Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 1521

وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا أصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإنَّ الأعْضَاءَ كُلَّهَا تَكْفُرُ اللِّسانَ، تَقُولُ: اتَّقِ اللهَ فِينَا، فَإنَّما نَحنُ بِكَ؛ فَإنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا، وإنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا». رواه الترمذي. معنى: «تَكْفُرُ اللِّسَانَ»: أيْ تَذِلُّ وَتَخْضَعُ لَهُ.

Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Jikalau anak Adam -yakni manusia- itu berpagi-pagi, maka sesungguhnya semua anggota itu memberikan sikap tunduk kepada lidah -maksudnya: menasihati agar berhati-hati dengan lisannya-. Anggota-anggota itu berkata: "Takutlah engkau kepada Allah dalam urusan kita semua ini, sebab keselamatan kita ini tergantung daripada kelakuanmu -wahai lidah-. Jikalau engkau lurus, maka kitapun lurus, sedang jikalau engkau bengkok, maka kitapun bengkok pula." [Riwayat Tirmidzi] Makna tukaffirul lisan ialah menunjukkan sikap tunduk dan patuh kepada lidah. (HR.Riyadhus Shalihin : 1521)
No Hadist 1522

وعن مُعَاذٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَخْبِرْني بِعَمَلٍ يُدْخِلُني الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُني مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: «لَقَدْ سَألتَ عَنْ عَظيمٍ، وإنَّهُ لَيَسيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ: تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ، وتُؤتِي الزَّكَاةَ، وتَصُومُ رَمَضَانَ، وتَحُجُّ البَيْتَ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أدُلُّكَ عَلَى أبْوابِ الخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيئَةَ كَما يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ» ثُمَّ تَلا: {تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ} حَتَّى بَلَغَ {يَعْمَلُونَ} [النور: 16] ثُمَّ قَالَ: «ألا أُخْبِرُكَ بِرَأسِ الأَمْرِ، وَعَمُودِهِ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ» قُلْتُ: بَلَى يَا رسولَ اللهِ، قَالَ: «رَأسُ الأمْر الإسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةِ سِنَامِهِ الجِهادُ» ثُمَّ قَالَ: «ألاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ!» قُلْتُ: بلَى يَا رَسولَ اللهِ، فَأخَذَ بِلِسانِهِ وقال: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا» قُلْتُ: يَا رسولَ الله وإنَّا لَمُؤاخَذُونَ بما نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فقالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ! وَهَلْ يَكُبُّ الناسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح»، وَقَدْ سبق شرحه في باب قبل هَذَا .

Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepada saya dengan sesuatu amalan yang dapat menyebabkan saya masuk syurga dan menjauhkan saya dari neraka." Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau itu menanyakan sesuatu persoalan yang agung -yakni penting-, tetapi sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang dipermudahkan oleh Allah. Yaitu supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa dalam bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji di Baitullah." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau saya tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai -dari berbuat kemaksiatan-, sedekah itu dapat melenyapkan kesalahan -yakni dosa- sebagaimana air memadamkan api dan pula shalat seorang di tengah malam." Seterusnya Rasulullah s.a.w. membaca ayat yang artinya: "Lambung-lambung mereka meninggalkan tempat-tempat tidur -yakni mereka tidak tidur-" sehingga sampai pada firmanNya yang artinya: "Apa yang mereka kerjakan." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda lagi: "Sukakah engkau saya beritahu tentang pokok perkara -yakni Agama Islam ini-, tiangnya dan pula puncak punggungnya?" Saya menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Pokoknya ialah Islam, tiangnya ialah shalat, sedang puncak punggungnya ialah jihad." Seterusnya beliau s.a.w. bersabda pula: "Sukakah engkau saya beritahu tentang pangkal yang mengemudikan semua itu?" Saya menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. kemudian mengambil lisannya lalu bersabda: "Tahanlah ini atas dirimu -yakni berhati-hatilah mengemudikan lidah itu-." Saya berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita ini pasti akan dituntut -yakni diterapi hukuman- dengan apa yang kita bicarakan itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Kehilangan engkau ibumu -Ini merupakan kata kebiasaan bagi bangsa Arab, semacam kita mengatakan: Celaka engkau ini-, tidakkah para manusia itu dimasukkan dalam neraka dengan tersungkur di atas muka-mukanya itu, melainkan hanya karena hasil perkataannya?" Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Uraian tentang hadis ini sudah ada di muka. Keterangan: Dalam Riyadhus Shalihin belum ada hadis ini di muka. (HR.Riyadhus Shalihin : 1522)
No Hadist 1523

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قالوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أخَاكَ بِما يَكْرَهُ» قِيلَ: أفَرَأيْتَ إنْ كَانَ في أخِي مَا أقُولُ؟ قَالَ: «إنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فقد اغْتَبْتَهُ، وإنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ ». رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau semua mengetahui, apakah mengumpat itu?" Para sahabat menjawab: "Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui." Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang ada dalam diri saudaramu dengan apa-apa yang tidak disukai olehnya." Beliau s.a.w. ditanya: "Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau dalam diri saudara saya itu memang benar-benar ada apa yang dikatakan itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Jikalau benar-benar ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah mengumpatnya dan jikalau tidak ada dalam dirinya apa yang engkau ucapkan itu, maka sungguh-sungguh engkau telah membuat-buat kedustaan pada dirinya -memfitnahnya-." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 1523)
No Hadist 1524

