Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 511

وعن عبد الله بن عَمْرو بنِ العاص رضي الله عنهما: أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «قَدْ أفْلَحَ مَنْ أسْلَمَ، وَكَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ». رواه مسلم.

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sungguh berbahagialah orang yang masuk Agama Islam serta diberi rezeki cukup dan diberi sifat qana'ah -suka menerima- dengan apa-apa yang telah dikaruniakan oleh Allah." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 511)
No Hadist 512

وعن أَبي محمدٍ فضَالَة بن عبيدٍ الأنصاريِّ - رضي الله عنه: أنه سمع رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «طُوبَى لِمَنْ هُدِيَ لِلإسْلاَمِ، وَكَانَ عَيْشُهُ كَفَافًا وَقَنِعَ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح».

Dari Abu Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Untung besarlah kehidupan seorang yang telah dikarunia petunjuk untuk memasuki Agama Islam, sedang hidupnya itu adalah dalam keadaan cukup dan pula ia bersifat qana'ah -suka menerima." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. (HR.Riyadhus Shalihin : 512)
No Hadist 513

وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: كَانَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يَبيتُ اللَّيَالِيَ الْمُتَتَابِعَةَ طَاوِيًا، وَأهْلُهُ لاَ يَجِدُونَ عَشَاءً، وَكَانَ أكْثَرُ خُبْزِهِمْ خُبزَ الشَّعيرِ. رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح».

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. dalam beberapa malam yang berturut-turut itu bermalam dalam keadaan terlipat -maksudnya terlipat perutnya karena lapar, sedang para keluarganya tidak mendapatkan sesuatu untuk makan malam, juga sebagian banyak roti yang dimakan itu adalah roti terbuat dari gandum." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. (HR.Riyadhus Shalihin : 513)
No Hadist 514

وعن فُضَالَةَ بن عبيدٍ - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا صَلَّى بِالنَّاسِ، يَخِرُّ رِجَالٌ مِنْ قَامَتِهِمْ في الصَّلاةِ مِنَ الخَصَاصَةِ - وَهُمْ أصْحَابُ الصُّفَّةِ - حَتَّى يَقُولَ الأعْرَابُ: هؤُلاء مَجَانِينٌ. فَإذَا صلَّى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - انْصَرَفَ إلَيْهِمْ، فَقَالَ: «لَوْ تَعْلَمُونَ مَا لَكُمْ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى، لأَحْبَبْتُمْ أَنْ تَزْدَادُوا فَاقَةً وَحَاجَةً». رواه الترمذي، وقال: «حديث صحيح». «الخَصَاصَةُ»: الفَاقَةُ وَالجُوعُ الشَّدِيدُ.

Dari Fadhalah bin Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila bershalat dengan para manusia, maka ada beberapa lelaki yang jatuh tersungkur dari berdiri mereka itu ketika dalam shalatnya, disebabkan karena kefakiran yang sangat -yakni karena sangatnya kelaparan sehingga tidak kuat berdiri-. Mereka itu adalah ahlush shuffah, sehingga orang A'rab -orang-orang Arab dari pedalaman- mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang gila. Kemudian apabila Rasulullah s.a.w. telah selesai bershalat, lalu menghadap ke arah mereka itu dan berkata: "Andaikata engkau semua mengetahui apa yang disediakan untukmu semua di sisi Allah Ta'ala, sesungguhnya engkau semua senang kalau engkau semua bertambah kefakiran dan hajatnya -dari sekarang ini. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis shahih. Alkhashashab ialah kekurangan dan kelaparan yang sangat. (HR.Riyadhus Shalihin : 514)
No Hadist 515

وعن أَبي كريمة المقدام بن معد يكرِبَ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاء شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فإنْ كانَ لا مَحالةَ فثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسه». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». «أكُلاَتٌ» أيْ: لُقَمٌ.

Dari Abu Karimah, yaitu al-Miqdad bin Ma'dikariba r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah seorang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah sebenarnya seorang itu makan beberapa suapan yang dapat mendirikan -menguatkan- tulang rusuknya. Maka jikalau makanan itu harus diisikannya, maka sepertiga hendaklah untuk makanannya dan sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. (HR.Riyadhus Shalihin : 515)
No Hadist 516

وعن أَبي أُمَامَة إياسِ بن ثعلبةَ الأَنْصَارِيِّ الحارثي - رضي الله عنه - قَالَ: ذَكَرَ أصْحَابُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يَومًا عِنْدَهُ الدُّنْيَا، فَقَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «ألاَ تَسْمَعُونَ؟ ألاَ تَسْمَعُونَ؟ إنَّ البَذَاذَةَ مِنَ الإِيمَانِ، إنَّ البَذَاذَةَ مِنَ الإِيمَانِ» يَعْنِي: التَّقَحُّلَ. رواهُ أَبو داود. «البَذَاذَةُ» - بالباءِ الموحدةِ والذالين المعجمتين - وَهِيَ رَثَاثَةُ الهَيْئَةِ وَتَرْكُ فَاخِرِ اللِّبَاسِ. وَأَمَّا «التَّقَحُّلُ» فبالقافِ والحاء: قَالَ أهْلُ اللُّغَةِ: المُتَقَحِّلُ هُوَ الرَّجُلُ اليَابِسُ الجِلْدِ مِنْ خُشُونَةِ العَيْشِ وَتَرْكِ التَّرَفُّهِ.

