Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 961

وعن ابن عبّاسٍ رضي الله عنهما، عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «خَيْرُ الصَّحَابَةِ أرْبَعَةٌ، وَخَيْرُ السَّرَايَا أرْبَعُمِائَةٍ، وَخَيْرُ الجُيُوشِ أرْبَعَةُ آلاَفٍ، وَلَنْ يُغْلَبَ اثْنَا عَشَرَ ألْفًا مِنْ قِلةٍ». رواه أَبُو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن».

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sebaik-baik sahabat itu empat orang, sebaik-baik pasukan itu ialah empat ratus orang, sebaik-baik tentara -induk pasukan- itu ialah empat ribu orang dan jumlah dua belas ribu orang itu tidak akan terkalahkan dengan sebab sedikitnya." Jadi kalau kalah, tentulah karena sebab yang lain-lain, seperti timbulnya kesombongan, lembeknya semangat atau sebab-sebab lain lagi. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. (HR.Riyadhus Shalihin : 961)
No Hadist 962

عن أَبي هُريرةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا سَافَرْتُمْ فِي الخِصْبِ، فَأعْطُوا الإبلَ حَظَّهَا مِنَ الأَرْضِ، وَإِذَا سَافَرْتُمْ في الجدْبِ، فَأسْرِعُوا عَلَيْهَا السَّيْرَ، وَبَادِرُوا بِهَا نِقْيَهَا، وَإِذَا عَرَّسْتُمْ، فَاجْتَنِبُوا الطَّرِيقَ؛ فَإنَّهَا طُرُقُ الدَّوَابِّ، وَمَأوَى الهَوَامِّ بِاللَّيْلِ». رواه مسلم. مَعنَى «أعْطُوا الإبِلَ حَظَّهَا مِنَ الأرْضِ» أيْ: ارْفُقُوا بِهَا في السَّيْرِ لِتَرْعَى في حَالِ سَيرِهَا، وَقوله: «نِقْيَهَا» هُوَ بكسر النون وإسكان القاف وبالياءِ المثناة من تَحْت وَهُوَ: المُخُّ، معناه: أسْرِعُوا بِهَا حَتَّى تَصِلُوا المَقصِدَ قَبْلَ أَنْ يَذْهَبَ مُخُّهَا مِنْ ضَنْك السَّيْرِ. وَ «التَّعْرِيسُ»: النُزولُ في اللَّيلِ.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua berpergian melalui tempat yang subur, maka berikanlah pada unta itu akan haknya dari bumi -yakni berikanlah ia kesempatan makan secukupnya-. Tetapi jikalau engkau semua berpergian melalui tempat yang tandus, maka percepatkanlah binatang-binatang itu untuk segera dapat sampai di tempat tujuannya sebelum kehabisan sumsumnya -yakni sebelum kehabisan tenaga karena sukarnya perjalanan-. Jikalau engkau semua bermalam di jalanan, maka jauhilah menempati tempat lalu lintas, sebab tempat-tempat itu memang untuk jalannya segala macam binatang dan juga tempat tinggalnya binatang-binatang yang merayap di waktu malam." [Riwayat Muslim] Makna A'thul ibila hazhzhaha minal ardhi ialah belas kasihani unta itu dalam perjalanannya supaya dapat pula sambil makan-makan di kala melakukan perjalanannya. Sabdanya niqyaha, dengan kasrahnya nun dan sukunnya qaf dan dengan ya' mutsannat di bawah -titik dua di bawah- artinya ialah sumsum. Adapun maksudnya ialah: "Percepatkanlah berjalan dengan binatang itu sehingga segera sampai di tempat yang dituju sebelum lenyap sumsumnya -yakni sebelum kehabisan tenaga- karena sukarnya perjalanan yang ditempuh. Adapun Atta'ris artinya ialah turun menginap di waktu malam. (HR.Riyadhus Shalihin : 962)
No Hadist 963

وعن أَبي قتادة - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - إِذَا كَانَ فِي سَفَرٍ، فَعَرَّسَ بِلَيْلٍ اضْطَجَعَ عَلَى يَمِينهِ، وَإِذَا عَرَّسَ قُبَيلَ الصُّبْحِ نَصَبَ ذِرَاعَهُ، وَوَضَعَ رَأسَهُ عَلَى كَفِّهِ. رواه مسلم. قَالَ العلماءُ: إنَّمَا نَصَبَ ذِرَاعَهُ لِئَلاَّ يَسْتَغْرِقَ في النَّومِ، فَتَفُوتَ صَلاَةُ الصُّبْحِ عَنْ وَقْتِهَا أَوْ عَنْ أوَّلِ وَقْتِهَا.

