Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 251

وعن عائشة رضي الله عنها، قَالَتْ: سَمِعَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - صَوْتَ خُصُومٍ بِالبَابِ عَاليةً أصْوَاتُهُمَا، وَإِذَا أَحَدُهُمَا يَسْتَوْضِعُ الآخَر وَيَسْتَرْفِقُهُ في شَيءٍ، وَهُوَ يَقُولُ: واللهِ لاَ أفْعَلُ، فَخَرجَ عَلَيْهِمَا رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «أيْنَ المُتَأَلِّي عَلَى اللهِ لاَ يَفْعَلُ المَعْرُوفَ؟»، فَقَالَ: أَنَا يَا رسولَ اللهِ، فَلَهُ أيُّ ذلِكَ أحَبَّ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br><br>معنى «يَسْتَوضِعُهُ»: يَسْأَلهُ أَنْ يَضَعَ عَنْهُ بَعضَ دَيْنِهِ. «وَيَسْتَرفِقُهُ»: يَسأَلُهُ الرِّفْقَ. «وَالمُتَأَلِّي»: الحَالِفُ.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. mendengar suara pertengkaran di arah pintu, yang suara kedua orang yang bertengkar itu terdengar keras-keras. Tiba-tiba salah seorang dari keduanya itu meminta kepada yang lainnya agar sebagian hutangnya dihapuskan dan ia meminta belas kasihannya, sedangkan kawannya itu berkata: "Demi Allah, permintaan itu tidak saya lakukan -tidak dibenarkan-." Rasulullah s.a.w. kemudian keluar menemui keduanya lalu bersabda: "Siapakah orang yang bersumpah atas Allah untuk tidak melakukan kebaikan itu?" Orang itu berkata: "Saya ya Rasulullah. Tetapi baginya -orang yang berhutang tadi- mana saja yang ia sukai -maksudnya pemotongan sebagian hutangnya dikabulkan dengan sebab syafa'at beliau s.a.w. itu-." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 251)
No Hadist 252

وعن أَبي العباس سهل بن سَعد الساعِدِيّ - رضي الله عنه: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بَلَغَهُ أنَّ بَني عَمرو بن عَوْفٍ كَانَ بَيْنَهُمْ شَرٌّ، فَخَرَجَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - يُصْلِحُ بَينَهُمْ في أُنَاس مَعَهُ، فَحُبِسَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَحَانَتِ الصَّلاة، فَجَاءَ بِلالٌ إِلَى أَبي بكر رضي الله عنهما، فَقَالَ: يَا أَبا بَكْر، إنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَدْ حُبِسَ وَحَانَتِ الصَّلاةُ فَهَلْ لَكَ أَنْ تَؤُمَّ النَّاس؟ قَالَ: نَعَمْ، إنْ شِئْتَ، فَأقَامَ بِلالٌ الصَّلاةَ، وتَقَدَّمَ أَبُو بَكْرٍ فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ، وَجَاءَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَمشي في الصُّفُوفِ حَتَّى قَامَ في الصَّفِّ، فَأَخَذَ النَّاسُ في التَّصْفيقِ، وَكَانَ أَبُو بكرٍ - رضي الله عنه - لاَ يَلْتَفِتُ في الصَّلاةِ، فَلَمَّا أكْثَرَ النَّاسُ في التَّصْفيقِ الْتَفَتَ، فإِذَا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَأَشَارَ إِلَيْه رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - فَرَفَعَ أَبُو بَكْر - رضي الله عنه - يَدَهُ فَحَمِدَ اللهَ، وَرَجَعَ القَهْقَرَى وَرَاءهُ حَتَّى قَامَ في الصَّفِّ، فَتَقَدَّمَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَصَلَّى للنَّاسِ، فَلَمَّا فَرَغَ أقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ: «أيُّهَا النَّاسُ، مَا لَكُمْ حِينَ نَابَكُمْ شَيْءٌ في الصَّلاةِ أخَذْتُمْ في التَّصفيق؟! إِنَّمَا التَّصفيق للنِّساء. مَنْ نَابَهُ شَيْءٌ في صَلاتِهِ فَلْيَقُلْ: سُبْحَانَ الله، فَإِنَّهُ لاَ يَسْمَعُهُ أحدٌ حِينَ يقُولُ: سُبْحَانَ الله، إلاَّ الْتَفَتَ. يَا أَبَا بَكْر: مَا مَنَعَكَ أَنْ تُصَلِّي بالنَّاسِ حِينَ أشَرْتُ إلَيْكَ؟»، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: مَا كَانَ يَنْبَغي لابْنِ أَبي قُحَافَةَ أَنْ يُصَلِّي بالنَّاسِ بَيْنَ يَدَيْ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. معنى «حُبِسَ»: أمْسَكُوهُ لِيُضِيفُوهُ.