Dari Abu Umamah, yaitu Iyas bin Tsa'laba al-Anshari al-Harits r.a., katanya: "Para sahabat Rasulullah s.a.w. pada suatu hari menyebut-nyebutkan di sisi beliau itu tentang hal dunia -yakni perihal kesenangan, kekayaan dan lain-lain. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua mendengar, tidakkah engkau semua mendengar bahwa badzadzah itu termasuk keimanan, bahwa badzadzah itu termasuk keimanan." Yakni taqahhul. [Riwayat Abu Dawud]Albadzadzah dengan ba' muwahhadah dan dua dzal yang mu'jamah artinya ialah keadaan yang serba kusut dan meninggalkan pakaian yang indah-indah. Adapun taqahhul, dengan qaf dan ha' maka para ahli Lughat mengatakan bahwa orang yang bertaqahhul ialah orang yang kering kulitnya karena keadaan hidupnya yang serba kasar dan meninggalkan kemewahan dalam segala hal. (HR.Riyadhus Shalihin : 516)
No Hadist 517

وعن أَبي عبد الله جابر بن عبد الله رضي الله عنهما، قَالَ: بَعَثَنَا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَأمَّرَ عَلَيْنَا أَبَا عُبَيْدَةَ - رضي الله عنه - نَتَلَقَّى عِيرًا لِقُرَيْشٍ، وَزَوَّدَنَا جِرَابًا مِنْ تَمْرٍ لَمْ يَجِدْ لَنَا غَيْرَهُ، فَكَانَ أَبو عُبيدَةَ يُعْطِينَا تَمْرَةً تَمْرَةً، فَقيلَ: كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُونَ بِهَا؟ قَالَ: نَمَصُّهَا كَمَا يَمَصُّ الصَّبي، ثُمَّ نَشْرَبُ عَلَيْهَا مِنَ الْمَاءِ، فَتَكْفِينَا يَوْمَنَا إِلَى اللَّيْلِ، وَكُنَّا نَضْرِبُ بِعِصيِّنَا الخَبَطَ، ثُمَّ نَبُلُّهُ بِالماءِ فَنَأكُلُهُ. قَالَ: وَانْطَلَقْنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ، فَرُفِعَ لَنَا عَلَى سَاحِلِ الْبَحْرِ كَهَيْئَةِ الكَثِيبِ الضَّخْمِ، فَأَتَيْنَاهُ فَإذَا هِيَ دَابَّةٌ تُدْعَى الْعَنْبَرَ ، فَقَالَ أَبو عُبَيْدَةَ: مَيْتَةٌ، ثُمَّ قَالَ: لا، بَلْ نَحْنُ رُسُلُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وفي سبيل الله وَقَدِ اضْطُرِرْتُمْ فَكُلُوا، فَأقَمْنَا عَلَيْهِ شَهْرًا، وَنَحْنُ ثَلاَثُمِئَةٍ حَتَّى سَمِنَّا، وَلَقَدْ رَأيْتُنَا نَغْتَرِفُ مِن وَقْبِ عَيْنِهِ بِالقِلاَلِ الدُّهْنَ وَنَقْطَعُ مِنْهُ الفِدَرَ كالثَّوْرِ أَوْ كَقَدْرِ الثَّوْرِ، وَلَقَدْ أَخَذَ مِنَّا أَبو عُبَيْدَةَ ثَلاثَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَأقْعَدَهُمْ في وَقْبِ عَيْنِهِ وَأخَذَ ضِلْعًا مِنْ أضْلاَعِهِ فَأقَامَهَا ثُمَّ رَحَلَ أعْظَمَ بَعِيرٍ مَعَنَا فَمَرَّ مِنْ تَحْتهَا وَتَزَوَّدْنَا مِنْ لَحْمِهِ وَشَائِقَ، فَلَمَّا قَدِمْنَا المَدِينَةَ أَتَيْنَا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: «هُوَ رِزْقٌ أخْرَجَهُ اللهُ لَكُمْ، فَهَلْ مَعَكُمْ مِنْ لَحْمِهِ شَيْءٌ فَتُطْعِمُونَا؟» فَأرْسَلْنَا إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مِنْهُ فَأكَلَهُ. رواه مسلم. «الجِرَابُ»: وِعَاءٌ مِنْ جِلْدٍ مَعْرُوفٌ، وَهُوَ بِكَسرِ الجيم وفتحها والكسر أفْصَحُ. قَوْلُهُ: «نَمَصُّهَا» بفتح الميم، وَ «الخَبَطُ»: وَرَقُ شَجَرٍ مَعْرُوفٍ تَأكُلُهُ الإبِلُ. وَ «الكَثِيبُ»: التَّلُّ مِنَ الرَّمْلِ، وَ «الوَقْبُ»: بفتح الواو وَإسكان القافِ وبعدها بَاءٌ موحدةٌ وَهُوَ نُقْرَةُ العَيْنِ. وَ «القِلاَلُ»: الجِرار. وَ «الفِدَرُ» بكسرِ الفاءِ وفتح الدال: القِطَعُ. «رَحَلَ البَعِيرَ» بتخفيف الحاءِ: أيْ جَعَلَ عَلَيْهِ الرَّحْلِ. «الوَشَائِقُ» بالشينِ المعجمةِ والقاف: اللَّحْمُ الَّذِي اقْتُطِعَ لِيُقَدَّدَ مِنْهُ، والله أعلم.

