Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 151

151 - باب مَا يقوله بعد تغميض الميت 919 - عن أُم سلمة رضي الله عنها، قالت: دَخَلَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - عَلَى أَبي سَلَمة وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَأغْمَضَهُ، ثُمَّ قَالَ: «إنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ، تَبِعَهُ البَصَرُ» فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ أهْلِهِ، فَقَالَ: «لاَ تَدْعُوا عَلَى أنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ، فَإنَّ المَلاَئِكَةَ يَؤمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ» ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِي سَلَمَة، وَارْفَعْ دَرَجَتْهُ في المَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ في عَقِبهِ في الغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، وَافْسَحْ لَهُ في قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ». رواه مسلم.

Bab 151. Apa Yang Diucapkan Ketika Memejamkan Mata Orang Mati  916. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat Abu Salamah dan sudah kepayahan penglihatannya -sewaktu hendak matinya- lalu beliau s.a.w. memejamkannya, kemudian bersabda: "Sesungguhnya ruh itu apabila dicabut, maka diikuti oleh penglihatan." Orang-orang dari keluarganya lalu gemuruh suaranya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua mendoakan atas dirimu sendiri melainkan yang baik-baik saja, karena sesungguhnya malaikat itupun mengucapkan 'Amin' pada apa yang engkau semua doakan itu." Seterusnya beliau s.a.w. berdoa: "Ya Allah, berikanlah pengampunan kepada Abu Salamah, tingkatkanlah derajatnya dalam golongan orang-orang yang memperoleh petunjuk. Jadilah Engkau sebagai pengganti sesudah meninggalnya itu untuk melindungi orang-orang yang ditinggalkan -seperti istri dan anak-anaknya-. Berikanlah pengampunan kepada kita dan kepada orang yang mati ini, ya Rabbal 'alamin, juga berilah kelapangan untuknya dalam kuburnya serta berikanlah cahaya untuknya dalam kubur itu." (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 151)
No Hadist 152

152 - باب ما يقال عند الميت وَمَا يقوله من مات له ميت 920 - عن أُم سَلَمة رضي اللهُ عنها، قالت: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا حَضَرتُمُ المَرِيضَ أَو المَيِّتَ، فَقُولُوا خَيْرًا، فَإنَّ المَلائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ»، قالت: فَلَمَّا مَاتَ أَبُو سلَمة، أتَيْتُ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - فقلت: يَا رسولَ الله، إنَّ أَبَا سَلَمَة قَدْ مَاتَ، قَالَ: «قُولِي: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلَهُ، وَأَعْقِبْنِي مِنْهُ عُقْبَى حَسَنَةً» فقلتُ، فَأعْقَبنِي اللهُ مَنْ هُوَ خَيْرٌ لِي مِنْهُ: مُحَمَّدًا - صلى الله عليه وسلم. رواه مسلم هكَذا: «إِذَا حَضَرتُمُ المَريضَ، أَو المَيِّتَ»، عَلَى الشَّكِّ، ورواه أَبُو داود وغيره: «الميت» بلا شَكّ. 921 - وعنها، قالت: سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَا مِنْ عَبْدٍ تُصيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ: إنّا للهِ وَإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ أُجِرْنِي في مُصِيبَتي وَاخْلُفْ لِي خَيرًا مِنْهَا، إِلاَّ أَجَرَهُ اللهُ تَعَالَى في مُصِيبَتِهِ وَأخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا» قالت: فَلَمَّا تُوُفِّيَ أَبُو سَلَمَة قلتُ كَمَا أمَرَني رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - فَأخْلَفَ اللهُ لِي خَيْرًا مِنْهُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم. رواه مسلم. 922 - وعن أَبي موسى - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى لِمَلائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟ فيقولونَ: نَعَمْ. فيقولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَة فُؤَادِهِ؟ فيقولونَ: نَعَمْ. فيقولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فيقولونَ: حَمدَكَ وَاسْتَرْجَعَ. فيقول اللهُ تَعَالَى: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا في الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 923 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «يقولُ اللهُ تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي المُؤمِن عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أهْل الدُّنْيَا، ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلاَّ الجَنَّةَ». رواه البخاري. 924 - وعن أسَامَة بن زَيدٍ رضي اللهُ عنهما، قَالَ: أرْسَلَتْ إحْدى بَنَاتِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - إِلَيْهِ تَدْعُوهُ وَتُخْبِرُهُ أنَّ صَبِيًّا لَهَا - أَوْ ابْنًا - في المَوْتِ فَقَالَ للرسول: «ارْجِعْ إِلَيْهَا، فَأخْبِرْهَا أنَّ للهِ تَعَالَى مَا أخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأجَلٍ مُسَمّى، فَمُرْهَا، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ» ... وذكر تمام الحديث. متفقٌ عَلَيْهِ.

