Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 351

351 - باب النهي عن التغوط في طريق الناس وظلِّهم وموارد الماء ونحوها قَالَ الله تَعَالَى: {وَالَّذِينَ يُؤذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَد احْتَمَلُوا بُهْتانًا وَإِثْمًا مُبِينًا} [الأحزاب: 58].<br>1771 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رَسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «اتَّقُوا اللاَّعِنَيْنِ» قالوا: وَمَا اللاَّعِنَانِ؟ قَالَ: «الَّذِي يَتَخَلَّى في طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ في ظِلِّهِمْ». رواه مسلم.

Bab 351. Larangan Berak -Buang Air Besar Maupun Kencing- Di Jalanan Orang-orang -Yakni Tempat Mereka Berlalu Lintas-, juga Di Tempat Mereka Berteduh Dan Di Tempat Mendatangi Air -Sumber-sumber Air- Dan Yang Seumpamanya&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan orang-orang yang menyakiti -yakni mengganggu- orang-orang mu'min, baik lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu kesalahan yang mereka perbuat, maka orang-orang yang menyakiti itu sungguh-sungguh telah menanggung kedustaan dan dosa yang nyata.&quot; (al-Ahzab: 58) &nbsp;1768. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Takutlah engkau semua pada dua perkara yang dilaknat -yakni menyebabkan orang yang melakukannya itu dilaknat oleh orang banyak-. Para sahabat berkata: &quot;Apakah dua perkara yang dilaknat itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Yaitu yang menyendiri -maksudnya buang air besar atau kecil- di jalanan orang-orang -di jalanan umum yang biasa dilalui oleh orang-orang- atau di tempat mereka berteduh.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 351)
No Hadist 352

352 - باب النهي عن البول ونحوه في الماء الراكد 1772 - عن جابر - رضي الله عنه: أنَّ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - نَهَى أَنْ يُبَالَ في المَاءِ الرَّاكِدِ. رواه مسلم.

Bab 352. Larangan Kencing Dan Sebagainya Di Air Yang Berhenti -Yakni Tidak Mengalir-&nbsp;&nbsp;1769. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang kalau air yang berhenti -yakni yang tidak mengalir- itu dikencingi. (Riwayat Muslim)&nbsp;Keterangan:Karena itu bila saluran pembuangan mampet karena banyak kotoran, harus segera dibersihkan, agar tidak terjadi genangan air kencing pada lantai kamar mandi. (HR.riyadhus_shalihin : 352)
No Hadist 353

353 - باب كراهة تفضيل الوالد بعض أولاده على بعض في الهبة 1773 - عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما: أنَّ أباه أتَى بِهِ رسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - فقال: إنِّي نَحَلْتُ ابْنِي هَذَا غُلامًا كَانَ لِي، فقال رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «أكُلَّ وَلَدِكَ نَحَلْتَهُ مِثْلَ هَذَا؟» فقال: لا، فقالَ رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «فَأرْجِعهُ». وفي روايةٍ: فقال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «أَفَعَلْتَ هذَا بِوَلَدِكَ كُلِّهِمْ؟» قال: لا، قال: «اتَّقُوا اللهَ واعْدِلُوا فِي أوْلادِكُمْ» فَرَجَعَ أبي، فَرَدَّ تِلْكَ الصَّدَقَةَ. وفي روايةٍ: فقال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «يَا بَشيرُ ألَكَ وَلَدٌ سِوَى هَذَا؟» فقالَ: نَعَمْ، قال: «أكُلَّهُمْ وَهَبْتَ لَهُ مِثْلَ هذَا؟» قال: لا، قال: «فَلاَ تُشْهِدْنِي إذًا فَإنِّي لاَ أشْهَدُ عَلَى جَوْرٍ». وفي روايةٍ: «لاَ تُشْهِدْنِي عَلَى جَوْرٍ». وفي رواية: «أشْهِدْ عَلَى هذَا غَيْرِي!» ثُمَّ قال: «أيَسُرُّكَ أَنْ يَكُونُوا إلَيْكَ في البِرِّ سَواءً؟» قال: بَلَى، قال: «فَلا إذًا». متفق عليه.