Dari Abu Abdillah bin Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita dikirimkan oleh Rasulullah s.a.w. -ke medan peperangan- dan mengangkat Abu Ubaidah r.a. sebagai amir -panglima- untuk memimpin kita, guna menemui kafilah orang-orang Quraisy. Kita semua membawa bekal sebuah tempat berisi kurma dan kita tidak menemukan selain itu. Abu Ubaidah memberikan kita sekurma demi sekurma. Kepada kita ditanyakan -oleh orang lain: "Bagaimanakah engkau semua berbuat dengan sebiji kurma itu." Jawabnya: "Kita mengisapnya sebagaimana seorang anak bayi mengisap tetek. Kemudian kita minum air setelah itu. Keadaan sedemikian ini mencukupi kita untuk sehari itu sampai malam. Kita juga memukul daun-daunan dengan tongkat-tongkat kita, lalu kita basahi dengan air, kemudian kita makanlah itu. Seterusnya kita berangkat ke pantai laut, lalu tampaklah di atas kita di pantai laut tadi, seolah-olah seperti tumpukan pasir yang besar, lalu kitapun mendatanginya. Tiba-tiba yang tampak itu adalah seekor binatang yang dinamakan ikan lodan -hiu. Abu Ubaidah lalu berkata: "Bangkai," kemudian ia berkata lagi: "Oh tidak -maksud-nya tidak haram diambil dagingnya untuk dimakan-. Bahkan kita ini adalah utusan-utusan dari Rasulullah s.a.w. dan dalam berjuang fisabilillah. Engkau semua adalah dalam keadaan terpaksa. Maka dari itu makanlah olehmu semua." Kita semua berdiam -sambil makan ikan tersebut- dalam waktu sebulan lamanya dan jumlah kita seluruhnya adalah tiga ratus orang, sehingga kita semuapun menjadi gemuklah. Sesungguhnya saya melihat bahwa kita semua menciduk dari lobang matanya itu dengan beberapa gayung akan minyaknya dan kita memotong daripadanya itu beberapa potongan daging sebesar lembu atau kira-kira selembu-selembu besarnya. Sungguh-sungguh Abu Ubaidah menyuruh seorang dari kita sebanyak tiga belas orang, diperintah olehnya supaya duduk dalam lobang matanya dan supaya mengambil tulang rusuknya, lalu ditegakkan dan dimuatkan pada unta yang terbesar yang ada beserta kita. Ia berjalan di bawahnya. Kita juga mengambil bekal dari dagingnya yang telah dikeringkan -dijadikan dendeng. Setelah kita semua datang di Madinah, kita mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu kita ceritakanlah hal itu kepada beliau, lalu beliau bersabda: "Itu adalah rezeki yang dikeluarkan oleh Allah untukmu semua. Adakah engkau semua membawa sedikit dagingnya, supaya dapat memberikan sedekahnya untuk makanan kita?" Kita semua mengirimkan kepada Rasulullah s.a.w. sebagian dagingnya itu, kemudian beliau s.a.w. memakannya." [Riwayat Muslim]Aljirab ialah wadah dari kulit yang sudah dapat dimaklumi. Lafaz ini dibaca dengan kasrahnya jim atau boleh pula dengan fathahnya, tetapi dengan kasrah adalah lebih fashih. Namashshuha dengan fathahnya mim. Alkhabath ialah daun-daunan dari pohon yang dikenal dan dimakan oleh unta. Alkatsib ialah timbunan dari pasir. Alwaqbu dengan fathahnya wawu dan saknahnya qaf dan sesudahnya itu ialah ba' muwahhadah, ialah lobang mata. Alqilal ialah gayung. Aifidar dengan kasrahnya fa' dan fathahnya dal yaitu beberapa potong. Rahala ba'ira yaitu memberikan beban pada unta. Alwasyaiq dengan syin mu'jamah dan qaf ialah daging yang dipotong-potong untuk dikeringkan. Wallahu a'lam. (HR.Riyadhus Shalihin : 517)
No Hadist 518

وعن أسماء بنتِ يزيد رضي الله عنها، قالت: كَانَ كُمُّ قَمِيصِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إِلَى الرُّصْغِ. رواه أَبو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن». «الرُّصْغُ» بالصاد وَالرُّسْغُ بالسينِ أيضًا: هُوَ المَفْصِلُ بَيْنَ الكفِّ والسَّاعِدِ.