Bab 152. Apa Yang Diucapkan Di Sisi Mayit Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Ditinggalkan Oleh Mayit  917. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua mendatangi orang sakit atau orang mati, maka ucapkanlah yang baik-baik saja, sebab sesungguhnya malaikat itu mengucapkan Amin kepada apa-apa yang engkau semua ucapkan." Ummu Salamah berkata: "Ketika Abu Salamah meninggal dunia, saya lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian saya mengatakan: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal dunia." Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah -yang artinya-: "Ampunkanlah untukku dan untuknya dan berikanlah untukku ganti yang baik daripadanya." Lalu saya berkata: "Maka Allah memberikan ganti untukku seorang yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah itu, yakni Muhammad s.a.w. -karena setelah suaminya yakni Abu Salamah meninggal dunia-, lalu Ummu Salamah itu dikawin oleh Nabi s.a.w." Imam Muslim meriwayatkan demikian, yakni: "Jikalau engkau semua mendatangi orang sakit atau orang mati," dengan ada keragu-raguan dalam kata-kata orang sakit atau mati. Adapun yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lain, jelas diucapkan: "orang mati," tanpa diragu-ragukan. 918. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang terkena oleh sesuatu musibah -yakni bencana-, lalu ia mengucapkan -yang artinya-: "Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah dan sesungguhnya kita pasti akan kembali padaNya. Ya Allah, berikanlah kepada saya akan pahala dengan sebab adanya musibah saya ini, juga berikanlah ganti untuk saya sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah hilang", melainkan Allah Ta'ala akan memberinya pahala karena adanya musibah dalam dirinya itu dan akan memberikan ganti padanya yang lebih baik daripada yang sudah meninggal tadi." Ummu Salamah berkata: "Ketika Abu Salamah meninggal dunia saya lalu mengucapkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. padaku, kemudian Allah memberikan ganti untuknya seorang yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim) 919. Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau anak dari seorang hamba meninggal dunia, maka Allah Ta'ala berfirman kepada para malaikatnya: "Adakah engkau semua telah mencabut nyawa anak dari hambaKu?" Mereka menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Adakah engkau semua telah mencabut nyawa buah hati dari hambaKu itu?" Mereka menjawab: "Ya." Allah berfirman pula: "Kemudian apakah yang diucapkan oleh hambaKu itu?" Mereka menjawab: "Ia memuji Engkau dan mengucapkan kalimat istirja' -yakni kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Dirikanlah untuk hambaKu itu sebuah rumah dalam syurga dan namakanlah rumah itu dengan sebutan Baitulhamdi -yakni Rumah Pujian-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. 920. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Tiada suatu balasanpun di sisiku yang diperuntukkan pada hambaKu yang mu'min, jikalau Aku mencabut nyawa kekasihnya dari golongan ahli di dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaanKu -dengan meninggalnya kekasihnya tadi-, melainkan balasannya itu adalah syurga." (Riwayat Bukhari) Kekasih ialah seperti anak, istri dan lain-lain yang dekat hubungannya sewaktu didunia. 921. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Salah seorang dari puteri-puteri Nabi s.a.w. mengutus seseorang kepada beliau s.a.w. untuk memanggilnya dan memberitahukan padanya bahwa salah seorang anaknya -yakni anak puteri Nabi s.a.w. itu-, lelaki atau perempuan -yang meriwayatkan hadis ini ragu-ragu, apakah anak itu lelaki atau perempuan- sedang berada dalam keadaan akan meninggal dunia. Puteri Nabi s.a.w. yang memanggil itu ialah Zainab, sedang yang sakit namanya Umamah. Nabi s.a.w. lalu bersabda kepada utusan puterinya itu: "Kembalilah dulu ke tempat puteriku itu dan beritahukanlah padanya bahwasanya bagi Allah adalah apa-apa yang diambil, bagiNya apa-apa yang diberikan dan segala sesuatu menurut ajal yang ditentukan di sisiNya. Maka dari itu perintahkanlah ia supaya bersabar saja dan supaya mengharapkan keridhaan Allah." Selanjutnya disebutkan hadis ini sampai selengkapnya. (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 152)
No Hadist 153

153 - باب جواز البكاء عَلَى الميت بغير ندب وَلاَ نياحة أمَّا النِّيَاحَةُ فَحَرَامٌ، وَسَيَأتِي فِيهَا بَابٌ فِي كِتابِ النَّهْيِ، إنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى. وَأمَّا البُكَاءُ فَجَاءتْ أحَادِيثُ بِالنَّهْيِ عَنْهُ، وَأنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أهْلِهِ، وَهِيَ مُتَأَوَّلَةٌ ومَحْمُولَةٌ عَلَى مَنْ أوْصَى بِهِ، وَالنَّهْيُ إنَّمَا هُوَ عَن البُكَاءِ الَّذِي فِيهِ نَدْبٌ، أَوْ نِيَاحَةٌ، والدَّليلُ عَلَى جَوَازِ البُكَاءِ بِغَيْرِ نَدْبٍ وَلاَ نِياحَةٍ أحَادِيثُ كَثِيرَةٌ، مِنْهَا: 925 - عن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عاد سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ، وَمَعَهُ عَبدُ الرَّحْمانِ بْنُ عَوفٍ، وَسَعدُ بْنُ أَبي وَقَّاصٍ، وَعَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُودٍ - رضي الله عنهم - فَبَكَى رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - فَلَمَّا رَأى القَوْمُ بُكَاءَ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - بَكَوْا، فَقَالَ: «ألاَ تَسْمَعُونَ؟ إنَّ الله لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَينِ، وَلاَ بِحُزنِ القَلبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهذَا أَوْ يَرْحَمُ» وَأشَارَ إِلَى لِسَانِهِ. متفقٌ عَلَيْهِ. 926 - وعن أُسَامَة بن زَيدٍ رضي اللهُ عنهما: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - رُفِعَ إِلَيْهِ ابنُ ابْنَتِهِ وَهُوَ فِي المَوتِ، فَفَاضَتْ عَيْنَا رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ لَهُ سَعدٌ: مَا هَذَا يَا رسولَ الله؟! قَالَ: «هذِهِ رَحْمَةٌ جَعَلَهَا اللهُ تَعَالَى في قُلُوبِ عِبَادِهِ، وَإنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ». متفقٌ عَلَيْهِ. 927 - وعن أنسٍ - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - دَخَلَ عَلَى ابْنِهِ إبْرَاهيمَ - رضي الله عنه - وَهُوَ يَجُودُ بِنَفسِهِ، فَجَعَلَتْ عَيْنَا رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - تَذْرِفَان. فَقَالَ لَهُ عبدُ الرحمانِ بن عَوف: وأنت يَا رسولَ الله؟! فَقَالَ: «يَا ابْنَ عَوْفٍ إنَّهَا رَحْمَةٌ» ثُمَّ أتْبَعَهَا بأُخْرَى، فَقَالَ: «إنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ والقَلب يَحْزنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يُرْضِي رَبَّنَا، وَإنَّا لِفِرَاقِكَ يَا إبرَاهِيمُ لَمَحزُونُونَ». رواه البخاري، وروى مسلم بعضه. والأحاديث في الباب كثيرة في الصحيح مشهورة، والله أعلم.

