهُ وِلايَةٌ لا يقومُ بِهَا عَلَى وَجْهِها: إمَّا بِأنْ لا يكونَ صَالِحًا لَهَا، وإما بِأنْ يكونَ فَاسِقًا، أَوْ مُغَفَّلًا، وَنَحوَ ذَلِكَ فَيَجِبُ ذِكْرُ ذَلِكَ لِمَنْ لَهُ عَلَيْهِ ولايةٌ عامَّةٌ لِيُزيلَهُ، وَيُوَلِّيَ مَنْ يُصْلحُ، أَوْ يَعْلَمَ ذَلِكَ مِنْهُ لِيُعَامِلَهُ بِمُقْتَضَى حالِهِ، وَلاَ يَغْتَرَّ بِهِ، وأنْ يَسْعَى في أَنْ يَحُثَّهُ عَلَى الاسْتِقَامَةِ أَوْ يَسْتَبْدِلَ بِهِ. الخامِسُ: أَنْ يَكُونَ مُجَاهِرًا بِفِسْقِهِ أَوْ بِدْعَتِهِ كالمُجَاهِرِ بِشُرْبِ الخَمْرِ، ومُصَادَرَةِ النَّاسِ، وأَخْذِ المَكْسِ ، وجِبَايَةِ الأمْوَالِ ظُلْمًا، وَتَوَلِّي الأمُورِ الباطِلَةِ، فَيَجُوزُ ذِكْرُهُ بِمَا يُجَاهِرُ بِهِ، وَيَحْرُمُ ذِكْرُهُ بِغَيْرِهِ مِنَ العُيُوبِ، إِلاَّ أَنْ يكونَ لِجَوازِهِ سَبَبٌ آخَرُ مِمَّا ذَكَرْنَاهُ. السَّادِسُ: التعرِيفُ، فإذا كَانَ الإنْسانُ مَعْرُوفًا بِلَقَبٍ، كالأعْمَشِ، والأعرَجِ، والأَصَمِّ، والأعْمى، والأحْوَلِ، وغَيْرِهِمْ جاز تَعْرِيفُهُمْ بذلِكَ، وَيَحْرُمُ إطْلاقُهُ عَلَى جِهَةِ التَّنْقِيصِ، ولو أمكَنَ تَعْريفُهُ بِغَيرِ ذَلِكَ كَانَ أوْلَى، فهذه ستَّةُ أسبابٍ ذَكَرَهَا العُلَمَاءُ وأكثَرُها مُجْمَعٌ عَلَيْهِ، وَدَلائِلُهَا مِنَ الأحادِيثِ الصَّحيحَةِ مشهورَةٌ. فمن ذَلِكَ: 1531 - عن عائشة رَضِيَ اللهُ عنها: أنَّ رجلًا اسْتَأذَنَ عَلَى النبيّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «ائْذَنُوا لَهُ، بِئسَ أخُو العَشِيرَةِ؟». متفق عَلَيْهِ. احتَجَّ بِهِ البخاري في جوازِ غيبَة أهلِ الفسادِ وأهلِ الرِّيبِ. 1532 - وعنها، قالت: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَا أظُنُّ فُلانًا وفُلانًا يَعْرِفانِ مِنْ دِينِنَا شَيْئًا». رواه البخاري. قَالَ: قَالَ اللَّيْثُ بن سعدٍ أحَدُ رُواة هَذَا الحديثِ: هذانِ الرجلانِ كانا من المنافِقِينَ. 1533 - وعن فاطمة بنتِ قيسٍ رَضِيَ اللهُ عنها، قالت: أتيت النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - فقلتُ: إنَّ أَبَا الجَهْم وَمُعَاوِيَةَ خَطَبَانِي؟ فَقَالَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «أمَّا مُعَاوِيَةُ، فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ، وأمَّا أَبُو الجَهْمِ، فَلاَ يَضَعُ العَصَا عَنْ عَاتِقِهِ» متفق عَلَيْهِ. وفي رواية لمسلم: «وَأمَّا أَبُو الجَهْمِ فَضَرَّابٌ لِلنِّساءِ» وَهُوَ تفسير لرواية: «لا يَضَعُ العَصَا عَنْ عَاتِقِهِ» وقيل: معناه: كثيرُ الأسفارِ. 1534 - وعن زيد بن أرقم - رضي الله عنه - قَالَ: خرجنا مَعَ رسُولِ الله - صلى الله عليه وسلم - في سَفَرٍ أصَابَ النَّاسَ فِيهِ شِدَّةٌ، فَقَالَ عبدُ اللهِ بن أُبَيّ: لاَ تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِندَ رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - حَتَّى يَنْفَضُّوا، وقال: لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى المَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الأَعَزُّ مِنْهَا الأَذَلَّ، فَأَتَيْتُ رسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فَأخْبَرْتُهُ بذلِكَ، فَأرْسَلَ إِلَى عبدِ الله بن أُبَيِّ، فَاجْتَهَدَ يَمِينَهُ: مَا فَعلَ، فقالوا: كَذَبَ زيدٌ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - فَوَقَعَ في نَفْسِي مِمَّا قَالُوهُ شِدَّةٌ حَتَّى أنْزلَ اللهُ تَعَالَى تَصْدِيقِي: {إِذَا جَاءكَ المُنَافِقُونَ} ثُمَّ دعاهُمُ النبيّ - صلى الله عليه وسلم - لِيَسْتَغْفِرَ لَهُمْ فَلَوَّوْا رُؤُوسَهُمْ. متفق عَلَيْهِ. 1535 - وعن عائشة رَضِيَ اللهُ عنها، قالت: قالت هِنْدُ امْرَأةُ أَبي سفْيَانَ للنَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم: إنَّ أَبَا سُفْيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ وَلَيْسَ يُعْطِينِي مَا يَكْفيني وولَدِي إِلاَّ مَا أَخَذْتُ مِنْهُ، وَهُوَ لا يَعْلَمُ؟ قَالَ: «خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلدَكِ بِالمَعْرُوفِ». متفق عَلَيْهِ.