Dari Asma' binti Yazid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ujung lengan baju gamisnya Rasulullah s.a.w. itu adalah sampai di pergelangan tangan." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Arush-ghu dengan menggunakan shad dan Arrus-ghu dengan menggunakan sin, juga boleh, artinya ialah pergelangan antara tapak tangan dengan lengan tangan bagian bawah. (HR.Riyadhus Shalihin : 518)
No Hadist 519

وعن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: إنَّا كُنَّا يَوْمَ الْخَنْدَقِ نَحْفِرُ، فَعَرَضَتْ كُدْيَةٌ شَدِيدَةٌ، فَجَاؤُوا إِلَى النبي - صلى الله عليه وسلم - فقالوا: هذِهِ كُدْيَةٌ عَرَضَتْ في الخَنْدَقِ. فَقَالَ: «أنَا نَازِلٌ» ثُمَّ قَامَ، وَبَطْنُهُ مَعْصُوبٌ بِحَجَرٍ، وَلَبِثْنَا ثَلاَثَة أيّامٍ لاَ نَذُوقُ ذَوَاقًا، فَأخَذَ النبي - صلى الله عليه وسلم - المِعْوَلَ، فَضَرَبَ فَعَادَ كَثيبًا أهْيَلَ أَو أهْيَمَ، فقلت: يَا رسول الله، ائْذَنْ لي إِلَى البَيْتِ، فقلتُ لامْرَأتِي: رَأيْتُ بالنَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - شَيئًا مَا في ذَلِكَ صَبْرٌ فَعِنْدَكِ شَيْءٌ؟ فقالت: عِنْدي شَعِيرٌ وَعَنَاقٌ ، فَذَبَحْتُ العَنَاقَ وَطَحَنْتُ الشَّعِيرَ حَتَّى جَعَلْنَا اللَّحْمَ في البُرْمَةِ، ثُمَّ جِئْتُ النبي - صلى الله عليه وسلم - وَالعَجِينُ قَدِ انْكَسَرَ، وَالبُرْمَةُ بَيْنَ الأثَافِيِّ قَدْ كَادَتْ تَنْضِجُ، فقلتُ: طُعَيْمٌ لي، فَقُمْ أنْتَ يَا رسول اللهِ وَرَجُلٌ أَوْ رَجُلانِ، قَالَ: «كَمْ هُوَ»؟ فَذَكَرْتُ لَهُ، فَقَالَ: «كثيرٌ طَيِّبٌ قُل لَهَا لاَ تَنْزَع البُرْمَةَ، وَلاَ الخبْزَ مِنَ التَّنُّورِحتى آتِي» فَقَالَ: «قُومُوا»، فقام المُهَاجِرُونَ وَالأنْصَارُ، فَدَخَلْتُ عَلَيْهَا فقلتُ: وَيْحَكِ قَدْ جَاءَ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - وَالمُهَاجِرُونَ وَالأنْصَارُ ومن مَعَهُمْ! قالت: هَلْ سَألَكَ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: «ادْخُلُوا وَلاَ تَضَاغَطُوا» فَجَعَلَ يَكْسرُ الخُبْزَ، وَيَجْعَلُ عَلَيْهِ اللَّحْمَ، وَيُخَمِّرُ البُرْمَةَ وَالتَّنُّور إِذَا أخَذَ مِنْهُ، وَيُقَرِّبُ إِلَى أصْحَابِهِ ثُمَّ يَنْزعُ، فَلَمْ يَزَلْ يِكْسِرُ وَيَغْرِفُ حَتَّى شَبِعُوا، وَبَقِيَ مِنْهُ، فَقَالَ: «كُلِي هَذَا وَأهِدي، فَإنَّ النَّاسَ أصَابَتْهُمْ مَجَاعَةٌ». متفقٌ عَلَيْهِ. وفي رواية قَالَ جابر: لَمَّا حُفِرَ الخَنْدَقُ رَأيْتُ بالنبيِّ - صلى الله عليه وسلم - خَمَصًا، فَانْكَفَأْتُ إِلَى امْرَأتِي، فقلت: هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ؟ فَإنّي رَأيْتُ برسول الله - صلى الله عليه وسلم - خَمَصًا شَديدًا، فَأخْرَجَتْ إلَيَّ جِرَابًا فِيه صَاعٌ مِنْ شَعِيرٍ، وَلَنَا بَهِيمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحْتُهَا، وَطَحَنتِ الشَّعِيرَ، فَفَرَغَتْ إِلَى فَرَاغي، وَقَطَعْتُهَا في بُرْمَتها، ثُمَّ وَلَّيْتُ إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقالت: لاَ تَفْضَحْنِي برسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَمَنْ مَعَهُ، فَجئتهُ فَسَارَرْتُهُ، فَقُلْتُ: يَا رسول الله، ذَبَحْنَا بهيمَة لَنَا، وَطَحَنْتُ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ، فَتَعَالَ أنْتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ، فَصَاحَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «يَا أهلَ الخَنْدَقِ: إنَّ جَابِرًا قَدْ صَنَعَ سُؤْرًا فَحَيَّهَلا بِكُمْ» فَقَالَ النبي - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تُنْزِلُنَّ بُرْمَتَكُمْ وَلاَ تَخْبزنَّ عَجِينَكُمْ حَتَّى أجِيءَ» فَجِئْتُ، وَجَاءَ النبي - صلى الله عليه وسلم - يَقْدُمُ النَّاسَ، حَتَّى جِئْتُ امْرَأتِي، فقالَتْ: بِكَ وَبِكَ! فقُلْتُ: قَدْ فَعَلْتُ الَّذِي قُلْتِ. فَأخْرَجَتْ عَجِينًا، فَبسَقَ فِيهِ وَبَاركَ، ثُمَّ عَمَدَ إِلَى بُرْمَتِنا فَبصَقَ وَبَارَكَ، ثُمَّ قَالَ: «ادْعِي خَابزَةً فَلْتَخْبِزْ مَعَكِ، وَاقْدَحِي مِنْ بُرْمَتِكُمْ، وَلاَ تُنْزِلُوها» وَهُم ألْفٌ، فَأُقْسِمُ بِالله لأَكَلُوا حَتَّى تَرَكُوهُ وَانْحَرَفُوا، وَإنَّ بُرْمَتَنَا لَتَغِطّ كَمَا هِيَ، وَإنَّ عَجِينَنَا لَيُخْبَزُ كَمَا هُوَ. قَوْله: «عَرَضَتْ كُدْيَةٌ» بضم الكاف وإسكان الدال وبالياء المثناة تَحْتَ، وَهِيَ قِطْعَةٌ غَلِيظَةٌ صُلْبَةٌ مِنَ الأرضِ لاَ يَعْمَلُ فِيهَا الفَأسُ، وَ «الكَثيبُ» أصْلُهُ تَلُّ الرَّمْل، وَالمُرَادُ هُنا: صَارَتْ تُرابًا نَاعِمًا، وَهُوَ مَعْنَى «أهْيَلَ». وَ «الأَثَافِيُّ»: الأحجَارُ الَّتي يكُونُ عَلَيْهَا القِدْرُ، وَ «تَضَاغَطُوا»: تَزَاحَمُوا. وَ «المَجَاعَةُ»: الجُوعُ، وَهُوَ بفتح الميم. وَ «الخَمَصُ»: بفتح الخاء المعجمة والميم: الجُوعُ، وَ «انْكَفَأتُ»: انْقَلَبْتُ وَرَجَعْتُ. و «البُهَيْمَةُ» بضم الباء، تصغير بَهْمَة وَهيَ، العَنَاقُ، بفتح العين. وَ «الدَّاجِنُ»: هِيَ الَّتي ألِفَتِ البَيْتَ: وَ «السُّؤْرُ» الطَّعَامُ الَّذِي يُدْعَى النَّاسُ إِلَيْهِ؛ وَهُوَ بالفَارِسيَّة. وَ «حَيَّهَلا» أيْ تَعَالُوا. وَقَوْلُهَا «بك وَبكَ» أيْ خَاصَمَتْهُ وَسَبَّتْهُ، لأَنَّهَا اعْتَقَدَتْ أنَّ الَّذِي عِنْدَهَا لاَ يَكْفِيهمْ، فَاسْتَحْيَتْ وَخَفِيَ عَلَيْهَا مَا أكْرَمَ الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِهِ نَبِيَّهُ - صلى الله عليه وسلم - مِنْ هذِهِ المُعْجِزَةِ الظَّاهِرَةِ وَالآية البَاهِرَةِ. «بَسَقَ» أيْ: بَصَقَ؛ وَيُقَالُ أيْضًا: بَزَقَ، ثَلاث لُغاتٍ. وَ «عَمَدَ» بفتح الميم، أيْ: قَصَدَ. وَ «اقْدَحي» أيْ: اغْرِفِي؛ وَالمِقْدَحَةُ: المِغْرَفَةُ. وَ «تَغِطُّ» أيْ: لِغَلَيَانِهَا صَوْتٌ، والله أعلم.