Bab 353. Makruhnya Mengutamakan Seorang Anak Melebihi Anak-anak Yang Lainnya Dalam Hal Menghibahkan -Yakni Memberikan Sesuatu Pemberian atau Hadiah-&nbsp;&nbsp;1770. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma bahwasanya ayahnya datang kepada Rasulullah s.a.w. dengan membawanya juga -yakni membawa an-Nu'man-, lalu ayahnya itu berkata: 'Sesungguhnya saya memberikan seorang bujang -hamba sahaya- kepada anakku ini. Hamba sahaya itu adalah milik saya.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Adakah semua anakmu itu juga engkau beri semacam yang engkau berikan pada anak ini?&quot; Ayahnya menjawab: &quot;Tidak.&quot; Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: &quot;Kalau begitu tariklah kembali -pemberian itu-.&quot; Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Adakah engkau berbuat sedemikian ini dengan semua anakmu?&quot; Ayah menjawab: &quot;Tidak.&quot; Kemudian beliau s.a.w. bersabda: &quot;Bertaqwalah kepada Allah dan bersikap adillah dalam urusan anak-anakmu!&quot; Ayah saya kembali lalu menarik lagi sedekah itu. Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Adakah semua anakmu itu engkau beri hibah seperti anak ini?&quot; Ayahnya berkata: &quot;Tidak.&quot; Kemudian beliau s.a.w. bersabda: &quot;Kalau begitu, janganlah engkau mempersaksikan kepada saya -yakni jangan menggunakan saya sebagai saksi-, sebab sesungguhnya saya tidak akan suka menyaksikan atas dasar kecurangan.&quot; Dalam riwayat lain pula disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau menggunakan saya sebagai saksi atas sesuatu kecurangan.&quot; Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Persaksikan sajalah kepada orang selain saya,&quot; kemudian beliau s.a.w. bersabda pula: &quot;Adakah engkau merasa senang jikalau kebaktian anak-anakmu kepadamu itu sama keadaannya?&quot; Ayah menjawab: &quot;Ya.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: &quot;Kalau begitu, jangan diteruskan -yakni memberi seorang anak tanpa memberi kepada anak-anak yang lain-.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 353)
No Hadist 354

354 - باب تحريم إحداد (1) المرأة على ميت فوق ثلاثة أيام إلا على زوجها أربعة أشهر وعشرة أيام 1774 - عن زينب بنتِ أبي سلمة رضي الله عنهما، قالت: دَخَلْتُ عَلَى أُمِّ حَبِيبَةَ رضيَ اللهُ عنها، زَوجِ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - حِينَ تُوُفِّيَ أبُوهَا أبُو سُفْيَانَ بن حرب - رضي الله عنه - فَدَعَتْ بِطِيبٍ فِيهِ صُفْرَةُ خَلُوقٍ أوْ غَيرِهِ، فَدَهَنَتْ مِنهُ جَارِيَةً، ثُمَّ مَسَّتْ بِعَارِضَيْهَا، ثُمَّ قَالَتْ: واللهِ مَا لِي بِالطِّيبِ مِنْ حَاجَةٍ، غَيْرَ أنِّي سَمِعْتُ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقُولُ عَلَى المِنْبَرِ: «لا يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُحِدَّ على مَيِّتٍ فَوقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ، إلاَّ علَى زَوْجٍ أرْبَعَةَ أشْهُرٍ وَعَشْرًا». قالَتْ زَيْنَبُ: ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى زَيْنَبَ بنْتِ جَحْشٍ رضي اللهُ عنها حينَ تُوُفِّيَ أَخُوهَا، فَدَعَتْ بِطِيبٍ فَمَسَّتْ مِنْهُ ثُمَّ قَالَتْ: أمَا وَاللهِ مَا لِي بِالطِّيبِ مِنْ حَاجَةٍ، غَيرَ أنِّي سَمِعْتُ رسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقُولُ عَلَى المِنْبَرِ: «لا يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُحِدَّ على مَيِّتٍ فَوقَ ثَلاَثٍ، إلاَّ علَى زَوْجٍ أرْبَعَةَ أشْهُرٍ وَعَشْرًا». متفق عليه (2). __________ (1) قال ابن عثيمين في شرح رياض الصالحين 4/ 341: «الإحداد أن تجتنب المرأة الأشياء التالية: 1 - لباس الزينة، لا تلبس ثوبًا يعد ثوب زينة، أما الثياب العادية فلها أن تلبسها بأي لون كان أصفر، أحمر، أخضر 2 - الطيب بجميع أنواعه 3 - الحلي بجميع أنواعه 4 - ألاَّ تخرج من البيت أبدًا إلا لضرورة أو حاجة 5 - التجميل والتكحل بالكحل وما أشبه ذلك وما اشتهر عند العوام أن المرأة تغتسل من الجمعة إلى الجمعة، فهذا لا أصل له. وكذلك ما اشتهر عند العوام أنها لا تكلم أحدًا إلا من محارمها، فهذا غلط أيضًا، تكلم من شاءت». (2) أخرجه: البخاري 2/ 99 (1281) و (1282)، ومسلم 4/ 202 (1486) (58) و (1487).<br>