Bab 256. Uraian Perihal Ghibah -Mengumpat- Yang Dibolehkan&nbsp;&nbsp;Ketahuilah bahwasanya mengumpat itu dibolehkan karena adanya tujuan yang dianggap benar menurut pandangan syara' Agama Islam, yang tidak akan mungkin dapat sampai kepada tujuan tadi, melainkan dengan cara mengumpat itu. Dalam hal ini adalah beberapa macam sebab-sebabnya, diantaranya adalah: Dalam mengajukan pengaduan penganiayaan, maka bolehlah seorang yang merasa dirinya dianiaya apabila mengajukan pengaduan penganiayaan itu kepada sultan, hakim ataupun lain-lainnya dari golongan orang yang mempunyai jabatan atau kekuasaan untuk menolong orang yang dianiaya itu dari orang yang menganiayanya. Orang yang dianiaya tadi bolehlah mengucapkan: &quot;Si Fulan itu menganiaya saya dengan cara demikian.&quot; Dalam meminta pertolongan untuk menghilangkan sesuatu kemungkaran dan mengembalikan orang yang melakukan kemaksiatan kepada jalan yang benar. Orang itu bolehlah mengucapkan kepada orang yang ia harapkan dapat menggunakan kekuasaannya untuk menghilangkan kemungkaran tadi: &quot;Si Fulan itu mengerjakan demikian, maka itu cegahlah ia dari perbuatannya itu,&quot; atau lain-lain sebagainya. Maksudnya adalah agar kemungkaran tadi lenyap. Jadi apabila tidak mempunyai maksud sedemikian, maka pengumpatan itu adalah haram hukumnya. Dalam meminta fatwa -yakni penerangan keagamaan-. Orang yang hendak meminta fatwa itu bolehlah mengucapkan kepada orang yang dapat memberi fatwa yakni mufti: &quot;Saya dianiaya oleh ayahku atau saudaraku atau suamiku atau si Fulan dengan perbuatan demikian demikian, apakah ia berhak berbuat sedemikian itu padaku? Dan bagaimana jalan untuk menyelamatkan diri dari penganiayaannya itu? Bagaimana untuk memperoleh hakku itu serta bagaimanakah caranya menolak kezhalimannya itu?&quot; dan sebagainya. Pengumpatan semacam ini adalah boleh karena adanya keperluan. Tetapi yang lebih berhati-hati dan pula lebih utama ialah apabila ia mengucapkan: &quot;Bagaimanakah pendapat Anda mengenai seseorang atau manusia atau suami yang berkeadaan sedemikian ini?&quot; Dengan begitu, maka tujuan meminta fatwanya dapat dihasilkan tanpa menentukan atau menyebutkan nama seseorang. Sekalipun demikian, menentukan yakni menyebutkan nama seseorang itu dalam hal ini adalah boleh atau jaiz, sebagaimana yang akan kami cantumkan dalam Hadisnya Hindun -lihat hadis no.1532-. Insya Allah Ta'ala. Dalam hal menakut-nakuti kaum Muslimin dari sesuatu kejelekan serta menasihati mereka -jangan terjerumus dalam kesesatan karenanya-. Yang sedemikian dapat diambil dari beberapa sudut, diantaranya ialah memburukkan kepada para perawi hadis yang memang buruk ataupun para saksi -dalam sesuatu perkara-. Hal ini boleh dilakukan dengan berdasarkan ijma'nya seluruh kaum Muslimin, tetapi bahkan wajib karena adanya kepentingan. Di antaranya lagi ialah di waktu bermusyawarah untuk mengambil seseorang sebagai menantu, atau hendak berserikat dagang dengannya, atau akan menitipkan sesuatu padanya ataupun hendak bermuamalat dalam perdagangan dan lain-lain sebagainya, ataupun hendak mengambil seseorang sebagai tetangga. Orang yang dimintai musyawarahnya itu wajib untuk tidak menyembunyikan hal keadaan orang yang ditanyakan oleh orang yang meminta pertimbangan tadi, dan bolehlah ia menyebutkan beberapa cela yang benar-benar ada dalam dirinya orang yang ditanyakan itu dengan tujuan dan niat menasihati. Apabila seseorang melihat seorang ahli agama -pandai dalam seluk beluk keagamaan- yang mondar-mandir ke tempat orang yang ahli kebid'ahan atau orang fasik yang mengambil ilmu pengetahuan dari orang ahli agama tadi dan dikhawatirkan kalau-kalau orang ahli agama itu terkena bencana dengan pergaulannya bersama kedua macam orang tersebut di atas. Maka orang yang melihatnya itu bolehlah menasihatinya -yakni orang ahli agama itu- tentang hal ihwal dari orang yang dihubungi itu, dengan syarat benar-benar berniat untuk menasihati. Persoalan di atas itu seringkali disalah gunakan dan orang yang berbicara tersebut -yakni orang yang rupanya hendak menasihati- hanyalah karena didorong oleh kedengkian. Memang syaitan pandai benar mencampur-baurkan pada orang itu akan sesuatu perkara. Ia menampakkan pada orang tersebut, seolah-olah apa yang dilakukan itu adalah merupakan nasihat, tetapi sebenarnya adalah karena lain tujuan, misalnya kedengkian, iri hati dan sebagainya. Oleh sebab itu hendaklah seorang itu pandai-pandai meletakkan sesuatu dalam persoalan ini. Di antaranya lagi misalnya ada seorang yang sedang mempunyai sesuatu jabatan yang tidak menetapi ketentuan-ketentuan. 1528. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya ada sesorang lelaki meminta izin kepada Nabi s.a.w untuk menemuinya, lalu beliau s.a.w bersabda untuk menemuinya, lalu beliau s.a.w bersabda -kepada sahabat-sahabat-: &quot;Izinkanlah ia, ia adalah seburuk-buruknya orang dari seluruh keluarganya.&quot; (Muttafaq ‘alaih) Imam Bukhari mengambil keterangan dari hadis ini akan bolehnya mengumpat kepada orang-orang yang suka membuat kerusakan serta ahli bimbang -tidak berpendirian tetap-. &nbsp;1529. Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: &quot;Saya tidak menyakinkan kepada si fulan dan si fulan itu bahwa keduanya itu mengetahui sesuatu perihal agama kita.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ia berkata: “Allaits bin Sa’ad, salah seorang yang meriwayatkan hadis ini berkata: &quot;Kedua orang lelaki ini termasuk golongan kaum munafik&quot;. &nbsp;1530. Dari Fathimah binti Qais radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Saya mendatangi Nabi s.a.w. lalu saya berkata: &quot;Sesungguhnya Abuljahm dan Mu'awiyah itu sama-sama melamar diriku.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Adapun Mu'awiyah itu adalah seorang fakir yang tiada berharta, sedangkan Abuljahm adalah seorang yang tidak sempat meletakkan tongkat dari bahunya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: &quot;Adapun Abuljahm, maka ia adalah seorang yang gemar memukul wanita.&quot; Ini adalah sebagai tafsiran dari riwayat yang menyebutkan bahwa ia tidak sempat meletakkan tongkat dari bahunya. Ada pula yang mengartikan lain ialah bahwa &quot;tidak sempat meletakkan tongkat dari bahunya&quot; itu artinya banyak sekali berpergiannya. &nbsp;1531. Dari Zaid bin Arqam r.a., katanya: &quot;Kita keluar bersama Rasulullah s.a.w. dalam suatu perjalanan yang menyebabkan orang-orang banyak memperoleh kesukaran, lalu Abdullah bin Ubay berkata: &quot;Janganlah engkau semua memberikan apa-apa kepada orang yang ada di dekat Rasulullah, sehingga mereka pergi -yakni berpisah dari sisi beliau s.a.w. itu-.&quot; Selanjutnya ia berkata lagi: &quot;Sesungguhnya kalau kita sudah kembali ke Madinah, sesungguhnya orang yang berkuasa akan mengusir orang yang rendah.