Dari Abul Abbas yaitu Sahal bin Sa'ad as-Saidi r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. menerima berita bahwa antara sesama keturunan 'Amr bin 'Auf itu terjadi suatu hal yang tidak baik -perselisihan faham-, lalu Rasulullah s.a.w. keluar menemui mereka untuk mendamaikan antara orang-orang itu dan beliau disertai beberapa orang sahabatnya. Rasulullah s.a.w. tertahan -ditahan oleh orang-orang yang didatangi olehnya untuk diberi jamuan sebagai tamu-, sedangkan shalat -Ashar- sudah masuk waktunya. Bilal mendatangi Abu Bakar r.a. lalu berkata: "Hai Abu Bakar, sesungguhnya Rasulullah tertahan, sedangkan shalat sudah masuk waktunya. Adakah Tuan suka menjadi imamnya para manusia?" Abu Bakar menjawab: "Baiklah, jikalau engkau menghendaki demikian." Bilal membaca iqamah dan majulah Abu Bakar, kemudian ia bertakbir dan orang-orangpun bertakbir pula. Di tengah shalat itu Rasulullah s.a.w. datang berjalan di barisan sehingga berdirilah beliau di suatu barisan. Orang-orang banyak mulai bertepuk tangan, sedangkan Abu Bakar tidak menoleh dalam shalatnya itu. Tetapi setelah para manusia makin banyak yang bertepuk-tepuk tangan, lalu Abu Bakar menoleh ke belakang, tiba-tiba tampaklah olehnya Rasulullah s.a.w. Beliau s.a.w. mengisyaratkan supaya shalat diteruskan -dan ia sebagai imamnya-. Tetapi Abu Bakar setelah mengangkat tangannya -untuk beri'tidal- lalu bertahmid kepada Allah terus kembali ke belakang perlahan-lahan sampai berada di belakang terus berdiri di jajaran shaf. Rasulullah s.a.w. lalu maju, kemudian shalat sebagai imamnya para manusia. Setelah selesai beliau s.a.w. menghadap orang-orang itu lalu bersabda: "Hai sekalian manusia, mengapa ketika terjadi sesuatu dalam shalat, lalu engkau semua bertepuk tangan? Sesungguhnya bertepuk tangan itu untuk kaum wanita. Barangsiapa yang terjadi sesuatu dalam shalatnya, hendaklah mengucapkan: Subhanallah, maka sesungguhnya tiada seorangpun yang mendengar ketika dibacakan Subhanallah itu, melainkan ia tentu akan menoleh. Hai Abu Bakar, apakah yang menyebabkan saudara terhenti -tidak meneruskan- melakukan shalat sebagai imamnya orang banyak, ketika saya memberikan isyarat untuk meneruskannya itu?" Abu Bakar menjawab: "Kiranya tidak sepatutnyalah untuk anak Abu Quhafah ini kalau shalat sebagai imam disisi Rasulullah s.a.w. -maksudnya Rasulullah sebagai makmumnya-." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 252)
No Hadist 253

وعن حارثة بن وهْبٍ - رضي الله عنه - قَالَ: سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقولُ: «ألاَ أُخْبِرُكُمْ بِأهْلِ الجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيف مُتَضَعَّف ، لَوْ أقْسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرَّهُ، أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br><br>«العُتُلُّ»: الغَلِيظُ الجَافِي. «وَالجَوَّاظُ»: بفتح الجيم وتشديد الواو وبالظاء المعجمة: وَهُوَ الجَمُوعُ المَنُوعُ، وَقِيلَ: الضَّخْمُ المُخْتَالُ في مِشْيَتِهِ، وَقِيلَ: القَصِيرُ البَطِينُ.