Bab 354. Haramnya Berkabung Bagi Seorang Wanita Atas Meninggalnya Mayit Lebih Dari Tiga Hari, Kecuali Kalau Yang Meninggal Itu Suaminya, Maka Batas Maksimal Berkabungnya Selama Empat Bulan Sepuluh Hari&nbsp;&nbsp;1771. Dari Zainab binti Abu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Saya masuk ke tempatnya Ummu Habibah, yaitu istrinya Nabi s.a.w. ketika ayahnya yaitu Abu Sufyan bin Harb meninggal dunia. Ummu Habibah meminta harum-haruman -seperti minyak wangi dan sebagainya- yang berwarna kuning karena keaslian kejadiannya atau kuning karena lainnya -dengan dicampuri bahan penguning dalam membuatnya-. Ia meminyaki seorang jariyah -gadis- lalu mengenakannya pada pipinya sendiri, kemudian ia berkata: &quot;Demi Allah, saya sebenarnya tidak memerlukan pada harum-haruman ini, hanya saja saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas mimbar: &quot;Tidak halallah bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir itu kalau ia berkabung -dengan meninggalkan berhias dan sebagainya- karena meninggalnya seorang mayit lebih dari tiga hari, kecuali kalau yang meninggal dunia itu ialah suaminya, maka berkabungnya itu adalah selama empat bulan sepuluh hari.&quot; Zainab -yang meriwayatkan hadis ini- berkata lagi: &quot;Selanjutnya saya pernah masuk ke tempat Zainab binti Jahsy radhiallahu 'anha ketika saudaranya yang lelaki meninggal dunia. Ia meminta harum-haruman lalu mengenakan sekedarnya dari harum-haruman itu, kemudian ia berkata: &quot;Sebenarnya, demi Allah saya tidak memerlukan menggunakan harum-haruman ini, hanya saja saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas mimbar: &quot;Tidak halallah bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kalau ia berkabung -dengan meninggalkan berhias dan sebagainya- karena meninggalnya seorang mayit, lebih dari tiga hari, kecuali kalau yang meninggal dunia itu adalah suaminya, maka berkabungnya itu adalah selama empat bulan sepuluh hari.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 354)
No Hadist 355