Bab 153. Bolehnya Menangisi Orang Mati Tanpa Meratap -Menghitung-hitung Kebaikan Mayit- Juga Tanpa Suara Keras Dalam Tangisnya Itu  Ada pun bersuara keras ketika menangisi mayit itu, maka hukumnya adalah haram dan ini akan diuraikan dalam suatu bab tersendiri yaitu 'Kitab Larangan', Insya Allah. Adapun menangis biasa, maka ada beberapa hadis yang menguraikan tentang dilarangnya itu dan bahwasanya mayit itu akan disiksa dengan sebab tangis keluarganya. Hal sedemikian ini ditakwilkan dan ditangguhkan atas orang yang mewasiatkan itu. Adapun yang dilarang itu hanyalah tangis yang di dalamnya disertai ratapan atau dengan suara keras luar biasa. Adapun dalilnya tentang bolehnya menangis tanpa ratapan dan tidak dengan suara keras ialah beberapa hadis yang banyak sekali jumlahnya, diantaranya ialah: 922. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. meninjau Sa'ad bin Ubadah dan besertanya ialah Abdur Rahman bin Auf, Sa'ad bin Abu Waqqash dan Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhum. Kemudian Rasulullah s.a.w. menangis. Ketika orang-orang sama mengetahui tangisnya Rasulullah s.a.w., maka merekapun menangislah. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Adakah engkau semua tidak mendengar? Sesungguhnya Allah itu tidak akan menyiksa sebab adanya airmata yang mengalir di mata, tidak pula karena kesusahan hati, tetapi Allah menyiksa itu ialah dengan sebab perbuatan ini ataupun Allah memberikan kerahmatannya." Beliau s.a.w. menunjuk kepada lisannya. (Muttafaq 'alaih) 923. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika disampaikanlah berita tentang anak dari puterinya yang dalam keadaan akan meninggal dunia, lalu kedua mata Rasulullah s.a.w. mengalirkan airmata. Kemudian Sa'ad berkata pada beliau s.a.w.: "Apakah artinya ini, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ini adalah sebagai tanda belas kasihan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala dari hati hamba-hambaNya. Sesungguhnya Allah itu mengasihi orang-orang yang mempunyai hati belas kasihan dari golongan hamba-hambaNya itu." (Muttafaq 'alaih) 924. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat anaknya yaitu Ibrahim r.a. dan ia sedang menghadapi sakaratul maut -yakni menghadapi kematian-, maka kedua mata Rasulullah s.a.w. itu melelehkan air mata. Abdur Rahman bin Auf berkata kepadanya: "Tuanpun menangis ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Hai Ibnu Auf, sesungguhnya air mata ini adalah sebagai tanda kasih sayang." Selanjutnya air mata pertama itu diikuti air mata kedua dan seterusnya. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya matapun dapat mengalirkan air mata dan hatipun dapat berduka cita. Kita tidak mengucapkan melainkan apa yang dapat memberikan keridhaan kepada Tuhan kita dan sesungguhnya kita ini dengan berpisah denganmu itu, hai Ibrahim sesungguhnya bersedih hati." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim juga meriwayatkan sebagiannya. Hadis-hadis dalam bab ini banyak sekali disebutkan dalam kitab shahih dan tersohor sekali. Wallahu a'lam. (HR.riyadhus_shalihin : 153)
No Hadist 154

154 - باب الكف عن مَا يرى من الميت من مكروه 928 - وعن أَبي رافع أسلم مولى رسول الله - صلى الله عليه وسلم: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ غَسَّلَ مَيتًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ، غَفَرَ اللهُ لَهُ أربَعِينَ مَرَّة». رواه الحاكم، وقال: صحيح عَلَى شرط مسلم.