Dari Haritsah bin Wahab ra. Ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW Bersabda : ” Maukah kamu aku beritahu tentang penghuni Surga? Yaitu orang yang lemah dan diremehkan, tetapi kalau dia minta sesuatu kepada Allah, tentu dikabulkan. Dan maukah kamu aku beritahu tentang penghuni Neraka? Yaitu setiap orang yang kasar, keras lagi sombong.” [Mutffaq Alaih]Al’utul ialah orang yang keras kepala lagi kasar dalam pergaulan. Aljawwazh, dengan fathah jim dan syaddahnya wawu dan dengan zha’ mu’jamah yaitu orang yang gemar mengumpulkan harta, tetapi kikir kalau dimintai sesuatu kebaikan. Ada yang mengatakan artinya ialah orang yang gemuk lagi sombong ketika berjalan. Ada pula yang mengatakan artinya ialah orang yang pendek lagi suka makan. (HR.Riyadhus Shalihin : 253)
No Hadist 254

وعن أَبي عباس سهل بن سعد الساعِدِيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: مَرَّ رَجُلٌ عَلَى النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ لرَجُلٍ عِنْدَهُ جَالِسٌ: «مَا رَأيُكَ في هَذَا؟»، فَقَالَ: رَجُلٌ مِنْ أشْرَافِ النَّاسِ، هَذَا واللهِ حَرِيٌّ إنْ خَطَبَ أَنْ يُنْكَحَ، وَإنْ شَفَعَ أَنْ يُشَفَّعَ. فَسَكَتَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - ثُمَّ مَرَّ رَجُلٌ آخَرُ، فَقَالَ لَهُ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَا رَأيُكَ في هَذَا؟» فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله، هَذَا رَجُلٌ مِنْ فُقَراءِ المُسْلِمِينَ، هَذَا حَرِيٌّ إنْ خَطَبَ أَنْ لا يُنْكَحَ، وَإنْ شَفَعَ أَنْ لا يُشَفَّعَ، وَإنْ قَالَ أَنْ لاَ يُسْمَعَ لِقَولِهِ. فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «هَذَا خَيْرٌ مِنْ مِلءِ الأرْضِ مِثْلَ هَذَا». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br><br>قوله: «حَرِيٌّ» هُوَ بفتح الحاءِ وكسر الراء وتشديد الياءِ: أي حَقيقٌ. وقوله: «شَفَعَ» بفتح الفاءِ.

Dari Abul Abbas Sahl bin Sa`idiy ra., ia berkata :” Ada seorang laki-laki lewat di depan Nabi SAW, kemudian beliau bertanya kepada sahabat yang duduk di sampingnya :”Bagaimana pendapatmu tentang laki-laki yang baru lewat itu?” sahabat itu menjawab: “Orang itu golongan bangSAWan, demi Allah orang itu sangat pantas diterima jika meminang, apabila ia meminta sesuatu untuk orang lain pasti berhasil.” Rasulullah SAW pun diam. Kemudian ada lagi yang lewat, lantas Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya : ” Bagaimana pendapatmu tentang orang yang baru lewat itu?” Sahabat itu menjawab : “Wahai Rasulullah, orang itu dari golongan umat Islam yang fakir, apabila meminang pantasnya ia ditolak, apabila meminta sesuatu untuk orang lain pasti tidak akan berhasil, dan apabila berbicara tidak akan didengar.” Kemudian Rasulullah SAW Bersabda : “Orang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang yang pertama lewat itu.” [Muttafaq ’Alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 254)
No Hadist 255

وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «احْتَجَّتِ الجَنَّةُ والنَّارُ، فقالتِ النَّارُ: فِيَّ الجَبَّارُونَ وَالمُتَكَبِّرُونَ. وَقَالتِ الجَنَّةُ: فِيَّ ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُمْ، فَقَضَى اللهُ بَيْنَهُمَا: إنَّكِ الجَنَّةُ رَحْمَتِي أرْحَمُ بِكِ مَنْ أشَاءُ، وَإنَّكِ النَّارُ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أشَاءُ، وَلِكلَيْكُمَا عَلَيَّ مِلْؤُهَا». رواه مسلم.