&quot; Saya lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. dan memberitahukan perihal ucapannya Abdullah bin Ubay di atas. Beliau s.a.w. menyuruh Abdullah bin Ubay datang padanya, tetapi ia bersungguh-sungguh dalam sumpahnya bahwa ia tidak melakukan itu -yakni tidak berkata sebagaimana di atas-. Para sahabat lalu berkata: &quot;Zaid berdusta kepada Rasulullah s.a.w.&quot; Dalam jiwaku terasa amat berat sekali karena ucapan mereka itu, sehingga Allah Ta'ala menurunkan ayat, untuk membenarkan apa yang saya katakan tadi, yaitu -yang artinya-: &quot;Jikalau orang-orang munafik itu datang padamu.&quot; (al-Munafiqun: 1) Nabi s.a.w. lalu memanggil mereka untuk dimintakan pengampunan -yakni supaya orang-orang yang mengatakan bahwa Zaid berdusta itu dimohonkan pengampunan kepada Allah oleh beliau s.a.w.-, tetapi orang-orang itu memalingkan kepalanya -yakni enggan untuk dimintakan pengampunan-.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1532. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Hindun yaitu istrinya Abu Sufyan berkata kepada Nabi s.a.w.: &quot;Sesungguhnya Abu Sufyan itu seorang lelaki yang kikir, ia tidak memberikan nafkah yang dapat mencukupi kebutuhanku serta untuk keperluan anakku, melainkan dengan cara saya mengambil sesuatu daripadanya, sedang ia tidak mengetahuinya.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Ambil sajalah yang sekiranya dapat mencukupi kebutuhanmu dan untuk kepentingan anakmu dengan baik-baik -yakni jangan berlebih-lebihan-.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 256)
No Hadist 257

257 - باب تحريم النميمة وهي نقل الكلام بَيْنَ الناس عَلَى جهة الإفساد قَالَ الله تَعَالَى: {هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَميمٍ} [ن: 11] وقال تَعَالَى: {مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18].<br>1536 - وعن حُذَيْفَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ ».متفق عَلَيْهِ. 1537 - وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما: أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - مرَّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: «إنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ في كَبيرٍ! بَلَى إنَّهُ كَبِيرٌ: أمَّا أَحَدُهُمَا، فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ، وأمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ». متفق عَلَيْهِ. وهذا لفظ إحدى روايات البخاري. قَالَ العلماءُ معنى: «وَمَا يُعَذَّبَانِ في كَبيرٍ» أيْ: كَبيرٍ في زَعْمِهِمَا. وقِيلَ: كَبيرٌ تَرْكُهُ عَلَيْهِمَا. 1538 - وعن ابن مسعود - رضي الله عنه: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ مَا العَضْهُ؟ هي النَّمَيمَةُ؛ القَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ». رواه مسلم. «العَضْهُ»: بفتح العين المهملة، وإسكان الضاد المعجمة، وبالهاء عَلَى وزن الوجهِ، ورُوِي «العِضةُ» بكسر العين وفتح الضاد المعجمة عَلَى وزن العِدَة، وهي: الكذب والبُهتان، وعلى الرِّواية الأولى: العَضْهُ مصدرٌ يقال: عَضَهَهُ عَضهًا، أيْ: رماهُ بالعَضْهِ.

Bab 257. Haramnya Mengadu Domba Yaitu Memindahkan Kata-kata Antara Para Manusia Dengan Maksud Hendak Membuat Mereka Saling Bermusuhan, Merusak Dan Memfitnah Mereka&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.&quot; (al-Qalam: 11) &nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Tiada seseorang itu mengucapkan sesuatu perkataan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib -pencatat kebaikan- dan 'Atid -pencatat keburukan-.&quot; (Qaf: 18) &nbsp;1533. Dari Hudzaifah r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidak dapat masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1534. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: &quot;Sesungguhnya kedua orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian dari najis-.&quot; Muttafaq 'alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: &quot;Tidaklah mereka itu disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,&quot; yakni bukan kesalahan besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.&nbsp;1535. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Tahukah engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu domba antara para manusia.&quot; (Riwayat Muslim) Al'adhha dengan fathahnya 'ain muhmalah dan sukunnya dhad mu'jamah dan dengan ha' menurut wazan Alwajhu. Ada yang mengatakan Al'idhatu dengan kasrahnya 'ain dan fathahnya dhad mu'jamah menurut wazan Al'idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al'adhhu adalah mashdar, dikatakan: 'adhahahu 'adhhan artinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan. (HR.riyadhus_shalihin : 257)
No Hadist 258

258 - باب النهي عن نقل الحديث وكلام الناس إِلَى ولاة الأمور إِذَا لَمْ تَدْعُ إِلَيْهِ حاجة كخوف مفسدة ونحوه قَالَ الله تَعَالَى: {وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالعُدْوانِ} [المائدة: 2]. وفي الباب الأحاديث السابقة في الباب قبله.<br>1539 - وعن ابن مسعودٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لا يُبَلِّغُنِي أَحَدٌ مِنْ أصْحَابِي عَنْ أَحَدٍ شَيْئًا، فإنِّي أُحِبُّ أَنْ أخْرُجَ إِلَيْكُمْ وأنَا سَليمُ الصَّدْرِ». رواه أَبُو داود والترمذي.

Bab 258. Larangan Menyampaikan Kata-Kata Atau Pembicaraan Orang-Orang Kepada Para Penguasa Negara, Jikalau Tidak Didorong Oleh Sesuatu Keperluan Seperti Takutnya Timbulnya Kerusakan Dan Lain-Lain&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan jangan tolong menolonglah engkau semua pada hal-hal yang dosa dan permusuhan.&quot; (al-Maidah: 2) Dalam bab ini banyak sekali Hadis-hadis yang sudah dicantumkan dalam bab sebelumnya. &nbsp;1536. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah seseorang dari sahabat-sahabatku itu menyampaikan sesuatu padaku, sebab sesungguhnya saya ini ingin kalau keluar kepadamu semua itu dengan dada -hati- yang selamat -yakni tenang-.&quot; Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi. [Baca Status Hadis Disini] (HR.riyadhus_shalihin : 258)
No Hadist 259

259 - باب ذمِّ ذِي الوَجْهَيْن قَالَ الله تَعَالَى: {يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلاَ يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إذْ يُبَيِّتُونَ مَا لا يَرْضَى مِنَ القَولِ وكَانَ اللهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحيطًا}. [النساء: 108].<br>1540 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «تَجِدُونَ النَّاسَ مَعادِنَ: خِيَارُهُم في الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ في الإسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا، وتَجِدُونَ خِيَارَ النَّاسِ في هَذَا الشَّأنِ أَشَدَّهُمْ كَرَاهِيَةً لَهُ، وَتَجِدُونَ شَرَّ النَّاسِ ذَا الوَجْهَينِ، الَّذِي يَأتِي هؤُلاءِ بِوَجْهٍ، وَهَؤُلاءِ بِوَجْهٍ». متفق عَلَيْهِ. 1541 - وعن محمد بن زيدٍ: أنَّ ناسًا قالوا لِجَدِّهِ عبدِ اللهِ بن عمر رضي الله عنهما: إنَّا نَدْخُلُ عَلَى سَلاَطِيننَا فَنَقُولُ لَهُمْ بِخِلاَفِ مَا نَتَكَلَّمُ إِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِهِمْ. قَالَ: كُنَّا نَعُدُّ هَذَا نِفَاقًا عَلَى عَهْدِ رسُولِ الله - صلى الله عليه وسلم. رواه البخاري.