355 - باب تحريم بيع الحاضر للبادي وتلقي الركبان، والبيع على بيع أخيه والخِطبة على خطبته إلا أَنْ يأذن أو يردّ 1775 - عن أنس - رضي الله عنه - قالَ: نهَى رسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يَبيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ وإنْ كانَ أخَاهُ لأَبِيهِ وَأُمِّهِ. متفق عليه. 1776 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قال: قالَ رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تَتَلَقَّوُا السِّلَعَ حَتَّى يُهْبَطَ بِهَا إلَى الأَسْوَاقِ». متفق عليه. 1777 - وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قال: قالَ رسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تَتَلَقَّوُا الرُّكْبَانَ، وَلاَ يَبِعْ حَاضِرٌ لِبَادٍ» فقالَ لَهُ طَاووسٌ: مَا: لاَ يَبيعُ حَاضِرٌ لِبَادٍ؟ قال: لاَ يَكُونُ لَهُ سِمْسَارًا. متفق عليه . 1778 - وعن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: نَهَى رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يَبِيعَ حَاضِرٌ لِبَادٍ، وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ يَبِيع الرَّجُلُ عَلَى بَيْعِ أخْيِهِ، وَلاَ يَخْطُبُ عَلَى خِطْبَةِ أخِيهِ، وَلاَ تَسْأَلُ المَرْأَةُ طَلاَقَ أُخْتِهَا لِتَكْفَأَ مَا فِي إنائِهَا . وفي رواية قال: نَهَى رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم - عَنِ التَّلَقِّي، وَأَنْ يَبْتَاعَ المُهَاجِرُ لِلأعْرَابِيِّ، وَأَنْ تَشْتَرِطَ المَرْأةُ طَلاَقَ أُخْتِهَا، وأنْ يَسْتَامَ الرَّجُلُ على سَوْمِ أخِيهِ، وَنَهَى عَنِ النَّجْشِ والتَّصْرِيَةِ . متفق عليه. 1779 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قال: «لاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلاَ يَخْطُبْ عَلَى خِطْبَةِ أخِيهِ إلاَّ أَنْ يَأذَنَ لَهُ». متفق عليه، وهذا لفظ مسلم. 1780 - وعن عقبة بن عامر - رضي الله عنه: أنَّ رسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قال: «المُؤْمِنُ أَخُو المُؤْمِنِ، فَلاَ يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَنْ يَبْتَاعَ عَلَى بَيْعِ أخِيهِ وَلاَ يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أخِيهِ حَتَّى يذَرَ». رواه مسلم.