Bab 154. Menahan -Tidak Menyiar-nyiarkan Atau Menjaga Rahasia- Sesuatu Yang Tidak Baik Yang Diketahui Dari Seorang Mayit  925. Dari Abu Rafi' yaitu Aslam, hamba sahaya Rasulullah s.a.w., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memandikan seorang mayit, lalu ia menyimpan -yakni merahasiakan- atas keburukan mayit itu -yang diketahui olehnya-, maka Allah memberikan pengampunan kepada orang tadi sebanyak empat puluh kali." Diriwayatkan oleh Imam Hakim dan ia berkata bahwa ini adalah hadis shahih menurut syarat Imam Muslim. (HR.riyadhus_shalihin : 154)
No Hadist 155

155 - باب الصلاة عَلَى الميت وتشييعه وحضور دفنه، وكراهة اتباع النساء الجنائز، وَقَدْ سَبَقَ فَضْلُ التَّشْييعِ. 929 - عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ شَهِدَ الجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا، فَلَهُ قِيراطٌ، وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ، فَلَهُ قِيرَاطَانِ» قِيلَ: وَمَا القِيرَاطانِ؟ قَالَ: «مِثْلُ الجَبَلَيْنِ العَظِيمَيْنِ». متفقٌ عَلَيْهِ. 930 - وعنه: أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنِ اتَّبَعَ جَنَازَةَ مُسْلِمٍ إيمانًا وَاحْتِسَابًا، وَكَانَ مَعَهُ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيُفرَغَ مِنْ دَفْنِهَا، فَإنَّهُ يَرْجعُ مِنَ الأَجْرِ بِقيراطَيْنِ كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ، وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا، ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ أَنْ تُدْفَنَ، فَإنَّهُ يَرْجِعُ بِقيرَاطٍ». رواه البخاري. 931 - وعن أم عطية رضي الله عنها، قالت: نُهِينَا عَنِ اتِّبَاعِ الجَنَائِزِ، وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا. متفقٌ عَلَيْهِ. ومعناه: وَلَمْ يُشَدَّدْ في النَّهْيِ كَمَا يُشَدَّدُ في المُحَرَّمَاتِ.

Bab 155. Menshalatkan Mayit, Mengantarkannya Ke Kubur, Menghadiri Pemakamannya Dan Makruhnya Kaum Wanita Ikut Mengantarkan Jenazah-jenazah  Tentang keutamaan mengantarkan mayit sudah lebih dulu uraiannya -lihat Kitab Meninjau orang sakit dari hadis no.891 dan seterusnya-. 926. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menyaksikan mayit sehingga ia dishalatkan -yakni ia ikut menshalatkan pula-, maka ia memperoleh pahala satu qirath dan barangsiapa yang menyaksikan sehingga di kubur, maka ia memperoleh pahala dua qirath." Beliau s.a.w. ditanya: "Seberapakah dua qirath itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu seperti dua gunung yang besar-besar." (Muttafaq 'alaih) 927. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: ''Barangsiapa mengikuti jenazahnya seorang Muslim dengan sebab adanya keimanan serta mengharapkan keridhaan Allah dan ia terus menyertainya sehingga mayit itu dishalatkan dan selesai dimakamkan, maka sesungguhnya orang yang sedemikian itu akan kembali dengan membawa pahala sebanyak dua qirath, setiap satu qirath itu adalah sebesar gunung Uhud. Dan barangsiapa yang ikut menshalatkan kemudian kembali sebelum dimakamkan, maka sesungguhnya ia akan kembali dengan membawa pahala satu qirath." (Riwayat Bukhari)  928. Dari Ummu 'Athiyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua dilarang untuk mengikuti mengantarkan jenazah ke kubur, tetapi larangan itu tidak diperkeraskan untuk kita -maksudnya ialah untuk kaum wanita-." (Muttafaq 'alaih) Maknanya ialah bahwa larangan mengikuti jenazah ke kubur bagi kaum wanita itu tidak diperkeraskan sebagaimana halnya larangan yang diperkeraskan dalam perkara-perkara yang diharamkan -jadi hukumnya ialah makruh saja-. (HR.riyadhus_shalihin : 155)
No Hadist 156

156 - باب استحباب تكثير المصلين عَلَى الجنازة وجعل صفوفهم ثلاثة فأكثر 932 - عن عائشة رضي الله عنها، قالت: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْ مَيتٍ يُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنَ المُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِئَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلاَّ شُفِّعُوا فِيهِ». رواه مسلم. 933 - وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما، قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ، فَيقومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أرْبَعُونَ رَجُلًا لاَ يُشْرِكُونَ بِاللهِ شَيْئًا، إِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللهُ فِيهِ». رواه مسلم. 934 - وعن مرثدِ بن عبدِ الله اليَزَنِيِّ، قَالَ: كَانَ مَالِكُ بن هُبَيْرَة - رضي الله عنه - إِذَا صَلَّى عَلَى الجَنَازَةِ، فَتَقَالَّ النَّاس عَلَيْهَا، جَزَّأَهُمْ عَلَيْهَا ثَلاَثَةَ أجْزَاءٍ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ ثَلاَثَةُ صُفُوفٍ فَقَدْ أوْجَبَ». رواه أَبُو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن».