Bab 259. Tercelanya Orang Yang Bermuka Dua -Munafik-&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi tidak dapat bersembunyi dari Allah. Allah adalah bersama mereka itu pada malam hari, ketika mereka mengucapkan perkataan yang tidak disukai oleh Allah dan Allah adalah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka kerjakan,&quot; sampai dua ayat yang berikutnya. (an-Nisa': 108-109) &nbsp;1537. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Engkau semua menemukan para manusia itu adalah sebagai logam, mana yang pilihan diantara mereka di zaman Jahiliyah, maka mereka itu pulalah yang merupakan pilihan di zaman Islam, jikalau mereka pandai dalam agama. Engkau semua menemukan sebaik-baik para manusia dalam hal ini -yakni mengenai pemerintahan dan kekhalifahan- ialah yang paling tidak suka untuk menjabatnya. Engkau semua akan menemukan seburuk-buruk para manusia ialah orang yang bermuka dua -plin plan atau munafik-, ia datang di golongan orang-orang yang sini dengan muka yang satunya dan datang kepada golongan orang-orang yang sana dengan muka yang lainnya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Al-Qadhi berkata: &quot;Hal yang dimaksudkan di sini dapat diihtimalkan, maknanya ialah urusan Agama Islam, sebagaimana halnya Umar bin al-Khaththab r.a. dan lain-lain yang seumpama dengannya. Mula-mula ia sangat membenci Islam dengan kebencian yang amat sangat, tetapi setelah masuk Islam ia berikhlas hati dan rnencintainya secara luar biasa dan berjihad untuknya dengan jihad yang sebenar-benarnya. Tetapi dapat diihtimalkan pula bahwa maksudnya ialah urusan pemerintahan dan kekuasaan negara, sebab jikalau seorang diberi kekuasaan itu tanpa ia memintanya, maka ia akan memperoleh pertolongan untuk itu yakni inayat dari Allah Ta'ala.&quot; Intaha dari syarah Muslim. &nbsp;1538. Dari Muhammad bin Zaid bahwasanya ada beberapa orang berkata kepada nenek lelakinya yakni Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma: &quot;Sesungguhnya kita semua masuk menghadap sultan-sultan kita, lalu kita berkata kepada mereka dengan cara yang lain kita bicarakan jikalau kita telah keluar dari sisi mereka itu.&quot; Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata: &quot;Kita menganggap hal yang semacam itu sebagai suatu kemunafikan di zaman Rasulullah s.a.w. dulu.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 259)
No Hadist 260

260 - باب تحريم الكذب قَالَ الله تَعَالَى: {وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ} [الإسراء: 36]. وقال تَعَالَى: {مَا يَلْفِظُ مِنْ قَولٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18].<br>1542 - وعن ابن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وإنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا. وإنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وإنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا». متفقٌ عَلَيْهِ. 1543 - وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ، كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ، كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ نِفاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ». متفق عَلَيْهِ. وَقَدْ سبق بيانه مَعَ حديث أَبي هريرة بنحوه في «باب الوفاءِ بالعهدِ». 1544 - وعن ابن عباس رضي الله عنهما، عن النبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ، كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْن وَلَنْ يَفْعَلَ، وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَديثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، صُبَّ في أُذُنَيْهِ الآنُكُ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَمَنْ صَوَّرَ صُورَةً عُذِّبَ وَكُلِّفَ أَنْ يَنْفُخَ فِيهَا الرُّوحَ وَلَيْسَ بنافِخٍ». رواه البخاري. «تَحَلم»: أيْ قَالَ إنَّه حلم في نومه ورأى كذا وكذا، وَهُوَ كاذب. و «الآنك» بالمدّ وضم النون وتخفيف الكاف: وَهُوَ الرَّصَاصُ المذاب. 1545 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «أَفْرَى الفِرَى أَنْ يُرِيَ الرَّجُلُ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَيَا». رواه البخاري. ومعناه: يقول: رأيتُ، فيما لَمْ يَرَهُ. 1546 - وعن سَمُرَةَ بنِ جُنْدُبٍ - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ رسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - مِمَّا يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ لأَصْحَابِهِ: «هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْ رُؤْيَا؟» فَيَقُصُّ عَلَيْهِ مَنْ شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُصَّ، وإنَّهُ قَالَ<br>لَنا ذَاتَ غَدَاةٍ: «إنَّهُ أَتَانِيَ اللَّيْلَةَ آتِيَانِ، وإنَّهُمَا قَالا لِي: انْطَلِقْ، وإنِّي انْطَلَقتُ مَعَهُمَا، وإنَّا أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ، وَإِذَا آخَرُ قائِمٌ عَلَيْهِ بِصَخْرَةٍ، وَإِذَا هُوَ يَهْوِي بِالصَّخْرَةِ لِرَأْسِهِ، فَيَثْلَغُ رَأسَهُ، فَيَتَدَهْدَهُ الحَجَرُ هَا هُنَا، فَيَتْبَعُ الحَجَرَ فَيَأخُذُهُ فَلاَ يَرْجِعُ إِلَيْهِ حَتَّى يَصِحَّ رَأسُهُ كَما كَانَ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ، فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ المَرَّةَ الأوْلَى!» قَالَ: «قُلْتُ لهما: سُبْحانَ اللهِ! مَا هَذَان؟ قَالا لي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا، فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مُسْتَلْقٍ لِقَفَاهُ، وَإِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَلَيْهِ بِكَلُّوبٍ مِنْ حَديدٍ، وَإِذَا هُوَ يَأتِي أحَدَ شِقَّيْ وَجْهِهِ فَيُشَرْشِرُ شِدْقَهُ إِلَى قَفَاهُ، ومِنْخَرَهُ إِلَى قَفَاهُ، وعَيْنَهُ إِلَى قَفَاهُ، ثُمَّ يَتَحَوَّلُ إِلَى الجانبِ الآخَرِ، فَيَفْعَلُ بِهِ مِثْلَ مَا فَعَلَ بالجَانِبِ الأوَّلِ، فَمَا يَفْرَغُ مِنْ ذَلِكَ الجانبِ حَتَّى يَصِحَّ ذَلِكَ الجانبُ كما كَانَ، ثُمَّ يَعُودُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي المرَّةِ الأُوْلَى» قَالَ: «قُلْتُ: سُبْحَانَ اللهِ! مَا هذانِ؟ قالا لي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا، فَأَتَيْنَا عَلَى مِثْلِ التَّنُّورِ» فَأَحْسِبُ أنَّهُ قَالَ: «فإذا فِيهِ لَغَطٌ، وأصْواتٌ، فَاطَّلَعْنَا فِيهِ فإذا فِيهِ رِجَالٌ وَنِساءٌ عُرَاةٌ، وَإِذَا هُمْ يَأتِيِهمْ لَهَبٌ مِنْ أسْفَلَ مِنْهُمْ، فإذا أتاهُمْ ذَلِكَ اللَّهَبُ ضَوْضَوْا. قُلْتُ: مَا هَؤلاءِ؟ قَالا لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا، فَأَتَيْنَا عَلَى نَهْرٍ» حَسِبْتُ أنَّهُ كَانَ يَقُولُ: «أَحْمَرُ مِثْلُ الدَّمِ، وَإِذَا في النَّهْرِ رَجُلٌ سابحٌ يَسْبَحُ، وَإِذَا عَلَى شَطِّ النَّهْرِ رَجُلٌ قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ حِجَارَةً كثيرةً، وَإِذَا ذَلِكَ السَّابحُ يَسْبَحُ، مَا يَسْبَحُ، ثُمَّ يَأتِي ذَلِكَ الَّذِي قَدْ جَمَعَ عِنْدَهُ الحِجَارَةَ، فَيَفْغَرُ لَهُ فاهُ، فَيُلْقِمُهُ حَجَرًا، فَينْطَلِقُ فَيَسْبَحُ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَيْهِ، كُلَّمَا رَجَعَ إِلَيْهِ، فَغَرَ لَهُ فَاهُ، فَألْقَمَهُ حَجَرًا، قُلْتُ لهُما: مَا هذانِ؟ قالاَ لِي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا، فَأَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ كَريهِ المرْآةِ، أَوْ كَأكْرَهِ مَا أنتَ رَاءٍ رجُلًا مَرْأىً، فإذا هُوَ عِنْدَهُ نَارٌ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا. قُلْتُ لَهُمَا: مَا هَذَا؟ قالاَ لي: انْطَلِقِ انْطَلِقْ، فَانْطَلَقْنَا، فَأتَيْنَا عَلَى رَوْضَةٍ مُعْتَمَّةٍ فِيهَا مِنْ كُلِّ نَوْرِ الرَّبيعِ، وَإِذَا بَيْنَ ظَهْرَي الرَّوْضَةِ رَجُلٌ طَويلٌ لا أَكادُ أَرَى رَأسَهُ طُولًا في السَّماءِ، وَإِذَا حَوْلَ الرَّجُلِ مِنْ أَكْثَرِ وِلدانٍ رَأيْتُهُمْ قَطُّ، قُلْتُ: مَا هَذَا؟ وَمَا هؤلاءِ؟ قالا لي: انْطَلقِ انْطَلقْ، فَانْطَلَقْنَا، فَأَتَيْنَا إِلَى دَوْحَةٍ عَظيمةٍ لَمْ أَرَ دَوْحَةً قَطُّ أعْظمَ مِنْهَا، وَلاَ أحْسَنَ! قالا لي: ارْقَ فِيهَا، فارْتَقَيْنَا فِيهَا إِلَى مَدينَةٍ مَبْنِيَّةٍ بِلَبنٍ ذَهَبٍ وَلَبنٍ فِضَّةٍ، فَأَتَيْنَا بَابَ المَدِينَةِ فَاسْتَفْتَحْنَا، فَفُتِحَ لَنَا فَدَخَلْنَاها، فَتَلَقَّانَا رِجالٌ شَطْرٌ مِنْ خَلْقِهِمْ كأَحْسَنِ مَا أنت راءٍ! وَشَطْرٌ مِنْهُمْ كأقْبَحِ مَا أنتَ راءٍ! قالا لَهُمْ: اذْهَبُوا فَقَعُوا في ذَلِكَ النَّهْرِ، وَإِذَا هُوَ نَهْرٌ مُعْتَرِضٌ يَجْرِي كأنَّ ماءهُ المَحْضُ في البَيَاضِ، فَذَهَبُوا فَوَقَعُوا فِيهِ. ثُمَّ رَجَعُوا إلَيْنَا قَدْ ذَهَبَ ذَلِكَ السُّوءُ عَنْهُمْ، فَصَارُوا في أحْسَنِ صُورَةٍ» قَالَ: «قالا لِي: هذِهِ جَنَّةُ عَدْنٍ، وهذاك مَنْزِلُكَ، فسَمَا بَصَري صُعُدًا، فإذا قَصْرٌ مِثْلُ الرَّبَابَةِ البَيضاءِ، قالا لي: هذاكَ مَنْزلكَ؟ قلتُ لهما: باركَ اللهُ فيكُما، فذَراني فأدخُلَه. قالا لي: أمَّا الآنَ فَلاَ، وأنتَ دَاخِلُهُ، قُلْتُ لَهُمَا: فَإنِّي رَأيتُ مُنْذُ اللَّيْلَة عَجَبًا؟ فما هَذَا الَّذِي رأيتُ؟ قالا لي: أمَا إنَّا سَنُخْبِرُكَ: أَمَّا الرَّجُلُ الأوَّلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُثْلَغُ رَأسُهُ بالحَجَرِ، فإنَّهُ الرَّجُلُ يَأخُذُ القُرآنَ فَيَرفُضُهُ ، ويَنَامُ عَنِ الصَّلاةِ المَكتُوبَةِ. وأمَّا الرَّجُلُ الَّذِي أتَيْتَ عَلَيْهِ يُشَرْشَرُ شِدْقُهُ إِلَى قَفَاهُ، ومِنْخَرُهُ إِلَى قَفَاهُ، وَعَيْنُهُ إِلَى قَفَاهُ، فإنَّهُ الرَّجُلُ يَغْدُو مِنْ بَيْتِهِ فَيَكْذِبُ الكِذْبَةَ تَبْلُغُ الآفاقَ. وأمَّا الرِّجَالُ والنِّسَاءُ العُراةُ الَّذِينَ هُمْ في مثْلِ بناءِ التَّنُّورِ، فَإنَّهُمُ الزُّنَاةُ والزَّواني، وأما الرجلُ الذي أتيتَ عَليهِ يَسْبَحُ في النهرِ، ويلقم الحجارةَ، فإنَّهُ آكلُ الربا، وأمَّا الرَّجُلُ الكَريهُ المرآةِ الَّذِي عِنْدَ النَّارِ يَحُشُّهَا وَيَسْعَى حَوْلَهَا، فإنَّهُ مالكٌ خازِنُ جَهَنَّمَ، وأمَّا الرَّجُلُ الطَّويلُ الَّذِي في الرَّوْضَةِ، فإنَّهُ إبراهيم - صلى الله عليه وسلم - وأمَّا الولدان الَّذِينَ حَوْلَهُ، فكلُّ مَوْلُودٍ ماتَ عَلَى الفِطْرَةِ» وفي رواية البَرْقانِيِّ: «وُلِدَ عَلَى الفِطْرَةِ» فَقَالَ بعض المُسلمينَ: يَا رسولَ الله، وأولادُ المُشركينَ فقالَ رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «وأولادُ المشركينَ، وأما القومُ الذينَ كانُوا شَطْرٌ مِنْهُمْ حَسَنٌ، وشَطْرٌ مِنْهُمْ قَبيحٌ، فإنَّهُمْ قَومٌ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وآخَرَ سَيِّئًا، تَجاوَزَ الله عنهم». رواه البخاري. وفي روايةٍ لَهُ: «رَأيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أتيَانِي فأخْرَجَانِي إِلَى أرْضٍ مُقَدَّسَةٍ» ثُمَّ ذَكَرَهُ وقال: «فَانْطَلَقْنَا إِلَى نَقْبٍ مثلِ التَّنُّورِ، أعْلاهُ ضَيِّقٌ وَأسْفَلُهُ واسِعٌ؛ يَتَوَقَّدُ تَحْتَهُ نارًا، فإذا ارْتَفَعَتِ ارْتَفَعُوا حَتَّى كَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا، وَإِذَا خَمَدَتْ! رَجَعُوا فِيهَا، وفيها رِجالٌ ونِساءٌ عراةٌ». وفيها: «حَتَّى أتَيْنَا عَلَى نَهْرٍ مِنْ دَمٍ» ولم يشكَّ «فِيهِ رَجُلٌ قائِمٌ عَلَى وَسَطِ النَّهْرِ وعلى شطِّ النَّهرِ رجلٌ، وبينَ يديهِ حِجارةٌ، فأقبلَ الرجلُ الذي في النَّهرِ، فَإذَا أرَادَ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ في فِيهِ، فَرَدَّهُ حَيثُ كَانَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ جَعَلَ يَرْمِي في فِيهِ بِحَجَرٍ، فَيْرَجِعْ كما كَانَ». وفيها: «فَصَعِدَا بي الشَّجَرَةَ، فَأدْخَلاَنِي دَارًا لَمْ أرَ قَطُّ أحْسَنَ مِنْهَا، فيهَا رِجَالٌ شُيُوخٌ وَشَبَابٌ». وفيها: «الَّذِي رَأيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ، يُحَدِّثُ بِالكِذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ مَا رَأَيْتَ إِلَى يَومِ القِيَامَةِ»، وَفِيهَا: «الَّذِي رَأيْتَهُ يُشْدَخُ رَأسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ القُرْآنَ، فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ، وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بالنَّهارِ، فَيُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، والدَّارُ الأولَى الَّتي دَخَلْتَ دَارُ عَامَّةِ المُؤمِنِينَ، وأمَّا هذِهِ الدَّارُ فَدَارُ الشُّهَداءِ، وأنا جِبْرِيلُ، وهذا مِيكائيلُ، فَارْفَعْ رَأْسَكَ، فَرَفَعْتُ رَأسِي، فإذَا فَوْقِي مِثْلُ السَّحابِ، قالا: ذاكَ مَنْزِلُكَ، قُلْتُ: دَعَانِي أدْخُلُ مَنْزِلي، قالا: إنَّهُ بَقِيَ لَكَ عُمُرٌ لَمْ تَسْتَكْمِلْهُ، فَلَوِ اسْتَكْمَلْتَهُ أتَيْتَ مَنْزِلَكَ». رواه البخاري. قَوْله: «يَثلَغ رَأسَهُ» هُوَ بالثاءِ المثلثةِ والغينِ المعجمة، أيْ: يَشدَخُهُ وَيَشُقُّهُ. قولهُ: «يَتَدَهْدَهُ» أيْ: يَتَدَحْرجُ. و «الكَلُّوبُ» بفتح الكاف وضم اللام المشددة، وَهُوَ معروف. قَوْله: «فَيُشَرْشِرُ»: أيْ: يُقَطِّعُ. قَوْله: «ضَوْضَوا» وَهُوَ بضادين معجمتين: أيْ صاحوا. قَوْله: «فَيَفْغَرُ» هُوَ بالفاء والغين المعجمة، أيْ: يفتح. قَوْله «المَرآة» هُوَ بفتح الميم، أيْ: المنظر. قَوْله: «يَحُشُّها» هُوَ بفتح الياءِ وضم الحاء المهملة والشين المعجمة، أيْ: يوقِدُها. قَوْله: «رَوْضَةٍ مُعْتَمَّةٍ» هُوَ بضم الميم وإسكان العين وفتح التاء وتشديد الميم، أيْ: وافية النَّباتِ طَويلَته. قَولُهُ: «دَوْحَةٌ» وهي بفتحِ الدال وإسكان الواو وبالحاءِ المهملة: وهي الشَّجَرَةُ الكَبيرةُ. قَوْلهُ: «المَحْضُ» هُوَ بفتح الميم وإسكان الحاء المهملة وبالضَّادِ المعجمة، وَهُوَ: اللَّبَنُ. قَوْلهُ «فَسَمَا بَصَري» أيْ: ارْتَفَعَ. و «صُعُدًا» بضم الصاد والعين، أيْ: مُرْتَفعًا. وَ «الربَابَةُ» بفتح الراءِ وبالباء الموحدة مكررةً، وهي: السَّحابَة.<br>