وعن أَبي بَكْرة - رضي الله عنه: أنَّ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ في خُطْبَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ بِمِنًى في حَجَّةِ الوَدَاعِ: «إنَّ دِماءكُمْ، وَأمْوَالَكُمْ، وأعْرَاضَكُمْ، حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، في شَهْرِكُمْ هَذَا، في بَلَدِكُمْ هَذَا، ألا هَلْ بَلَّغْتُ» متفق عَلَيْهِ.

Dari Abu Bakrah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda dalam khutbahnya pada hari Nahar -yakni hari raya Kurban-, di Mina dalam melakukan haji wada' -ibadah haji terakhir bagi beliau s.a.w. sebagai mohon diri-: "Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu dan kehormatan-kehormatanmu semua itu adalah haram dilanggar sebagaimana kesucian harimu itu -'Idul Adha- dalam bulanmu ini dan dalam negerimu ini. Ingatlah, tidakkah saya telah menyampaikan?" [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 1524)
No Hadist 1525

وعن عائشة رَضِيَ اللهُ عنها، قالت: قُلْتُ للنبيّ - صلى الله عليه وسلم: حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كذَا وكَذَا. قَالَ بعضُ الرواةِ: تَعْنِي قَصيرَةً، فقالَ: «لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ البَحْرِ لَمَزَجَتْهُ!» قالت: وَحَكَيْتُ لَهُ إنْسَانًا فَقَالَ: «مَا أُحِبُّ أنِّي حَكَيْتُ إنْسانًا وإنَّ لِي كَذَا وَكَذَا». رواه أَبُو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». ومعنى: «مَزَجَتْهُ» خَالَطَتْهُ مُخَالَطَةً يَتَغَيَّرُ بِهَا طَعْمُهُ أَوْ رِيحُهُ لِشِدَّةِ نَتْنِها وَقُبْحِهَا. وهذا الحَديثُ مِنْ أبلَغِ الزَّواجِرِ عَنِ الغِيبَةِ، قَالَ الله تَعَالَى: {وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الهَوَى إنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى} [النجم: 3 - 4].

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata kepada Nabi s.a.w.: "Cukuplah bagi Tuan Shafiyah itu demikian demikian" -Shafiyah adalah istrinya Rasulullah s.a.w. pula, sebagaimana halnya Aisyah. Sebagian para perawi hadis ini mengatakan: Yang dimaksudkan Aisyah itu ialah bahwa Shafiyah itu pendek-. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Benar-benar engkau telah mengucapkan sesuatu perkataan yang apabila perkataan tadi itu dicampur dengan air laut, tentu dapat mencampurinya" -yakni mengubah air laut itu menjadi berubah rasa dan baunya-. Aisyah berkata: "Saya pernah pula menceritakan perihal seorang kepada beliau s.a.w., lalu beliau berkata: "Saya tidak suka menceritakan hal ihwal seseorang -yang buruk- sebab sesungguhnya sayapun mempunyai demikian, demikian" -yakni setiap orang tentu ada celanya sendiri-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Makna muzajtahu yakni engkau campurkan dengan percampuran yang dapat menyebabkan perubahan dalam rasa atau baunya, karena sangat bacinnya bau perkataan tadi dan sangat sekali buruknya. Hadis ini termasuk salah satu ancaman yang terkeras untuk melarang mengumpat atau ghibah. Allah Ta'ala berfirman -yang artinya-: "Muhammad itu tidaklah mengatakan menurut hawa nafsu -kemauannya- sendiri. Itu hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya." [an-Najm: 3-4] (HR.Riyadhus Shalihin : 1525)
No Hadist 1526

وعن أنسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «لَمَّا عُرِجَ بي مَرَرْتُ بِقَومٍ لَهُمْ أظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمِشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هؤُلاءِ يَا جِبرِيلُ؟ قَالَ: هؤُلاءِ الَّذِينَ يَأكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ، وَيَقَعُونَ في أعْرَاضِهِمْ!». رواه أَبُو داود.

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ketika saya dimi'rajkan, saya berjalan melalui suatu kaum yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga yang dengan kuku-kuku tadi mereka menggaruk-garukkan muka serta dada-dada mereka sendiri. Saya bertanya: "Siapakah mereka itu, hai Jibril?" Jibril menjawab: "Itulah orang-orang yang makan daging sesama manusia -yakni mengumpat- dan menjatuhkan kehormatan mereka." [Riwayat Abu Dawud] (HR.Riyadhus Shalihin : 1526)
No Hadist 1527

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ». رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setiap Muslim atas sesama Muslim itu haramlah darahnya, kehormatannya serta hartanya -yakni haram dilanggar-." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 1527)
No Hadist 1528

وعن أَبي الدرداء - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أخيهِ، رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَومَ القيَامَةِ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن».