Dari Abu Sa`id Al-Khudriy ra. Dari Nabi SAW Beliau bersabda : “Kali tertentu surga dan neraka berdebat tentang siapa saja bagiannya. Neraka berkata : “Bagianku orang-orang yang sombong dan takabur. “Surga berkata : “Bagianku orangorang yang lemah dan orang-orang miskin.” Kemudian Allah memberi keputusan kepada keduanya : “Wahai surga sesunggunya kamu adalah rahmat-Ku, dengan keberadaanmu Aku memberi rahmat kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan kamu wahai neraka, sesungguhnya kamu adalah siksaan- Ku, dengan adanya kamu Aku menyiksa kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Dan kamu berdua {surga dan neraka}, Akulah yang menetukan isinya.:” [HR.Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 255)
No Hadist 256

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّهُ لَيَأتِي الرَّجُلُ السَّمِينُ العَظِيمُ يَوْمَ القِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَناحَ بَعُوضَةٍ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Hurairah ra., dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Kelak pada hari kiamat akan datang seseorang yang berperawakan besar lagi gemuk tetapi di sisi Allah ia tidak bernilai walaupun seberat sayap nyamuk.” [Muttafaq’Alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 256)
No Hadist 257

وعنه: أنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ المَسْجِدَ، أَوْ شَابًّا، فَفَقَدَهَا، أَوْ فَقَدَهُ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - فَسَأَلَ عَنْهَا، أو عنه، فقالوا: مَاتَ. قَالَ: «أَفَلا كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي» فَكَأنَّهُمْ صَغَّرُوا أمْرَهَا، أَوْ أمْرهُ، فَقَالَ: «دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهِ» فَدَلُّوهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ قَالَ: «إنَّ هذِهِ القُبُورَ مَمْلُوءةٌ ظُلْمَةً عَلَى أهْلِهَا، وَإنَّ اللهَ تعالى. يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاتِي عَلَيْهِمْ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br><br>قوله: «تَقُمُّ» هُوَ بفتح التاءِ وضم القاف: أي تَكْنُسُ. «وَالقُمَامَةُ»: الكُنَاسَةُ، «وَآذَنْتُمُونِي» بِمد الهمزة: أيْ: أعْلَمْتُمُونِي.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : “Ada seseorang perempuan berkulit hitam atau seorang pemuda yang biasa menyapu mesjid. Sudah beberapa hari Rasulullah SAW Tidak melihatnya lagi. Kemudian beliau mempertanyakannya. Para sahabat menjawab, bahwa orang itu telah mati. Beliau bertanya : “Mengapa kalian tidak memberi tahu aku? “Seakan-akan para sahabat menganggap remeh pekerjaan orang yang biasa menyapu masjid itu.” Lalu beliau bersabda : “Tunjukkan kuburannya!” Para sahabat menunjukkan kuburnya, kemudian beliau salat untuknya dan bersabda. “Sesungguhnya kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi penghuninya, tetapi Allah meneranginya lantaran salatku atas mereka.” [Muttafaq ’Alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 257)
No Hadist 258

وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «رُبَّ أشْعَثَ أغبرَ مَدْفُوعٍ بِالأبْوابِ لَوْ أقْسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرَّهُ». رواه مسلم.

Dari adanya dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Nabi SAW Bersabda : “Banyak orang yang kusut dan berdebu, bahkan tertolak dari semua pintu, tetapi apabila ia bersungguh-sungguh minta kepada Allah, niscaya Dia akan menerimanya.” [H.R Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 258)
No Hadist 259