Bab 260. Haramnya Berdusta&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan janganlah engkau mengikuti apa-apa yang tidak engkau mengerti.&quot; (al-Isra': 36) &nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Tiadalah seorang itu mengucapkan sesuatu perkataan, melainkan disisinya ada malaikat Raqib -pencatat kebaikan- dan 'Atid -pencatat keburukan-.&quot; (Qaf: 18) &nbsp;1539. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya ucapan yang benar itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan kepada syurga dan sesungguhnya seseorang itu -yang terbiasa- berkata benar, sehingga dicatatlah ia di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berkata benar. Dan sesungguhnya ucapan dusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seorang itu -yang terbiasa- berkata dusta sehingga dicatatlah ia di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berkata dusta.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1540. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Empat macam perkara, barangsiapa dalam dirinya terdapat semua perkara itu, maka ia adalah seorang munafik murni dan barangsiapa yang dalam dirinya terdapat salah satu daripada empat perkara tadi, maka ia telah memiliki salah satu macam sifat dari kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat itu, yaitu: apabila ia dipercaya berkhianat, apabila berkata berdusta, apabila berjanji bercidera -menyalahi janjinya- dan apabila bertengkar, jahat kelakuannya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Uraian Hadis di atas sudah lampau bersama hadis Abu Hurairah r.a. yang seumpama dengan itu dalam bab Menetapi perjanjian -lihat hadis no.187-. &nbsp;1541. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Barangsiapa yang mengaku-aku bermimpi melihat sesuatu yang sebenarnya tidak dilihatnya dalam impian, maka ia akan dipaksa untuk mengikatkan dua biji syair, tetapi ia tidak kuasa untuk melakukannya dan barangsiapa yang mencuri untuk mendengar pembicaraan sesuatu kaum, sedangkan mereka benci kalau hal itu didengar olehnya, maka dituangkanlah di kedua telinganya itu timah yang cair pada hari kiamat. Juga barangsiapa yang menggambar sesuatu gambaran -yang mempunyai ruh dan berbentuk jisim-, maka ia akan disiksa dan dipaksa untuk meniupkan ruh di dalam gambarannya itu, sedangkan ia tidak kuasa meniupkan ruh di dalamnya.&quot; (Riwayat Bukhari) Tahallama yaitu berkata bahwasanya ia bermimpi dalam tidurnya dan melihat demikian dan demikian, padahal sebenarnya ia berdusta -yakni tidak bermimpi sedemikian itu-. Al-anuk dengan dibaca mad dan dhammahnya nun ringannya kaf -yakni tidak disyaddah- ialah timah yang dicairkan -yakni panas sekali-. &nbsp;1542. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Sesangat-sangatnya -sebesar-besarnya- dusta yang diperbuat ialah apabila seseorang itu mengaku bahwa kedua matanya melihat sesuatu -dalam impian- yang sebenarnya tidak dilihat -atau diimpikan-.&quot; (Riwayat Bukhari) Maknanya ialah bahwa ia mengatakan: &quot;Saya bermimpi melihat sesuatu,&quot; padahal tidak dilihatnya -yakni tidak diimpikannya-. &nbsp;1543. Dari Samurah bin Jundub r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. itu sering benar bersabda kepada sahabat-sahabatnya: &quot;Adakah seorang diantara engkau semua ini ada melihat sesuatu impian?&quot; Kemudian kepada beliau s.a.w. itu diceritakanlah sekehendak Allah perihal apa yang diceritakan itu -oleh sahabat-sahabatnya-. Sesungguhnya beliau s.a.w. pernah bersabda pada suatu pagi, demikian: &quot;Tadi malam saya didatangi oleh dua orang pendatang. Keduanya berkata kepada saya: &quot;Berangkatlah.&quot; Sayapun berangkatlah bersama dua orang itu. Kita lalu datang kepada seorang lelaki yang sedang berbaring, tiba-tiba ada orang lain yang sedang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah batu besar. Sekonyong-konyong orang yang berdiri itu menjatuhkan batu tersebut ke arah kepala orang yang berbaring tadi, kemudian pecahlah kepalanya, sedang batu itu terus menggelinding ke arah sana. Yang melempar itu mengikuti perginya batu tersebut lalu mengambilnya. Ia tidak kembali kepada orang yang disiksanya itu, sehingga orang ini sembuh kembali kepalanya sebagaimana keadaannya semula. Orang yang berdiri itu lalu kembali mendekati orang yang berbaring dan melakukan sebagaimana yang dilakukan dalam kali pertama tadi -dan demikian seterusnya yaitu dijatuhi batu, kepalanya pecah lalu sembuh dijatuhi batu lagi, kepalanya pecah dan sembuh lagi dan selanjutnya-.&quot; Beliau s.a.w bersabda: &quot;Saya lalu bertanya kepada dua orang yang mengajak berangkat dulu: &quot;Subhanallah, siapakah ini?&quot; Lalu keduanya berkata: &quot;Berangkatlah, berangkatlah!&quot; Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita kepada seorang lelaki yang tidur terlentang pada tengkuknya, tiba-tiba di situ ada pula orang yang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah alat pengait dari besi, sekonyong-konyong ia mendatangi orang yang terlentang tadi menuju ke salah satu belahan mukanya, kemudian memotong-motong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, juga dari lubang hidung ke tengkuknya serta dari mata ke tengkuknya. Setelah itu ia berpindah kepada belahan mukanya yang lain, lalu mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan terhadap belahan muka yang satunya tadi. Belum lagi ia selesai mengerjakan yang ini, sehingga belahan pertama itu telah menjadi sembuh kembali sebagaimana dulunya, lalu diulangkanlah mengerjakan terhadap belahan pertama tadi sebagaimana cara melakukan pekerjaan yang mula-mula untuk pertama kalinya itu.