Dari Jabir r.a., katanya: "Sesungguhnya kita semua pada hari khandak -menggali tanah untuk perlindungan diri sebelum timbulnya peperangan dan peperangan di waktu itu disebut perang khandak, artinya parit-, kita semua menggali. Kemudian pada penggalian itu terhalang oleh adanya gumpaian tanah yang keras. Para sahabat sama-sama mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Tanah keras ini menghalang-halangi untuk kelanjutan penggalian parit." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Saya akan turun." Selanjutnya beliau s.a.w. terus berdiri, sedang perut beliau itu diikat di situ dengan sebuah batu -karena kelaparan. Kita semua memang sudah selama tiga hari itu tidak merasakan rasa makanan apapun. Nabi s.a.w. lalu mengambil cangkul, terus memukulnya, maka kembalilah tanah keras itu bagaikan tumpukan pasir yang hancur lebur. Kemudian saya berkata: "Ya Rasulullah, berilah saya izin untuk pulang ke rumah." Seterusnya saya lalu berkata kepada istriku: "Saya telah melihat sesuatu dalam diri Nabi s.a.w. -yakni pengganjalan perut dengan batu itu- yang tidak dapat disabarkan lagi. Maka adakah engkau mempunyai sesuatu -yang dapat dimakan?" Istrinya menjawab: "Saya mempunyai gandum dan kambing perempuan. Kambing itu lalu saya sembelih, sedang istriku menumbuk gandum, sehingga dagingnya itu kita letakkan dalam periuk. Kemudian saya mendatangi Nabi s.a.w., sedangkan adukan makanan itu telah pecah -yakni sudah lumat dan halus- dan kuali yang ada diantara batu-batu itu telah hampir masak isinya. Saya berkata kepada beliau s.a.w.: "Saya mempunyai sedikit makanan ya Rasulullah, maka dari itu silakan Tuan berdiri -yakni pergi ke tempat saya- bersama seorang atau dua orang saja. Beliau bertanya: "Berapa banyaknya itu?" Saya menyebutkan sebagaimana adanya -yakni kambing dengan gandum yang cukup untuk beberapa orang saja. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Banyak itu dan enak sekali, katakanlah kepada istrimu, janganlah diangkat dulu periuknya, juga jangan pula diambil roti itu dari dapur, sehingga saya datang nanti." Seterusnya beliau s.a.w. bersabda: "Berdirilah engkau semua," maka berdirilah semua kaum Muhajirin dan Anshar -yang ikut membuat parit-. Saya masuk kepada istriku lalu saya berkata: "Celaka ini. Nabi s.a.w. datang dengan semua kaum Muhajirin dan Anshar, jadi semua yang menyertainya." Istrinya berkata: "Adakah beliau menanyakan banyaknya makanan?" Saya berkata: "Ya." [52] Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Masuklah engkau sekalian dan jangan berjejal-jejalan." Beliau s.a.w. mulai memotong roti dan diberikanlah pula di situ dagingnya dan selalu menutupi periuk dan dapur itu apabila beliau mengambil daripadanya dan mendekatkan kepada sahabat-sahabatnya itu, kemudian ditariklah kualinya itu -sesudah diambilkan isinya. Tidak henti-hentinya beliau s.a.w. memotong roti itu dan menciduk kuah sehingga sekalian sahabatnya itu kenyang semua dan masih ada pula sisanya dalam kuali. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Makanlah ini dan berikanlah hadiah -kepada orang-orang lain seperti tetangga, sebab sesungguhnya para manusia itu terkena bencana kelaparan-. [Muttafaq 'alaih]Dalam riwayat lain disebutkan: Jabir berkata: "Ketika parit digali, maka saya melihat adalah kelaparan yang sangat dalam diri Nabi s.a.w. Lalu saya kembali ke tempat istriku dan saya berkata: "Adakah engkau mempunyai sesuatu yang dapat dimakan? Karena sesungguhnya saya melihat adanya kelaparan yang sangat dalam diri Rasulullah s.a.w." Istriku lalu mengeluarkan sebuah wadah yang di dalamnya ada segantang gandum, sedang kita juga mempunyai seekor binatang kambing kecil yang telah lulut. Binatang itu lalu saya sembelih dan istriku menumbuk gandum. Istriku telah selesai pekerjaannya sebagaimana sayapun selesai pula, lalu saya potonglah dalam kualinya, kemudian saya kembali menuju ke tempat Rasulullah s.a.w. Istriku berkata: "Jangan engkau membuat aku tampak celaka, -sebab hanya mempunyai makanan sedikit dan ini menunjukkan kemiskinannya- kepada Rasulullah s.a.w. dan orang-orang yang menyertainya nanti." Selanjutnya saya lalu mendatangi Nabi s.a.w. dan saya membisikinya. Saya berkata: "Ya Rasulullah, kita menyembelih seekor kambing kecil untuk makanan kita dan saya juga telah menumbuk segantang gandum. Maka dari itu, silakan Tuan datang di tempat saya bersama beberapa orang saja yang akan menyertai Tuan." Tiba-tiba Nabi s.a.w. berteriak dan bersabda: "Hai sekalian penggali parit, sesungguhnya Jabir telah membuat sesuatu hidangan yang akan disuguhkan kepada kita. Maka marilah kita semua ke rumahnya." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda -kepada Jabir-: "Janganlah sekali-kali engkau turunkan kualimu dan jangan pula dijadikan roti dulu adukan gandummu itu, sehingga saya datang." Saya datang ke rumah dan Nabi s.a.w. juga datang sambil menyuruh orang-orang banyak datang pula ke situ. Begitulah saya akhirnya datang di tempat istriku. Istriku berkata: "Bagaimana engkau ini, bagaimana engkau ini," maksudnya istrinya itu menyalahkan suaminya, mengapa membawa orang-orang sebanyak itu. Saya berkata: "Saya telah mengerjakan semua yang engkau katakan." Istriku lalu mengeluarkan adukan gandum kita, lalu Nabi s.a.w. berludah di dalamnya dan mendoakan keberkahannya, kemudian menuju ke tempat kuah kita, lalu berludah pula di situ dan juga mendoakan keberkahannya, kemudian bersabda: "Panggillah seorang tukang membuat roti, supaya ia dapat menolong membuat roti bersamamu -dan yang disuruh ini adalah istri Jabir- dan pula ciduklah dari kualimu, tetapi janganlah kuali itu diturunkan." Orang-orang yang datang di saat itu adalah sebanyak seribu orang. Saya bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya orang-orang itu semuanya dapat makan, sehingga mereka meninggalkannya dan pergi dari rumah saya itu, sedang sesungguhnya kuali kita masih tetap berbunyi karena isinya yang mendidih sebagaimana tadinya- sebelum diambil isinya oleh orang-orang banyak, juga sesungguhnya adukan roti kita masih tetap menjadi roti -sebanyak asalnya." (HR.Riyadhus Shalihin : 519)
No Hadist 520