Dari Abu Qatadah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berpergian lalu menginap di waktu malam, beliau s.a.w. berbaring pada sebelah kanan tubuhnya dan jikalau tidur sebelum hampir waktu subuh, maka beliau s.a.w. menegakkan lengan tangan dan meletakkan kepalanya di atas tapak tangannya itu." (Riwayat Muslim) Para alim ulama berkata: "Sesungguhnya beliau s.a.w. itu menegakkan lengan tangannya tadi agar supaya tidak tenggelam dalam tidurnya -yakni terlampau nyenyak- sehingga akan terlambat bangun untuk shalat subuh melewati waktunya atau melewati permulaan waktunya." (HR.Riyadhus Shalihin : 963)
No Hadist 964

وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «عَلَيْكُمْ بِالدُّلْجَةِ، فَإنَّ الأرْضَ تُطْوَى بِاللَّيْلِ». رواه أَبُو داود بإسناد حسن. «الدُّلْجَةُ»: السَّيْرُ في اللَّيْلِ.

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau semua berpergian di waktu malam, sebab sesungguhnya bumi itu dilipat di waktu malam itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. Adduljah ialah berjalan di waktu malam. (HR.Riyadhus Shalihin : 964)
No Hadist 965

وعن أَبي ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ النَّاسُ إِذَا نَزَلُوا مَنْزِلًا تَفَرَّقُوا في الشِّعَابِ وَالأوْدِيَةِ. فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ تَفَرُّقكُمْ فِي هذِهِ الشِّعَابِ وَالأوْدِيَةِ إنَّمَا ذلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ!» فَلَمْ يَنْزِلُوا بَعْدَ ذَلِكَ مَنْزِلًا إِلاَّ انْضَمَّ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ. رواه أَبُو داود بإسناد حسن.

Dari Abu Tsa'labah r.a., katanya: "Orang-orang itu apabila turun di suatu tempat berhenti, mereka suka berpisah-pisah di lereng-lereng dan lembah-lembah. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya berpisah-pisahmu di lereng-lereng dan lembah-lembah ini, sesungguhnya itu adalah dari cara yang dilakukan syaitan. Maka tidak lagi sesudah itu mereka turun berhenti di sesuatu tempat melainkan yang sebagian berkumpul dengan sebagian yang lain. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan. (HR.Riyadhus Shalihin : 965)
No Hadist 966

وعن سهل بن عمرو - وقيل: سهل بن الربيع بن عمرو الأنصاري المعروف بابن الحنظلِيَّة، وَهُوَ من أهل بيعة الرِّضْوَانِ - رضي الله عنه - قَالَ: مَرَّ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - بِبَعِيرٍ قَدْ لَحِقَ ظَهْرُهُ بِبَطْنِهِ، فَقَالَ: «اتَّقُوا الله في هذِهِ البَهَائِمِ المُعجَمَةِ، فَارْكَبُوهَا صَالِحَةً، وَكُلُوهَا صَالِحَةً». رواه أَبُو داود بإسناد صحيح.

Dari Sahl bin 'Amr, ada yang mengatakan Sahl bin ar-Rabi' 'Amral-Anshari yang terkenal dengan nama Ibnul Hanzaliyah. Ia adalah golongan orang-orang yang ikut menyertai Bai'atur Ridhwan r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berjalan melalui seekor unta yang punggungnya telah menempel dengan perutnya -yakni sudah lelah dan tampak lapar serta kurus sekali-, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Takutlah engkau semua kepada Allah dalam memelihara binatang-binatang yang bisu ini. Naikilah ia dengan baik-baik dan beri makanlah ia dengan baik-baik pula." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih. (HR.Riyadhus Shalihin : 966)
No Hadist 967