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Saya lalu bertanya: &quot;Subhanallah, siapakah kedua orang ini?&quot; Kedua orang yang menyertai saya itu berkata: &quot;Berangkatlah, berangkatlah!&quot; Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita kepada sebuah tempat semacam dapur besar.&quot; Orang yang meriwayatkan hadis ini berkata: &quot;Saya mengira beliau s.a.w. juga menyebutkan: &quot;Dalam dapur itu terdengar teriakan yang bercampur-baur serta berbagai suara gemuruh.&quot; Kita menjenguk di dalamnya, tiba-tiba yang ada di situ adalah orang-orang lelaki dan orang-orang perempuan yang semuanya telanjang bulat. Mereka itu didatangi oleh nyala api yang berasal dari bawah mereka, jikalau nyala api itu menjilat-jilat tubuh mereka, maka merekapun gemuruhlah suaranya. Saya bertanya: &quot;Siapakah orang-orang itu?&quot; Kedua kawan saya itu menjawab: &quot;Berangkatlah, berangkatlah!&quot; Kitapun berangkatlah, sehingga kita datang di suatu sungai.&quot; Orang yang meriwayatkan hadis ini berkata: &quot;Saya mengira beliau s.a.w. juga mengucapkan: &quot;Sungai itu merah warnanya bagaikan darah.&quot; Tiba-tiba di sungai itu ada seorang yang berenang menuju tepinya, sekonyong-konyong di tepi sungai tadi ada pula seorang lelaki lain yang telah mengumpulkan batu-batu besar di sisinya. Orang yang berenang itu terus berenang sekuat ia melakukannya, setelah hampir di tepinya, lalu datanglah orang yang sudah mengumpulkan batu-batu tadi dan yang berenang itu membukakan mulutnya, kemudian dilemparnya dengan batu oleh yang ada di tepi. Sekali lagi orang itu berenang ke tengah terus kembali lagi dan setiap kembali, ia pun membukakan mulutnya lalu yang di tepi melemparkan batu tepat di mulutnya itu. Saya bertanya kepada kedua kawan saya: &quot;Siapakah kedua orang itu -yakni yang berenang dan yang melempari-?&quot; Keduanya berkata kepada saya: &quot;Berangkatlah, berangkatlah!&quot; Kitapun berangkatlah sehingga datanglah kita kepada seorang yang buruk sekali rupa roman mukanya, atau ia adalah sejelek-jelek lelaki yang pernah engkau lihat tentang rupa roman mukanya. Di sisinya ada api dan ia menyalakan itu dan ia berjalan di sekelilingnya. Saya bertanya lagi kepada kedua kawan saya: &quot;Siapakah orang itu?&quot; Keduanya menjawab: &quot;Berangkatlah, berangkatlah!&quot; Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita di suatu taman yang rimbun tanamannya lagi panjang-panjang, di dalamnya tampaklah penuh sinar cahaya musim bunga, tiba-tiba diantara kedua sudut taman itu ada seorang lelaki yang tinggi perawakannya, hampir-hampir saya tidak dapat melihat kepalanya karena menjulang tinggi sekali ke langit, sedang di sekitar orang tersebut ada beberapa anak dan amat banyak sekali jumlahnya dan saya tidak pernah sama sekali melihat mereka itu. Saya bertanya: &quot;Siapakah orang ini dan siapa pula anak-anak itu?&quot; Kedua kawan saya menjawab: &quot;Berangkatlah, berangkatlah!&quot; Kitapun berangkatlah sehingga datanglah kita di suatu pohon besar yang belum pernah sama sekali saya melihat pohon yang lebih besar serta lebih indah daripadanya. Kedua kawan saya itu berkata: &quot;Naiklah di taman itu!&quot; Kitapun naiklah menuju ke suatu kota yang dibangun dengan bata-bata yang terbuat dari emas dan bata-bata dari perak. Kita mendatangi pintu kota, lalu kita minta supaya dibukakan, kemudian pintupun dibukalah untuk kita. Kita masuk di dalamnya, lalu kita dijemput oleh beberapa orang lelaki yang sebagian muka-muka mereka itu bagus-bagus sebagaimana yang pernah engkau lihat, sedang sebagiannya lagi buruk sebagaimana yang pernah engkau lihat. Kedua kawan saya itu berkata kepada orang-orang tersebut: &quot;Pergilah lalu terjunlah dalam sungai itu. Tiba-tiba sungai itu adalah sungai yang melintang dan airnya mengalir, seolah-olah airnya adalah susu kerena putihnya. Mereka lalu terjun di dalamnya kemudian kembali ke tempat kita, sedang keburukan muka-mukanya sudah lenyap semua dan mereka berganti memiliki roman muka yang sebagus-bagusnya. Beliau s.a.w. bersabda: kedua kawan berkata kepada saya: &quot;Inilah yang disebut syurga 'Adn dan di sana itu tempat kediaman Tuan.&quot; Penglihatan saya lalu naik ke atas, amat tinggi sekali, sekonyong-konyong tampaklah sebuah istana bagaikan awan yang putih sekali. Sekali lagi keduanya berkata: &quot;Nah, di sana itulah tempat tinggal Tuan.&quot; Saya berkata kepada keduanya: &quot;Semoga Allah memberikan keberkahan kepada Anda berdua. Sekarang biarkanlah saya kesana untuk masuk ke dalamnya.&quot; Keduanya berkata: &quot;Adapun sekarang, maka jangan dulu, tetapi Tuan akan memasukinya nanti.&quot; Seterusnya saya berkata kepada kedua kawan saya itu: &quot;Sejak tadi malam saya telah melihat berbagai keajaiban, maka apakah sebenarnya yang saya lihat itu?