Bab 156. Sunnahnya Memperbanyakkan Orang Yang Menshalatkan Jenazah Dan Membuat Barisan-barisan Orang-orang Yang Menshalatkan Itu Menjadi Tiga Shaf -Baris- Atau Lebih  929. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang mayitpun yang dishalatkan oleh sesuatu umat dari kaum Muslimin yang sampai berjumlah seratus orang yang semuanya memohonkan syafaat -yakni pertolongan supaya diampuni dosa-dosanya- kepada mayit tadi, melainkan Allah akan mengabulkan permohonan syafaat mereka itu pada mayit tersebut." (Riwayat Muslim) 930. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang Muslimpun yang mati, lalu jenazahnya dishalatkan oleh empat puluh orang yang semuanya tidak menyekutukan sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan mengabulkan permohonan syafaat orang-orang yang menshalatkan itu -yakni mohon pertolongan kepada Allah agar diampuni dosa-dosanya- bagi mayit tersebut." (Riwayat Muslim) 931. Dari Martsad bin Abdullah al-Yazani, katanya: "Malik bin Hubairah itu apabila menshalatkan jenazah dan dianggapnya sedikit orang-orang yang ikut menshalatkan itu, maka mereka itu dibaginya rnenjadi tiga bagian -yakni tiga baris-. Kemudian ia berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang dishalatkan oleh tiga baris, maka ia dapat dipastikan untuk diampuni dosanya." Diriwayatkan oleh imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ia adalah hadis hasan. (HR.riyadhus_shalihin : 156)
No Hadist 157

157 - باب مَا يقرأ في صلاة الجنازة يُكَبِّرُ أرْبَعَ تَكبِيرَاتٍ، يَتَعوَّذُ بَعْدَ الأُولَى، ثُمَّ يَقْرَأُ فَاتِحَةَ الكِتَابِ، ثُمَّ يُكَبِّرُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فيقول: اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ. وَالأفْضَلُ أَنْ يُتَمِّمَهُ بقوله: كَمَا صَلَّيتَ عَلَى إبرَاهِيمَ - إِلَى قَوْله - إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وَلاَ يَقُولُ مَا يَفْعَلهُ كَثيرٌ مِنَ العَوامِّ مِنْ قراءتِهِمْ: {إنَّ اللهَ وَمَلائِكَته يُصَلُّونَ عَلَى النَّبيِّ} [الأحزاب: 56] الآية، فَإنَّهُ لاَ تَصحُّ صَلاَتُهُ إِذَا اقْتَصَرَ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُكَبِّرُ الثَّالِثَةَ، وَيَدعُو للمَيِّتِ وَللمُسْلِمِينَ بِمَا سَنَذكُرُهُ مِنَ الأحاديث إنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى، ثُمَّ يُكَبِّرُ الرَّابِعَةَ وَيَدْعُو. وَمِنْ أحْسَنِهِ: «اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أجْرَهُ، وَلاَ تَفْتِنَّا بَعدَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ». وَالمُخْتَارُ أنه يُطَوِّلُ الدُّعاء في الرَّابِعَة خلافَ مَا يَعْتَادُهُ أكْثَرُ النَّاس، لحديث ابن أَبي أَوْفى الذي سَنَذْكُرُهُ إنْ شَاء اللهُ تَعَالَى.<br>وَأمَّا الأَدْعِيَةُ المَأثُورَةُ بَعْدَ التَّكبِيرَةِ الثالثة، فمنها: 935 - عن أَبي عبد الرحمان عوف بن مالك - رضي الله عنه - قَالَ: صَلَّى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عَلَى جَنازَةٍ، فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ، وَهُوَ يقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَس، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ» حَتَّى تَمَنَّيتُ أن أكُون أنَا ذَلِكَ الْمَيِّت. رواه مسلم. 936 - وعن أَبي هريرة وأبي قتادة وَأبي إبراهيم الأشهلي، عن أبيه - وأبوه صَحَابيٌّ - رضي الله عنهم عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم: أنَّهُ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَصَغِيرنَا وَكَبيرنَا، وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا، وشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوفَّهُ عَلَى الإيمَان، اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ، وَلاَ تَفْتِنَّا بَعدَهُ». رواه الترمذي من رواية أَبي هريرة والأشهلي. ورواه أَبُو داود من رواية أَبي هريرة وأبي قتادة. قَالَ الحاكم: «حديث أَبي هريرة صحيح عَلَى شرط البخاري ومسلم»، قَالَ الترمذي: «قَالَ البخاري: أصَحُّ رواياتِ هَذَا الحديث رواية الأشْهَلِيِّ، قَالَ البخاري: وأصح شيء في هَذَا الباب حديث عَوْفِ ابن مَالِكٍ». 937 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى المَيِّتِ، فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعاء». رواه أَبُو داود. 938 - وعنه، عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - في الصَّلاَةِ عَلَى الجَنَازَةِ: «اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبُّهَا، وَأَنْتَ خَلَقْتَهَا، وَأَنتَ هَدَيْتَهَا للإسْلاَمِ، وَأَنتَ قَبَضْتَ رُوحَهَا، وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِسرِّهَا وَعَلاَنِيَتِهَا، وَقَدْ جِئنَاكَ شُفَعَاءَ لَهُ، فَاغْفِرْ لَهُ». رواه أَبُو داود. 939 - وعن وَاثِلَة بنِ الأَسْقَعِ - رضي الله عنه - قَالَ: صَلَّى بِنَا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عَلَى رَجُلٍ مِنَ المُسْلِمِينَ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إنَّ فُلانَ ابْنَ فُلانٍ في ذِمَتِّكَ وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ فِتْنَةَ القَبْرِ، وَعذَابَ النَّار، وَأَنْتَ أهْلُ الوَفَاءِ وَالحَمْدِ؛ اللَّهُمَّ فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، إنَّكَ أنْتَ الغَفُورُ الرَّحيمُ». رواه أَبُو داود. 940 - وعن عبدِ الله بنِ أبي أَوْفى رضي الله عنهما: أنَّهُ كَبَّرَ عَلَى جَنَازَةِ ابْنَةٍ لَهُ أرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ، فَقَامَ بَعْدَ الرَّابِعَةِ كَقَدْرِ مَا بَيْنَ التَّكْبِيرَتَيْنِ يَسْتَغْفِرُ لَهَا وَيَدْعُو، ثُمَّ قَالَ: كَانَ رسول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يَصْنَعُ هكَذَا. وفي رواية: كَبَّرَ أرْبَعًا فَمَكَثَ سَاعَةً حَتَّى ظَنَنْتُ أنَّهُ سَيُكَبِّرُ خَمْسًا، ثُمَّ سَلَّمَ عَنْ يَمينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ. فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْنَا لَهُ: مَا هَذَا؟ فَقَالَ: إنِّي لاَ أزيدُكُمْ عَلَى مَا رأيْتُ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يَصْنَعُ، أَوْ: هكَذَا صَنَعَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم. رواه الحاكم، وقال: «حديث صحيح».