وعن أَبي جعفر عبد الله بن جعفر رضي الله عنهما، قَالَ: أردفني رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - ذَاتَ يَوْمٍ خَلْفَهُ، وَأسَرَّ إليَّ حَدِيثًا لا أُحَدِّثُ بِهِ أحَدًا مِنَ النَّاسِ، وَكَانَ أحَبَّ مَا اسْتَتَرَ بِهِ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - لِحاجَتِهِ هَدَفٌ أَوْ حَائِشُ نَخْلٍ. يَعنِي: حَائِطَ نَخْلٍ. رواه مسلم هكَذَا مُختصرًا. وزادَ فِيهِ البَرْقاني بإسناد مسلم - بعد قَوْله: حَائِشُ نَخْلٍ - فَدَخَلَ حَائِطًا لِرَجُلٍ مِنَ الأنْصَارِ، فَإذا فِيهِ جَمَلٌ، فَلَمَّا رَأى رَسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - جَرْجَرَ وذَرَفَتْ عَيْنَاهُ، فَأتَاهُ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - فَمَسَحَ سَرَاتَهُ - أيْ: سِنَامَهُ - وَذِفْرَاهُ فَسَكَنَ، فَقَالَ: «مَنْ رَبُّ هَذَا الجَمَلِ؟ لِمَنْ هَذَا الجَمَلُ؟» فَجَاءَ فَتَىً مِنَ الأنْصَارِ، فَقَالَ: هَذَا لِي يَا رسولَ الله. قَالَ: «أفَلاَ تَتَّقِي اللهَ في هذِهِ البَهِيمَةِ الَّتي مَلَّكَكَ اللهُ إيَّاهَا؟ فَإنَّهُ يَشْكُو إلَيَّ أنَّكَ تُجِيعُهُ وتُدْئِبُهُ». رواه أَبُو داود كرواية البرقاني. قَوْله «ذِفْرَاهُ»: هُوَ بكسر الذال المعجمة وإسكان الفاءِ، وَهُوَ لفظ مفرد مؤنث. قَالَ أهل اللغة: الذِّفْرى: الموضع الَّذِي يَعْرَقُ مِن البَعِيرِ خَلف الأُذُنِ، وَقوله: «تُدْئِبهُ» أيْ: تتعِبه.

Dari Abu Ja'far yaitu Abdullah bin Ja'far radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya dinaikkan oleh Rasulullah s.a.w. di belakangnya -di atas punggung seekor binatang kendaraan- pada suatu hari dan beliau memberitahukan sesuatu pembicaraan kepada saya secara rahasia yang tidak akan saya beritahukan kepada siapapun juga diantara seluruh manusia ini. Sesuatu yang paling disenangi oleh Rasulullah s.a.w. untuk dijadikan sebagai tabirnya di waktu membuang hajatnya ialah sesuatu yang tinggi -tanah ataupun pasir- juga kumpulan pohon kurma yang rimbun. Jadi semacam dinding yang terdiri dari pohon-pohon kurma." Diriwayatkan oleh Imam Muslim demikian ini secara ikhtisar. Al-Barqani menambahkan di situ, dengan isnad Imam Muslim sebagaimana yang di belakang ini sesudah ucapannya kumpulan pohon-pohon kurma: "Lalu beliau s.a.w. memasuki dinding milik seorang lelaki dari golongan sahabat Anshar, tiba-tiba di situ ada seekor unta. Setelah Rasulullah s.a.w, melihatnya, maka unta itupun meringik -atau merintih- dan kedua matanya melelehkan airmata. Ia lalu didatangi oleh Nabi s.a.w. kemudian diusaplah puncak punggungnya -yakni punuknya- dan pula tengkuknya -yang dekat telinganya-, selanjutnya unta itupun berdiamlah. Setelah itu beliau s.a.w. bertanya: "Siapakah yang memiliki unta ini? Siapakah yang mempunyai unta ini?" Lalu datanglah seorang pemuda dari golongan sahabat Anshar dan ia berkata: "Ini adalah kepunyaan saya, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah engkau takut kepada Allah dalam memelihara binatang ini yang telah diserahkan oleh Allah untuk menjadi milikmu. Unta itu mengadu kepada saya bahwa engkau membiarkannya ia lapar dan membuat ia amat lelah." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud sebagaimana riwayatnya al-Barqani. Ucapannya: dzifrahu, dengan kasrahnya dzal mu'jamah dan Sukunnya fa', ini adalah lafaz mufrad muannats. Ahlul lughah berkata: Adzdzifra ialah tempat yang berpeluh dari unta yang terletak di belakang telinga. Adapun tud-ibuhu artinya ialah engkau membuatnya sangat lelah. (HR.Riyadhus Shalihin : 967)
No Hadist 968

وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: كُنَّا إِذَا نَزَلْنَا مَنْزِلًا، لاَ نُسَبِّحُ حَتَّى نَحُلَّ الرِّحَال. رواه أَبُو داود بإسناد عَلَى شرط مسلم. وَقَوْلُه: «لا نُسَبِّحُ»: أيْ لاَ نُصَلِّي النَّافِلَةَ، ومعناه: أنَّا - مَعَ حِرْصِنَا عَلَى الصَّلاَةِ - لا نُقَدِّمُهَا عَلَى حَطِّ الرِّحَالِ وَإرَاحَةِ الدَّوَابِّ.