وعن أنسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ أَبو طَلْحَةَ لأُمِّ سُلَيمٍ: قَدْ سَمِعْتُ صَوْتَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ضَعيفًا أعْرِفُ فيه الجُوعَ، فَهَلْ عِنْدَكِ مِنْ شَيْءٍ؟ فَقَالَتْ: نَعَمْ، فَأخْرَجَتْ أقْرَاصًا مِنْ شَعِيرٍ، ثُمَّ أخَذَتْ خِمَارًا لَهَا، فَلَفَّتِ الخُبْزَ بِبَعْضِهِ، ثُمَّ دَسَّتْهُ تَحْتَ ثَوْبِي وَرَدَّتْنِي بِبَعْضِهِ، ثُمَّ أرْسَلَتْني إِلَى رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - فَذَهَبتُ بِهِ، فَوَجَدْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - جَالِسًا في المَسْجِدِ، وَمَعَهُ النَّاسُ، فَقُمْتُ عَلَيْهمْ، فَقَالَ لي رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «أرْسَلَكَ أَبو طَلْحَةَ؟» فقلت: نَعَمْ، فَقَالَ: «ألِطَعَامٍ؟» فقلت: نَعَمْ، فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «قُومُوا» فَانْطَلَقُوا وَانْطَلَقْتُ بَيْنَ أيْدِيهِمْ حَتَّى جِئْتُ أَبَا طَلْحَةَ فَأخْبَرْتُهُ، فَقَالَ أَبو طَلْحَةَ: يَا أُمَّ سُلَيْمٍ، قَدْ جَاءَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بالنَّاسِ وَلَيْسَ عِنْدَنَا مَا نُطْعِمُهُمْ؟ فَقَالَتْ: الله وَرَسُولُهُ أعْلَمُ. فَانْطَلَقَ أَبو طَلْحَةَ حَتَّى لَقِيَ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - فَأقْبَلَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مَعَهُ حَتَّى دَخَلاَ، فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «هَلُمِّي مَا عِنْدَكِ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ» فَأتَتْ بِذلِكَ الخُبْزِ، فَأمَرَ بِهِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فَفُتَّ، وَعَصَرَتْ عَلَيْهِ أمُّ سُلَيْمٍ عُكّةً فَآدَمَتْهُ، ثُمَّ قَالَ فِيهِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُولَ، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشْرَةٍ» فأذنَ لَهُمْ فَأكَلُوا حتى شَبِعُوا ثُمَّ خَرَجُوا، ثُمَّ قَالَ: «ائْذَنْ لِعَشْرَةٍ» فأذِنَ لهم حَتَّى أكَلَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ وَشَبِعُوا وَالقَوْمُ سَبْعُونَ رَجُلًا أَو ثَمَانُونَ. متفقٌ عَلَيْهِ. وفي رواية: فَمَا زَالَ يَدْخُلُ عَشرَة، وَيخرجُ عشرةٌ حَتَّى لَمْ يَبْقَ مِنْهُمْ أحَدٌ إِلاَّ دَخَلَ، فَأكَلَ حَتَّى شَبعَ، ثُمَّ هَيَّأهَا فَإذَا هِيَ مِثْلُهَا حِيْنَ أكَلُوا مِنْهَا. وفي رواية: فَأَكَلُوا عَشرَةً عَشرةً، حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ بِثَمَانِينَ رَجُلًا، ثُمَّ أكَلَ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - بَعْدَ ذَلِكَ وَأهْلُ البَيْتِ، وَتَرَكُوا سُؤْرًا. وفي رواية: ثُمَّ أفْضَلُوا مَا بَلَغُوا جيرانَهُمْ. وفي رواية عن أنس، قَالَ: جِئتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يومًا، فَوَجَدْتُهُ جَالِسًا مَعَ أصْحَابِه، وَقَدْ عَصَبَ بَطْنَهُ، بِعِصَابَةٍ، فقلتُ لِبَعْضِ أصْحَابِهِ: لِمَ عَصَبَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - بَطْنَهُ؟ فقالوا: مِنَ الجوعِ، فَذَهَبْتُ إِلَى أَبي طَلْحَةَ، وَهُوَ زَوْجُ أُمِّ سُلَيْمٍ بِنْت مِلْحَانَ، فقلتُ: يَا أبتَاهُ، قَدْ رَأيْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عَصَبَ بَطْنَهُ بِعِصَابَةٍ، فَسَألْتُ بَعْضَ أصْحَابِهِ، فقالوا: من الجُوعِ. فَدَخَلَ أَبو طَلْحَةَ عَلَى أُمِّي، فَقَالَ: هَلْ مِنْ شَيءٍ؟ قالت: نَعَمْ، عِنْدِي كِسَرٌ مِنْ خُبْزٍ وَتَمَرَاتٌ، فَإنْ جَاءنَا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَحْدَهُ أشْبَعْنَاهُ، وَإنْ جَاءَ آخَرُ مَعَهُ قَلَّ عَنْهُمْ ... وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ.