Bab 157. Apa-apa Yang Dibaca Dalam Shalat Jenazah&nbsp;&nbsp;Cara shalat jenazah ialah: Bertakbir empat kali. Sesudah takbir pertama membaca ta'awwudz -A'udzu billahi minasy syaithanir rajim- lalu membaca Fatihatulkitab -yakni surat al-Fatihah-, kemudian bertakbir yang kedua kalinya, lalu mengucapkan shalawat kepada Nabi s.a.w. mengucapkan: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad. Adapun yang lebih utama ialah supaya disempurnakan dengan ucapan: Kama shallaita 'ala Ibrahim sampai ucapan Hamidum majid. Jadi jangan membaca sebagaimana yang dikerjakan oleh sebagian besar orang awam, yaitu mereka sama mengucapkan: Innallaha wa malaikatahu yushailuna 'alan nabiyyi dan seterusnya sampai habisnya ayat, sebab sesungguhnya saja tidak akan sahlah shalatnya, jikalau seorang itu meringkaskan bacaannya pada yang demikian itu belaka. Selanjutnya lalu bertakbir yang ketiga dan berdoa untuk mayit dan untuk seluruh kaum Musiimin, sebagaimana yang akan kami uraikan hadis-hadisnya di bawah ini. Insya Allah Ta'ala. Seterusnya ialah bertakbir keempat kalinya dan berdoa. Setengah daripada sebaik-baiknya doa ialah: ajrahu wa la taftinna ba'dahu waghfir lana walahu -artinya-: Ya Allah, janganlah menghalang-halangi kita untuk memperoleh pahala sebab memperoleh musibah ditinggalkan mayit itu, jangan pula ada fitnah sepeninggalnya dan ampunilah untuk kita semua dan untuk mayit ini pula. Yang terpilih ialah supaya seseorang itu memperpanjangkan doanya dalam doa sehabis takbir keempat ini. Jadi hal ini menyalahi apa-apa yang biasa dilakukan oleh sebagian banyak manusia -yang suka memendekkan doa itu-. Ini adalah berdasarkan Hadis Ibnu Abi Aufa yang akan kami sebutkan di belakang Insya Allah Ta'ala. Adapun doa-doa yang datang dari Nabi s.a.w. sesudah takbir ketiga, diantaranya ialah:&nbsp;932. Dari Abdur Rahman bin Auf bin Malik r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. menshalatkan jenazah, lalu saya menghafalkan sesuatu dari doanya, yaitu beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: &quot;Ya Allah, ampunilah ia dan belas kasihanilah. Selamatkanlah ia dan maafkanlah, muliakanlah tempat kediamannya -dalam kubur- dan luaskanlah tempat masuknya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun, bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran, berilah ia ganti berupa perumahan yang lebih baik dari perumahannya -di dunia- juga ganti keluarga yang lebih baik dari keluarganya -di dunia- serta kawinkanlah ia dengan suami -atau istri- yang lebih baik dari suami -atau istrinya- di dunia. Masukkanlah ia dalam syurga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.&quot; 'Aufa berkata: &quot;Sehingga saya mengharapkan hendaknya sayalah yang menjadi mayit ketika itu.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;933. Dari Abu Hurairah, Abu Qatadah dan Abu Ibrahim al-Asyhali dari ayahnya dan ayahnya adalah seorang sahabat radhiallahu 'anhum dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau menshalatkan jenazah, lalu mengucapkan -yang artinya-: &quot;Ya Allah, ampunilah untuk yang masih hidup dan yang telah mati dari kita, yang kecil dan yang besar -maksudnya yang muda dan yang tua-, yang lelaki dan yang perempuan, yang hadir ini dan yang tidak hadir. Ya Allah, barangsiapa yang Engkau hidupkan diantara kita, maka hidupkanlah dengan menetapi Agama Islam dan barangsiapa yang Engkau matikan dari kita, maka matikanlah dengan menetapi keimanan. Ya Allah, janganlah menghalang-halangi kita untuk memperoleh pahala sebab mendapatkan musibah ditinggalkan mayit ini dan jangan ada fitnah sepeninggalnya.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari riwayat Abu Hurairah dan al-Asyhali. Juga diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari riwayat Abu Hurairah dan Abu Qatadah. Imam Hakim berkata: &quot;Hadis Abu Hurairah ini shahih menurut syaratnya Imam-imam Bukhari dan Muslim.&quot; Imam Tirmidzi berkata: &quot;Imam Bukhari berkata: &quot;Selengkap-lengkap riwayat-riwayat Hadis dalam bab ini ialah riwayatnya al-Asyhali.&quot; Imam Bukhari berkata: &quot;Sebagus-bagus hadis dalam bab ini ialah Hadisnya 'Auf bin Malik&quot;.&nbsp;934. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Jikalau engkau semua menshalatkan mayit, maka bersikap ikhlaslah -tulus- dalam mengucapkan doa untuk mayit itu.&quot; (Riwayat Abu Dawud)&nbsp;935. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. perihal doa menshalatkan jenazah, yaitu -yang artinya-: &quot;Ya Allah, Engkau adalah Tuhan jenazah ini, Engkau pula yang menciptakannya, Engkau memberikannya petunjuk untuk memeluk Agama Islam. Engkau mencabut ruhnya dan Engkau lebih mengetahui perihal rahasia dan apa yang kelihatan daripada dirinya. Kita semua datang menghadapMu untuk memohonkan syafaat padanya. Maka dari itu ampunilah jenazah ini.&quot; (Riwayat Abu Dawud)&nbsp;936. Dari Watsilah bin al-Asqa' r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. menshalatkan jenazah seorang lelaki dari kaum Muslimin beserta kita, lalu saya mendengar beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: &quot;Ya Allah, sesungguhnya Fulan anak Fulan ini adalah dalam tanggunganMu dan ikatan keamananMu, maka dari itu lindungilah ia dari fitnah kubur dan siksanya. Engkau adalah ahli dalam menetapi janji dan memiliki pujian. Ya Allah, maka ampunilah ia, belas kasihanilah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyayang.&quot; (Riwayat Abu Dawud)&nbsp;937. Dari Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, bahwasanya ia bertakbir untuk menshalatkan jenazah anak perempuannya, lalu ia berdiri sesudah takbir keempat seperti kadar waktu berdirinya antara dua takbir, kemudian ia berkata: &quot;Rasulullah s.a.w. melakukan sedemikian ini.&quot; Dalam riwayat lain disebutkan: Abdullah bin Abu 'Aufa bertakbir yang keempat kalinya, lalu berdiam diri sebentar, sehingga saya mengira bahwa ia akan bertakbir untuk kelima kalinya, kemudian bersalam menoleh kesebelah kanannya lalu kesebelah kirinya. Setelah ia selesai shalat, kitapun bertanya padanya: &quot;Apakah artinya itu tadi?&quot; -maksudnya antara takbir keempat dengan salam, mengapa lama sekali?- Ia menjawab: &quot;Sesungguhnya saya tidak akan menambahkan untukmu semua melebihi dari apa yang saya lihat dari Rasulullah s.a.w. sebagaimana yang beliau lakukan,&quot; atau ia berkata: &quot;Memang demikian itulah yang dikerjakan oleh Rasulullah s.a.w.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Hakim dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis shahih. (HR.riyadhus_shalihin : 157)
No Hadist 158