Dari Anas r.a., katanya: "Kita semua apabila turun di suatu tempat pemberhentian, maka kita tidak akan bertasbih dulu -maksudnya tidak melakukan shalat sunnah dulu- sehingga kita lepaskan beban-beban itu -dari punggung unta-." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad menurut syaratnya Imam Muslim. Ucapannya: Ia nusabbihu artinya ialah kita tidak shalat sunnah dulu, sedang maksudnya ialah bahwa sekalipun kita gemar sekali melakukan shalat, namun demikian kita tidak akan mendahulukan melakukannya sebelum menurunkan beban-beban itu dari punggung binatang serta meng-istirahatkannya. (HR.Riyadhus Shalihin : 968)
No Hadist 969

وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ في سَفَرٍ إذْ جَاءَ رَجُلٌ عَلَى رَاحِلَةٍ لَهُ، فَجَعَلَ يَصْرِفُ بَصَرَهُ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ، وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلُ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ»، فَذَكَرَ مِنْ أصْنَافِ المَالِ مَا ذَكَرَهُ، حَتَّى رَأيْنَا، أنَّهُ لاَ حَقَّ لأَحَدٍ مِنَّا فِي فَضْلٍ. رواه مسلم.

Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita sedang berpergian, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang naik di atas kendaraannya, lalu ia menolehkan pandangannya kesebelah kanan dan kiri. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang kelebihan kendaraan, maka hendaklah mempereratkan persaudaraan kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan dan barangsiapa yang mempunyai kelebihan bekal, maka hendaklah ia mempereratkan persaudaraan kepada orang yang tidak mempunyai bekal lagi." Selanjutnya beliau s.a.w. menyebutkan berbagai macam harta sekehendak yang beliau sebutkan, sehingga kita semua meyakinkan bahwasanya siapapun juga di kalangan kita itu tidak mempunyai hak terhadap apa-apa yang sudah kelebihan dari yang diperlukan. [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 969)
No Hadist 970

وعن جابر - رضي الله عنه - عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم: أنَّهُ أرَادَ أَنْ يَغْزُوَ، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ المُهَاجِرِينَ وَالأَنْصَارِ، إنَّ مِنْ إخْوَانِكُمْ قَوْمًا لَيْسَ لَهُمْ مَالٌ، وَلاَ عَشِيرةٌ، فَلْيَضُمَّ أحَدُكُمْ إِلَيْهِ الرَّجُلَيْنِ أَو الثَّلاَثَةَ، فَمَا لأَحَدِنَا مِنْ ظَهْرٍ يَحْمِلُهُ إِلاَّ عُقْبةٌ كَعُقْبَةٍ» يَعْني أحَدهِمْ، قَالَ: فَضَمَمْتُ إلَيَّ اثْنَيْنِ أَوْ ثَلاَثَةً مَا لِي إِلاَّ عُقْبَةٌ كَعقبة أحَدِهِمْ مِنْ جَمَلِي. رواه أَبُو داود.

Dari Jabir r.a. dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya beliau sa.w. hendak berangkat berperang, lalu bersabda: Hai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, sesungguhnya diantara saudara-saudaramu ini ada suatu kaum yang mereka itu tidak mempunyai harta dan pula tidak mempunyai keluarga, maka dari itu seorang diantara engkau semua hendaklah menggabungkan pada dirinya dua orang atau tiga orang lagi -maksudnya yang tidak mampu itu diberi segala pembiayaannya dalam peperangan-. Maka tiada seorangpun dari kita yang mempunyai kendaraan yang dapat digunakan untuk membawanya -yakni untuk dinaikinya dalam perjalanan-, melainkan sama gilirannya seperti giliran yang lain -jadi kalau yang mempunyai kendaraan itu naik selama sejam, maka orang miskin yang digabungkan itupun dapat menaiki selama sejam pula-. Jabir berkata: "Saya menggabungkan pada diriku sebanyak dua atau tiga orang. Jadi gilirannya naik untaku tiada lain kecuali sama antara giliran yang satu dengan orang lain. [Riwayat Abu Dawud] (HR.Riyadhus Shalihin : 970)