وعن أسامة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «قُمْتُ عَلَى بَابِ الجَنَّةِ، فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا المَسَاكِينُ، وَأصْحَابُ الجَدِّ مَحْبُوسُونَ، غَيْرَ أنَّ أصْحَابَ النَّارِ قَدْ أُمِرَ بِهِمْ إِلَى النَّارِ. وَقُمْتُ عَلَى بَابِ النَّارِ فَإِذَا عَامَّةُ مَنْ دَخَلَهَا النِّسَاءُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Usamah ra., Nabi SAW Beliau bersabda : ” Aku berdiri di pintu surga, sedangkan yang aku lihat masuk ke dalamnya kebanyakan orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya itu masih tertahan oleh perhitungan kekayaannya. Orang-orang yang ahli neraka telah diperintah masuk neraka. Dan berdiri dipintu neraka, ternyata kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah perempuan. [Muttafaq ’Alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 259)
No Hadist 260

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لَمْ يَتَكَلَّمْ في المَهْدِ إلاَّ ثَلاثَةٌ: عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، وَكَانَ جُرَيْجٌ رَجُلًا عَابِدًا، فَاتَّخَذَ صَوْمَعَةً فَكَانَ فِيهَا، فَأَتَتْهُ أُمُّهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ، فَقَالَ: يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلاتِي فَأَقْبَلَ عَلَى صَلاتِهِ فَانْصَرَفَتْ. فَلَمَّا كَانَ مِنَ الغَدِ أتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ، فَقَالَ: أيْ رَبِّ أمِّي وَصَلاتِي، فَأقْبَلَ عَلَى صَلاتِهِ، فَلَمَّا كَانَ مِنْ الغَدِ أتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ، فَقَالَ: أيْ رَبِّ أمِّي وَصَلاتِي، فَأقْبَلَ عَلَى صَلاَتِهِ، فَقَالَتْ: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُ حَتَّى يَنْظُرَ إِلَى وُجُوهِ المُومِسَاتِ. فَتَذَاكَرَ بَنُو إسْرائِيل جُرَيْجًا وَعِبَادَتَهُ، وَكَانَتِ امْرَأةٌ بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ بحُسْنِهَا، فَقَالَتْ: إنْ شِئْتُمْ لأَفْتِنَنَّهُ، فَتَعَرَّضَتْ لَهُ، فَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا، فَأتَتْ رَاعِيًا كَانَ يَأوِي إِلَى صَوْمَعَتِهِ، فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوقَعَ عَلَيْهَا، فَحَمَلَتْ، فَلَمَّا وَلَدَتْ، قَالَتْ: هُوَ مِنْ جُريج، فَأتَوْهُ فَاسْتَنْزَلُوهُ وَهَدَمُوا صَوْمَعَتَهُ، وَجَعَلُوا يَضْرِبُونَهُ، فَقَالَ: مَا شَأنُكُمْ؟ قَالُوا: زَنَيْتَ بهذِهِ البَغِيِّ فَوَلَدَتْ مِنْكَ. قَالَ: أيْنَ الصَّبيُّ؟ فَجَاؤُوا بِهِ فَقَالَ: دَعُوني حَتَّى أصَلِّي، فَصَلَّى فَلَمَّا انْصَرفَ أتَى الصَّبيَّ فَطَعنَ في بَطْنِهِ، وَقالَ: يَا غُلامُ مَنْ أبُوكَ؟ قَالَ: فُلانٌ الرَّاعِي، فَأَقْبَلُوا عَلَى جُرَيْجٍ يُقَبِّلُونَهُ وَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ، وَقَالُوا: نَبْنِي لَكَ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَب. قَالَ: لاَ، أعِيدُوهَا مِنْ طِينٍ كَمَا كَانَتْ، فَفَعلُوا. وبَينَا صَبِيٌّ يَرْضَعُ منْ أُمِّهِ فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللَّهُمَّ اجْعَل ابْنِي مِثْلَ هَذَا، فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأقْبَلَ إِلَيْهِ فَنَظَرَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، ثُمَّ أقْبَلَ عَلَى ثَدْيه فَجَعَلَ يَرتَضِعُ»، فَكَأنِّي أنْظُرُ إِلَى رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ يَحْكِي ارْتضَاعَهُ بِأصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ في فِيه، فَجَعَلَ يَمُصُّهَا، قَالَ: «وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُم يَضْرِبُونَهَا، ويَقُولُونَ: زَنَيْتِ سَرَقْتِ، وَهِيَ تَقُولُ: حَسْبِيَ اللهُ ونِعْمَ الوَكِيلُ. فَقَالَتْ أمُّهُ: اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَل ابْنِي مِثْلَهَا، فَتَركَ الرَّضَاعَ ونَظَرَ إِلَيْهَا، فَقَالَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مثْلَهَا، فَهُنَالِكَ تَرَاجَعَا الحَديثَ، فَقَالَتْ: مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ الهَيْئَةِ، فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ اجْعَلْ ابْنِي مِثْلَهُ، فَقُلْتَ: اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَمَرُّوا بهذِهِ الأمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ: زَنَيْتِ سَرَقْتِ، فقلتُ: اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا، فَقُلْتَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا؟! قَالَ: إنَّ ذلك الرَّجُل كَانَ جَبَّارًا، فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ لا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَإنَّ هذِهِ يَقُولُونَ: زَنَيْتِ، وَلَمْ تَزْنِ وَسَرقْتِ، وَلَمْ تَسْرِقْ، فَقُلْتُ: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا» مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br><br>«المُومسَاتُ» بِضَمِّ الميمِ الأُولَى، وَإسكان الواو وكسر الميم الثانية وبالسين المهملة؛ وهُنَّ الزَّواني. وَالمُومِسَةُ: الزَّانِيَةُ. وقوله: «دَابَّةٌ فَارِهَةٌ» بِالفَاءِ: أي حَاذِقَةٌ نَفيسةٌ. «وَالشَّارَةُ» بالشين المعجمة وتخفيف الرَّاءِ: وَهيَ الجَمَالُ الظَّاهِرُ في الهَيْئَةِ والمَلبَسِ. ومعنى «تَراجَعَا الحَديث» أي: حَدَّثت الصبي وحَدَّثها، والله أعلم.