158 - باب الإسراع بالجنازة 941 - عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أسْرِعُوا بالجَنَازَةِ، فَإنْ تَكُ صَالِحَةً، فَخَيرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ، وَإنْ تَكُ سِوَى ذَلِكَ، فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ». متفقٌ عَلَيْهِ. وفي روايةٍ لمسلمٍ: «فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا عَلَيْهِ». 942 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ النبي - صلى الله عليه وسلم - يقُولُ: «إِذَا وُضِعَت الجَنَازَةُ، فَاحْتَمَلَهَا الرِّجَالُ عَلَى أعنَاقِهمْ، فَإنْ كَانَتْ صَالِحَةً، قالتْ: قَدِّمُونِي، وَإنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ، قَالَتْ لأَهْلِهَا: يَا وَيْلَهَا أَيْنَ تَذْهَبُونَ بِهَا؟ يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الإنْسَانَ، وَلَوْ سَمِعَ الإنسَانُ لَصَعِقَ». رواه البخاري.

Bab 158. Bersegera Dalam Mengubur Jenazah&nbsp;&nbsp;938. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Segerakanlah mengubur jenazah itu. Jikalau ia baik, maka itulah suatu kebaikan yang engkau semua berikan padanya, sedang jikalau ia selain yang sedemikian -yakni jenazah buruk-, maka itulah suatu kejelekan yang engkau semua letakkan pada leher-lehermu semua.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: fa khairun tuqaddi-munaha 'alaih, jadi ilaihi diganti 'alaihi.&nbsp;939. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Jikalau jenazah itu telah diletakkan -dalam keranda atau usungan mayat- lalu orang-orang lelaki membawanya di atas leher-leher mereka -untuk dimakamkan dalam kubur-, maka jikalau jenazah itu seorang yang shalih, iapun berkatalah: &quot;Dahulukanlah aku -maksudnya segerakanlah dalam menguburkan jenazahku karena ingin segera mengetahui kerahmatan Allah dalam kubur itu-. Tetapi jikalau jenazah itu tidak shalih, maka ia berkata kepada keluarganya: &quot;Aduhai celaka diriku, kemanakah engkau semua hendak pergi membawa jenazahku ini?&quot; Suaranya itu didengar oleh setiap sesuatu kecuali manusia dan andaikata manusia itu mendengar, sesungguhnya ia tidak akan sadarkan diri -pingsan-.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 158)
No Hadist 159