Dari Abuddarda' r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa yang menolak dari kehormatan saudaranya -seperti mencegah orang yang hendak mengumpat saudaranya itu di hadapannya-, maka Allah menolak orang itu dari neraka pada hari kiamat" - Saudara yang dimaksudkan ialah orang yang sesama muslim atau mu'min. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. (HR.Riyadhus Shalihin : 1528)
No Hadist 1529

وعن عِتبَانَ بنِ مَالكٍ - رضي الله عنه - في حديثه الطويل المشهور الَّذِي تقدَّمَ في بابِ الرَّجاء قَالَ: قام النبيّ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّي فَقَالَ: «أيْنَ مالِكُ بنُ الدُّخْشُمِ؟» فَقَالَ رَجُلٌ: ذَلِكَ مُنَافِقٌ لا يُحِبُّ اللهَ ولا رَسُولهُ، فَقَالَ النبيّ - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تَقُلْ ذَلِكَ ألاَ تَراهُ قَدْ قَالَ: لا إلهَ إِلاَّ اللهُ يُريدُ بِذَلكَ وَجْهَ اللهِ! وإنَّ الله قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ يَبْتَغي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ». متفق عَلَيْهِ. «وَعِتْبان» بكسر العين عَلَى المشهور وحُكِيَ ضَمُّها وبعدها تاءٌ مثناة مِن فوق ثُمَّ باءٌ موحدة. و «الدُّخْشُم» بضم الدال وإسكان الخاء وضم الشين المعجمتين.

Dari 'Itban bin Malik r.a. dalam hadisnya yang panjang lagi masyhur yang telah dibahas uraiannya dalam bab Harapan -lihat hadis no.416-, katanya: "Nabi s.a.w. berdiri untuk shalat lalu bersabda: "Manakah Malik bin Addukhsyum?" Lalu ada seorang yang berkata: "Ia adalah seorang munafik yang tidak mencintai Allah dan RasulNya-." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau berkata demikian, tidakkah engkau melihat bahwa ia juga telah mengucapkan La ilaha illallah, yang dengan membacanya ia menghendaki keridhaan Allah. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada neraka orang yang mengucapkan La ilaha illallah yang dengan mengucapkannya itu ia mengharapkan keridhaan Allah itu." [Muttafaq 'alaih] 'Itban dengan kasrahnya 'ain menurut keterangan yang masyhur dan ada yang menceritakan dengan didhammahkan 'ainnya itu dan sehabis 'ain ialah ta' yang bertitik dua diatas lalu ba' bertitik satu. Adapun Addukhsyum dengan dhammahnya dal dan sukunnya kha' serta dhammahnya syin. Kha' dan syin itu mu'jamah semuanya. (HR.Riyadhus Shalihin : 1529)
No Hadist 1530

وعن كعب بن مالك - رضي الله عنه - في حديثه الطويل في قصةِ تَوْبَتِهِ وَقَدْ سبق في باب التَّوبةِ. قَالَ: قَالَ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ جالِسٌ في القَومِ بِتَبُوكَ: «مَا فَعَلَ كَعبُ بن مالكٍ؟» فَقَالَ رَجلٌ مِنْ بَنِي سَلمَةَ: يَا رسولَ الله، حَبَسَهُ بُرْدَاهُ والنَّظَرُ في عِطْفَيْهِ. فَقَالَ لَهُ مُعاذُ بنُ جبلٍ - رضي الله عنه: بِئْسَ مَا قُلْتَ، والله يَا رسولَ الله مَا علمنا عَلَيْهِ إِلاَّ خَيْرًا، فَسَكَتَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم. متفقٌ عَلَيْهِ. «عِطْفَاهُ»: جَانِبَاهُ، وهو إشارةٌ إلى إعجابِهِ بنفسِهِ.

Dari Ka'ab bin Malik r.a. dalam hadisnya yang panjang dalam kisah taubatnya dan sudah lampau keterangannya dalam bab Taubat -lihat hadis no.21-, ia berkata: "Nabi s.a.w. bersabda dan waktu itu beliau sedang duduk di kalangan kaum di Tabuk -yakni orang-orang yang sama-sama mengikuti peperangan Tabuk-: "Apakah yang dikerjakan oleh Ka'ab bin Malik?" Kemudian ada seorang dari Bani Salimah berkata: "Ya Rasulullah, ia tertahan oleh baju indahnya dan keadaan sekelilingnya yang permai pandangannya." Mu'az bin Jabal lalu berkata: "Buruk sekali yang engkau katakan itu. Demi Allah ya Rasulullah, kita tidak mengetahui tentang diri Ka'ab itu melainkan yang baik-baik saja." Rasulullah s.a.w. lalu berdiam diri. [Muttafaq 'alaih] 'Ithfahu artinya di kedua tepinya atau sekelilingnya, ini adalah sebagai isyarat keheranan seseorang pada dirinya sendiri. (HR.Riyadhus Shalihin : 1530)