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Tidak seorang bayipun yang dapat berbicara ketika masih dalam belaian -buaian- kecuali tiga anak. Ini yang dari kalangan Bani Israil, sedang yang tidak dari kalangan mereka ada pula yang lain-lain seperti tertera dalam hadis nomor 30. Tiga anak itu ialah -yang pertama adalah- Isa putera Maryam. -Yang- kedua -adalah- sahabat Juraij -yang menyaksikan kebenaran Juraij. Juraij adalah seorang lelaki yang tekun ibadahnya, lalu ia mengambil sebuah tempat yang tinggi letaknya. Ia senantiasa berada di situ. Suatu ketika ibunya datang dan ia sedang bershalat, serunya: "Hai Juraij." Juraij berkata -dalam hatinya-: "Ya Tuhanku, itu adalah ibuku, tetapi saya lebih mengutamakan shalatku." Ia terus tekun dalam shalatnya -dan ibunya tidak dihiraukan olehnya. Ibunya lalu pergi. Ketika menjelang esok harinya, ibunya datang lagi dan ia juga sedang bershalat. Ibunya berseru: "Hai Juraij." Ia berkata pula -dalam hatinya-: "Ya Tuhanku, itu adalah ibuku, tetapi saya lebih mengutamakan shalatku." Ia terus tekun dalam shalatnya. selanjutnya pada esok harinya lagi, ibunya datang sekali lagi dan ia sedang bershalat. Ibunya berseru: "Hai Juraij." Ia berkata pula -dalam hatinya: "Ya Tuhanku, itu adalah ibuku, tetapi saya lebih mengutamakan shalatku." Ia terus pula tekun dalam shalatnya. Ibunya lalu berkata -berdoa-: "Ya Allah, janganlah Engkau mematikannya, sehingga ia melihat wajahnya wanita-wanita pelacur." Kaum Bani Israil sama menyebut-nyebutkan perihal diri juraij itu serta ketekunan ibadahnya. Di kalangan mereka ada seorang wanita pelacur yang karena cantiknya sampai dibuat sebagai perumpamaan. Wanita itu berkata: "Jikalau engkau semua suka, niscaya dapatlah aku memfitnahnya." Wanita itu menunjukkan diri pada Juraij, tetapi ia tidak menoleh sama sekali pada wanita itu. Wanita itu lalu mendatangi seorang penggembala yang berdiam di tempat peribadahan Juraij lalu ia memungkinkan dirinya pada penggembala itu -yakni membolehkan dirinya disetubuhi olehnya-. Penggembala itu menyetubuhinya kemudian ia pun hamillah. Setelah wanita itu melahirkan, ia berkata bahwa anak itu adalah hasil dari hubungannya dengan Juraij. Orang-orang banyak sama mendatangi Juraij, ia diturunkan dan mereka merobohkan tempat ibadahnya, bahkan merekapun memukulnya. Juraij bertanya: "Ada apa engkau semua ini?" Orang-orang sama berkata: "Engkau berzina dengan wanita pelacur ini, lalu ia melahirkan anak dari hasil perbuatanmu." Ia berkata: "Manakah anak itu?" Orang-orang sama mendatangkan anak itu padanya. Juraij lalu berkata: "Biarkanlah saya hendak bershalat dulu." Iapun bershalatlah. Ketika ia kembali di hadapan orang banyak, ia mendatangi anak itu lalu menusuk perutnya -dengan jarinya- dan berkata: "Hai anak, siapakah ayahmu?" Anak kecil itu berkata: "Ayahku