Dari Anas r.a., katanya: "Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim: "Saya mendengar suara Rasulullah s.a.w. itu lemah sekali dan saya mengetahui bahwa beliau adalah dalam keadaan lapar. Maka dari itu, apakah engkau tidak mempunyai sesuatu untuk dimakan?" Ummu Sulaim lalu mengeluarkan beberapa bulatan dari gandum, kemudian ia mengambil kerudungnya, kemudian ia melipatkan roti dengan sebagian kerudung tadi, lalu memasukkannya di bawah bajuku dan mengembalikannya padaku dengan sebagian lagi -maksudnya bahwa Ummu Sulaim itu melipat roti dengan sebagian kerudung dan dengan sebagiannya lagi dilipatkan untuk Anas-. Seterusnya Ummu Sulaim menyuruh saya -Anas- untuk menemui Rasulullah s.a.w., lalu saya pergi dan saya menemui Rasulullah s.a.w. sedang duduk di dalam masjid disertai oleh orang-orang banyak. Seterusnya lalu saya berdiri di muka orang-orang itu, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau diutus oleh Abu Thalhah." Saya menjawab: "Ya." Beliau bersabda lagi: "Apakah untuk sesuatu makanan?" Saya menjawab: "Ya." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang ada di masjid: "Berdirilah engkau semua dan berangkatlah." Saya juga berangkat mengikuti mereka itu, sehingga datanglah saya kepada Abu Thalhah, lalu saya memberitahukan padanya -bahwa Nabi s.a.w. mengajak orang banyak. Abu Thalhah berkata: "Hai Ummu Sulaim. Rasulullah s.a.w. telah datang dengan orang-orang banyak, sedangkan kita tidak mempunyai sesuatu untuk memberi makanan kepada mereka semuanya itu." Istrinya berkata: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui itu." Abu Thalhah lalu berangkat sehingga bertemu dengan Rasulullah s.a.w., kemudian berhadapanlah Rasulullah s.a.w. dengannya sehingga keduanya itu masuk rumah. Selanjutnya Rasulullah bersabda: "Bawa saya kemari apa yang engkau punyai, hai Ummu Sulaim." Wanita itu datang dengan roti tersebut di atas, lalu Rasulullah s.a.w. menyuruh supaya dipotong-potongkan dan Ummu Sulaim memeraskan di atas roti itu suatu tempat berisi samin, maka itulah yang merupakan lauknya. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda sekehendak yang beliau sabdakan, selanjutnya lalu bersabda pula: "Izinkanlah masuk sepuluh orang." Orang sepuluh itu diizinkan masuk lalu mereka semuanya makan sehingga kenyang, lalu keluarlah setelah itu. Seterusnya beliau bersabda lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi." Orang sepuluh itu diizinkan lalu mereka makan sehingga kenyang kemudian keluarlah mereka itu pula. Beliau s.a.w. bersabda lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi." Demikianlah sehingga seluruh kaum -yakni yang menyertai Nabi s.a.w. dari masjid- dapat makan sehingga kenyang semuanya, sedangkan jumlah kaum itu ada tujuh puluh atau delapan puluh orang." [Muttafaq 'alaih]Dalam riwayat lain disebutkan: "Maka tidak henti-hentinya beliau s.a.w. memasukkan sepuluh orang dan mengeluarkan sepuluh orang, sehingga tidak seorangpun yang tertinggal, melainkan ia tentu telah makan sehingga kenyang, kemudian dikumpulkanlah kelebihan makanan itu, tetapi tiba-tiba banyaknya makanan tersebut adalah sama seperti keadaan ketika orang-orang banyak belum makan daripadanya itu."Dalam riwayat lain disebutkan pula: "Maka makanlah orang-orang itu sepuluh orang demi sepuluh orang, sehingga yang sedemikian itu dilaksanakan untuk sebanyak delapan puluh orang. Kemudian Nabi s.a.w. makanlah setelah orang-orang itu semuanya, juga semua keluarga rumah dan mereka masih meninggalkan sisa pula." Dalam riwayat lain lagi dikatakan: "Kemudian mereka masih meninggalkan sisa yang cukup untuk disampaikan kepada tetangganya."Dalam riwayat lainnya lagi dikatakan: Dari Anas r.a., katanya: "Saya datang kepada Rasulullah s.a.w. pada suatu hari, kemudian saya menemui beliau s.a.w. itu sedang duduk dengan sahabat-sahabatnya dan di perutnya diikatkanlah dengan suatu ikatan -seperti batu dan lain-lain untuk menahan lapar-. Lalu saya bertanya kepada salah seorang sahabatnya: "Mengapa Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya." Orang-orang sama berkata: "Karena lapar." Oleh sebab itu saya lalu pergi kepada Abu Thalhah, yaitu suaminya Ummu Sulaim binti Milhan, kemudian saya berkata: "Aduh bapak, saya sungguh-sungguh telah melihat Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya dengan suatu ikatan, lalu saya bertanya kepada sebagian sahabat-sahabatnya dan mereka mengatakan bahwa hal itu karena beliau lapar." Abu Thalhah lalu masuk menemui ibuku -yakni Ummu Sulaim, kemudian bertanya: "Adakah sesuatu yang dapat dimakan?" Ummu Sulaim menjawab: "Ya, ada. Saya mempunyai beberapa potong roti dan beberapa buah kurma. Jika Rasulullah s.a.w. datang ke tempat kita sendirian, tentu dapatlah kita mengenyangkan beliau itu, tetapi jikalau beliau datang dengan disertai orang lain, maka makanan kita terlampau sedikit untuk dimakan orang-orang itu." Seterusnya Anas menyebutkan kelengkapan hadis ini. (HR.Riyadhus Shalihin : 520)