&quot; Keduanya berkata kepada saya: &quot;Kini saya akan memberitahukan kepada Tuan. Adapun orang pertama yang Tuan datangi, ia dipecah kepalanya dengan batu, maka sesungguhnya itulah orang yang mengambil al-Quran lalu menyisihkannya -yakni menolaknya sesudah mengerti isi dan maknanya-, juga itulah orang yang tidur -yakni lalai- dari melakukan shalat-shalat yang diwajibkan. Adapun orang yang Tuan datangi, ia sedang dipotong-potong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya dan dari lubang hidung sampai ketengkuknya dan juga dari matanya sampai ketengkuknya itu ialah orang-orang yang pergi dari rumahnya lalu membuat kata-kata dusta -fitnah- dengan kedustaan yang mencapai ke segala penjuru -yakni mengobral kata-kata bohong-. Adapun orang-orang lelaki dan perempuan yang berada di dalam tempat semacam bangunan dapur besar itu adalah para pezina lelaki dan wanita. Adapun lelaki yang Tuan datangi sedang berenang dalam sungai dan dilempari batu di mulutnya itu ialah pemakan riba. Adapun orang yang tampak buruk sekali roman mukanya yang di sisinya ada api yang dinyalakan olehnya dan ia berjalan di sekelilingnya itu ialah malaikat Khazin, yaitu penjaga neraka Jahanam. Adapun orang yang tinggi perawakannya yang ada di dalam taman, maka ia adalah Nabi Ibrahim a.s. sedang anak-anak yang di sekelilingnya itu ialah setiap anak bayi yang mati atas kefitrahan.&quot; Dalam riwayat al-Barqani disebutkan: &quot;Anak yang mati menetapi kefitrahan.&quot; Sampai di sini lalu sebagian kaum Muslimin ada yang berkata: &quot;Dan anak-anaknya kaum musyrikin bagaimanakah nasibnya, ya Rasulullah?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Juga anak-anaknya kaum musyrikin termasuk di kalangan mereka itu.&quot; Adapun orang yang sebagian mukanya bagus dan sebagian lagi buruk, maka mereka itu ialah orang-orang yang mencampur adukkan antara amal perbuatan yang shalih sedang yang lainnya jelek, tetapi Allah telah memberikan pengampunan kepada mereka itu.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;Keterangan:Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan demikian: &quot;Tadi malam saya melihat dua orang lelaki, lalu keduanya itu mengeluarkan saya dan mengajak pergi ke tanah yang suci.&quot; Kemudian beliau s.a.w. menyebutkan hadis di atas dan selanjutnya bersabda: &quot;Kita bertiga lalu pergi ke sebuah lubang sebagai bentuk dapur besar, bagian atasnya adalah sempit sedang bagian bawahnya lebar sekali -semacam kendi yang besar- dan di bawahnya itu ada api menyala. Jikalau api itu menjulang ke atas, maka orang-orang yang ada di situ sama naik pula ke atas, sehingga hampir-hampir mereka itu akan dapat keluar dari dalamnya, tetapi jikalau api itu padam, maka merekapun kembali ke bawah lagi. Di situ terdapatlah orang-orang lelaki dan perempuan yang semuanya telanjang bulat.&quot; Dalam riwayat Hadis itu disebutkan pula: &quot;Sehingga datanglah kita ke suatu sungai dari darah.&quot; Yang meriwayatkan tidak sangsi lagi dalam keadaan sungai yang dikatakan dari darah itu. &quot;Di situ ada seorang lelaki yang berdiri di tengah sungai, sedang di tepi sungai ada pula seorang lelaki lain dan di mukanya ada batu-batu. Orang yang di sungai itu hendak maju ke tepi, tetapi apabila ia berkehendak keluar, lalu orang yang di tepi itu melemparnya dengan batu, tepat mengenai mulutnya lalu mengembalikan ke tengah sungai sebagaimana keadaannya semula. Jadi setiap kali ia akan keluar, setiap itu pula yang di tepi melemparnya dengan batu mengenai mulutnya dan kembalilah ia ke tengah lagi sebagai tadinya.&quot; Dalam riwayat hadis tadi juga disebutkan: &quot;Kedua kawan saya itu naik ke pohon dengan membawa saya lalu keduanya memasukkan saya ke dalam sebuah rumah yang saya sama sekali belum pernah melihat rumah yang seindah itu. Di dalamnya ada beberapa orang tua dan para pemuda.&quot; Didalamnya juga disebutkan: &quot;Adapun yang Tuan lihat dipotong-potong tepi mulutnya itu, maka ia adalah seorang tukang dusta yang berbicara dengan kedustaan lalu disiar-siarkanlah dustanya itu sampai mencapai ke segenap penjuru alam. Maka diperlakukanlah orang tersebut sedemikian rupa sampai pada hari kiamat.&quot; Didalamnya disebutkan pula: &quot;Orang yang Tuan lihat dipecah kepalanya itu ialah orang yang telah diajari al-Quran oleh Allah, lalu tidur -lalai- untuk membacanya di waktu malam dan tidak pula mengerjakan -mengamalkan- isinya pada siang harinya, maka dari itu diperlakukanlah orang itu sedemikian rupa sampai pada hari kiamat. Adapun rumah pertama yang Tuan masuki itu ialah perumahan umumnya kaum Muslimin. Adapun yang ini, ialah perumahan kaum syuhada -yakni mati dalam peperangan untuk membela agama Allah-. Saya adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Maka angkatlah kepala Tuan sekarang.&quot; Saya -Nabi s.a.w.- mengangkat kepala saya, tiba-tiba tampak di atas saya itu bagaikan awan. Keduanya berkata: &quot;Di sana itulah tempat kediaman Tuan.&quot; Saya berkata: &quot;Kalau begitu biarkanlah saya hendak memasuki rumah saya.&quot; Keduanya menjawab: &quot;Sesungguhnya masih ada usia Tuan yang tertinggal dan belum lagi Tuan sempurnakan. Andaikata sudah Tuan sempurnakan, maka Tuan boleh mendatangi tempat kediaman Tuan itu.&quot; (Riwayat Bukhari) Sabdanya: yuslaghu ra'suhu dengan menggunakan tsa' bertitik tiga dan ghain mu'jamah, artinya memecah dan membelahnya.&quot; Yatadahdahu artinya menggelinding. Alkallub dengan fathahnya kaf dan dhammahnya lam musyaddadah, adalah sudah dimaklumi maknanya -yaitu alat pengait-. Yusyarsyiru, artinya memotong-motong. Dhaudhau dengan dua dhad yang keduanya mu'jamah, artinya berteriak-teriak. Fa-yafgharu dengan fa' dan ghain mu'jamah, artinya membukakan. Almar-aah dengan fathahnya mim, artinya pandangan yakni air muka. Yahusysyuha dengan fathahnya ya' dan dhammahnya ha' muhmalah serta syin mu'jamah, artinya menyalahkan. Rawdhatun mu'tammah dengan dhammahnya mim, sukunnya 'ain, fathahnya ta' dan syaddahnya mim, artinya ialah rimbun tanamannya lagi panjang-panjang. Dawhah dengan fathahnya dal, sukunnya wawu dan dengan ha' muhmalah, artinya ialah pohon besar. Almahdhu dengan fathahnya mim, sukunnya ha' muhmalah dengan dhad mu'jamah, artinya ialah susu. Fa-sama bashari artinya melihat ke atas. Shu'udan dengan dhammahnya shad dan 'ain, artinya tinggi-tinggi. Arrababah dengan fathahnya ra' dan dengan ba' bertitik satu yang di-double-kan, artinya ialah awan. (HR.riyadhus_shalihin : 260)