159 - باب تعجيل قضاء الدَّين عن الميت والمبادرة إِلَى تجهيزه إلا أن يموت فجأة فيترك حَتَّى يُتَيَقَّنَ مَوْتُه 943 - عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «نَفْسُ المُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضى عَنْهُ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 944 - وعن حُصَيْنِ بن وَحْوَحٍ - رضي الله عنه: أنَّ طَلْحَةَ بْنَ البَرَاءِ بن عَازِبٍ رضي الله عنهما مَرِضَ، فَأتَاهُ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يَعُودُهُ، فَقَالَ: «إنِّي لاَ أرى طَلْحَةَ إِلاَّ قَدْ حَدَثَ فِيهِ المَوْتُ، فآذِنُوني بِهِ وَعَجِّلُوا بِهِ، فَإنَّهُ لاَ يَنْبَغِي لجِيفَةِ مُسْلِمٍ أَنْ تُحْبَسَ بَيْنَ ظَهْرَانِيْ أهْلِهِ». رواه أَبُو داود.

Bab 159. Bersegera Dalam Hal Pembayaran Hutangnya Mayit Dan Menyegerakan Dalam Merawatnya -Sampai Dimakamkan-, Kecuali Kalau Mati Secara Mendadak, Maka Perlu Dibiarkan Dulu Sehingga Dapat Diyakinkan Kematiannya&nbsp;&nbsp;Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Jiwa seorang mu'min itu tergantung karena hutangnya, sehingga hutangnya itu dilunaskan.&quot; Maksudnya bahwa urusannya itu masih tidak dapat diselesaikan, apakah ia selamat dari siksa atau akan binasa karena siksa. Ia tetap ditahan sampai hutangnya dipenuhi oleh keluarganya yang masih hidup. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.&nbsp;941. Dari Hushain bin Wahwah r.a. bahwasanya Thalhah bin al-Bara' r.a. sakit, lalu Nabi s.a.w. menjenguknya kemudian beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya saya tidak melihat Thalhah ini, melainkan ia akan segera meninggal dunia. Apabila ia meninggal dunia beritahukanlah hal itu padaku dan segerakanlah memberikan perawatan padanya -sampai dimakamkan-, sebab sesungguhnya tidak patut bagi mayat seorang Muslim itu kalau ditahan diantara keluarganya.&quot; Maksudnya kalau mati siang, kuburkanlah pada siang itu juga, demikian pula kalau malam, juga kuburkanlah pada malam itu juga. (Riwayat Abu Daud) [Baca Status Hadis Disini] (HR.riyadhus_shalihin : 159)
No Hadist 160

160 - باب الموعظة عند القبر 945 - عن عَلِيٍّ - رضي الله عنه - قَالَ: كُنَّا فِي جَنَازَةٍ في بَقيعِ الغَرْقَدِ، فَأتَانَا رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَعَدَ، وَقَعَدْنَا حَوْلَهُ وَمَعَهُ مِخْصَرَةٌ فَنَكَّسَ وَجَعَلَ يَنْكُتُ بِمِخْصَرَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: «مَا مِنْكُمْ مِنْ أحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ وَمَقْعَدُهُ مِنَ الجَنَّةِ» فقالوا: يَا رسولَ الله، أفَلا نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابنَا؟ فَقَالَ: «اعْمَلُوا؛ فكلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ ... » وذكَر تَمَامَ الحديث. متفقٌ عَلَيْهِ.

Bab 160. Memberikan Nasihat Di Kubur&nbsp;&nbsp;942. Dari Ali r.a., katanya: &quot;Kita semua sedang mengantarkan seorang jenazah ke makam Baqi' al-Gharqad, lalu kita didatangi oleh Rasulullah s.a.w., kemudian beliau s.a.w. duduk dan kitapun duduk di sekelilingnya. Beliau s.a.w. membawa sebuah tongkat -yang lengkung kepalanya- lalu beliau menundukkan kepalanya dan mulai membuat garis-garis halus -di bumi- dengan tongkatnya itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: &quot;Tiada seorangpun dari engkau semua itu, melainkan sudah ditentukan tempat duduknya dari neraka dan tempat duduknya dari syurga.&quot; Para sahabat lalu berkata: &quot;Ya Rasulullah, apakah kita tidak boleh menyandarkan diri kita pada catatan kita itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Beramallah, karena setiap orang itu dipermudahkan jalannya untuk apa yang ia diciptakan untuknya&quot; -maksudnya ialah jikalau memang ditakdirkan baik, maka mudah sekali orang itu melakukan kebaikan, sedang jikalau ditakdirkan jelek, maka mudah pula melakukan kejelekan-. Selanjutnya Ali r.a. menyebutkan hadis ini sampai habis. (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 160)