si Fulan, penggembala itu." Kemudian orang-orang banyak itu sama menghadapi Juraij menciuminya dan mengusap-usap tubuhnya. Mereka berkata: "Kita akan mendirikan tempat shalatmu itu dari emas." Juraij berkata: "Jangan, kembalikan sajalah dari tanah -batu merah- sebagaimana dahulunya." Mereka terus mengerjakan pembangunannya kembali. -Anak yang- ketiga -dari anak yang dapat berbicara- ialah pada suatu ketika ada seorang anak bayi sedang menyusu pada ibunya. Kemudian berlalulah seorang lelaki mengendarai seekor binatang kendaraan yang indah dan serba bagus keadaan serta pakaiannya. Ibunya lalu berkata: "Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti orang itu!" Anak itu lalu melepaskan teteknya dan menghadap untuk melihat lelaki tersebut, kemudian berkata: "Ya Allah, janganlah saya Engkau jadikan seperti orang itu!" Selanjutnya anak itu kembali menghadapi teteknya dan mulai menyusui lagi. Saya -yang meriwayatkan hadis ini- seolah-olah melihat kepada Rasulullah s.a.w. di waktu beliau menirukan cara anak itu menyusu, yaitu dengan menggunakan jari telunjuk beliau dan beliau mengisapnya. Selanjutnya beliau s.a.w. melanjutkan sabdanya: Seterusnya mereka melalui seorang hamba sahaya wanita dan orang-orang sama memukulinya, dan mereka mengucapkan: "Engkau berzina dan engkau mencuri," sedang wanita itu berkata: "Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baiknya Zat yang memberikan perlindungan." Ibu anak tadi lalu berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan anakku ini seperti wanita itu!" Anak tersebut melepaskan teteknya lagi lalu melihat pada wanita itu kemudian berkata: "Ya Allah, jadikanlah saya seperti wanita itu!" Sampai di sini kedua orang ibu dan anaknya tadi mengulangkan percakapannya. Ibunya berkata: "Ada seorang lelaki yang indah sekali keadaannya, lalu saya berkata: "Ya Allah, jadikanlah anakku seperti orang itu," tetapi engkau berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan saya seperti orang itu." Orang-orang sama melalui seorang hamba sahaya wanita dan mereka memukulinya, juga mengatakan: "Engkau berzina dan engkau mencuri." Saya lalu berkata: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan anakku seperti wanita itu," tetapi engkau berkata: "Ya Allah, jadikanlah saya seperti wanita itu." Apakah sebabnya demikian." Anak bayi itu menjawab: "Orang lelaki itu adalah seorang yang keras kepala -dalam kebathilan-, maka itu saya mengatakan: "Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan saya seperti orang itu," sedangkan wanita yang orang-orang sama mengatakan padanya: "Engkau berzina," sebenarnya ia tidak berzina dan: "Engkau mencuri," sebenarnya ia tidak mencuri. Oleh sebab itu saya mengatakan: "Ya Allah, jadikanlah saya seperti wanita itu." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 260)