Bab 355. Haramnya Menjualkannya Orang Kota Pada Miliknya Orang Desa Dan Menyongsong Penjual Di Atas Kendaraan -Menjadi Perantara atau Calo-,&nbsp; Juga Haramnya Menjual Atas Jualan Saudaranya -Sesama Muslim-, Jangan Pula Melamar Atas Lamaran Saudaranya, Kecuali Kalau Ia Mengizinkan Atau Ia Ditolak Lamarannya&nbsp;&nbsp;1772. Dari Anas r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. melarang kalau seseorang di kota itu menjualkan untuk seseorang di desa, sekalipun ia adalah saudaranya seayah dan seibu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Keterangan:Orang kota menjual untuk orang desa itu maksudnya ialah umpama saja orang desa itu datang pada orang kota dengan membawa barang-barang yang diperlukan oleh umum. Ia meminta kepada orang kota supaya barang-barangnya itu dijualkan olehnya dengan harga menurut pasaran pada hari itu. Kemudian orang kota itu berkata padanya: &quot;Biarkan di tempat saya sini saja untuk saya jual dengan perlahan-lahan.&quot; Cara inilah yang diharamkan sebab merugikan orang desa tersebut. Tetapi kalau orang desa itu datang dengan membawa barang-barang yang kurang diperlukan oleh umum atau sekalipun banyak diperlukan umum, tetapi memang kemauan orang desa itu sendiri meminta supaya dijualkan dengan perlahan-lahan, kemudian orang kota berkata: &quot;Saya akan mengurus penjualan itu untukmu,&quot; atau ia berkata: &quot;Serahkan sajalah penjualannya itu dengan mengikuti harga pada saat terjualnya,&quot; maka yang sedemikian ini tidak haram sama sekali. &nbsp;1773. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau semua menyongsong kedatangan barang-barang dagangan sehingga ia diturunkan di pasar-pasar.&quot; (Muttafaq 'alaih)Keterangan:Menyongsong barang dagangan, maksudnya ialah sebelum orang yang memilikinya itu mengetahui harga pasaran, lalu ia membeli barang-barangnya tadi tanpa adanya permintaan daripadanya. Hal ini sama haramnya, apakah maksud pembeli itu dengan niat menyongsong atau tidak, seperti seorang yang sedang berburu lalu melihat orang yang datang dari pedalaman dengan membawa dagangan, kemudian membelinya dengan harga yang lebih rendah dari pasaran, padahal pembeli itu mengetahui dan penjual tidak mengetahui akan harga pasaran itu.&nbsp;1774. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau semua menyongsong di atas kendaraan -yakni sebelum pemiliknya mengetahui harga pasar, lihat keterangan hadis 1773 diatas- dan jangan pula seseorang dikota menjualkan untuk orang desa -lihat keterangan hadis 1772 diatas-.&quot; Thawus lalu berkata: &quot;Apakah maknanya seseorang dikota menjualkan untuk orang desa itu?&quot; Ibnu Abbas menjawab: &quot;Yaitu janganlah orang kota menjadi makelar -perantara atau calo- dalam hal menjualkannya -yakni menjualnya perlahan-lahan dan harganya menurut harga hari itu-.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1775. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. melarang kalau orang kota menjualkan untuk orang desa -lihat keterangan hadis 1772-. Janganlah pula engkau sekalian icuh-mengicuh -lihat keterangan hadis 1567-, juga janganlah seorang itu menjual atas jualan saudaranya -sesama Muslim- dan jangan pula ia melamar pada wanita yang dilamar oleh saudaranya -sesama Muslim-. Jangan pula seorang wanita minta diceraikannya saudarinya -yakni sesama wanita-, dengan maksud ia akan suka menjadi pencukup apa yang diwadahnya -yakni menjadi ganti dari istri yang diceraikan tadi-. Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah s.a.w. melarang menyongsong dagangan di jalan, juga kalau seorang muhajir -yakni orang kota menjualkan untuk orang A'rab -yakni orang desa- dan kalau seorang wanita meminta syarat untuk diceraikannya saudarinya -misalnya sewaktu ia akan dikawin-, lalu suka menerimanya dengan syarat bahwa nanti madunya itu akan diceraikan oleh suaminya, juga melarang kalau seseorang itu melebihkan harga dari harga saudaranya -sesama Muslim-. Demikian pula beliau s.a.w. melarang pengicuhan dan tashriah -yaitu membiarkan binatang perahan tidak diperah dulu supaya banyak air susunya-, sehingga menimbulkan kesukaan bagi orang yang menginginkan membelinya. (Muttafaq 'alaih) &nbsp;1776. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah sebagian dari engkau semua itu menjual atas penjualan sebagian yang lainnya, jangan pula melamar atas lamaran saudaranya -sesama Muslim- kecuali kalau orang ini mengizinkan padanya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Muslim. &nbsp;1777. Dari Uqbah bin 'Amir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Orang mu'min itu adalah saudaranya orang mu'min, maka tidak halallah kalau ia menjual atas jualan saudaranya itu dan jangan pula melamar atas lamaran saudaranya, sehingga saudaranya ini meninggalkan lamarannya -misalnya mengurungkan atau memberinya izin-.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 355)
No Hadist 356

356 - باب النهي عن إضاعة المال في غير وجوهه التي أذن الشرع فيها 1781 - عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ تعالى يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا، ويَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا: فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ، وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وإضَاعَةَ المَالِ». رواه مسلم، وتقدم شرحه . 1782 - وعن ورَّادٍ كاتب المغيرة، قال: أَمْلَى عَلَيَّ المُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ في كِتابٍ إلَى مُعَاوِيَةَ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ: «لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ» وَكَتَبَ إلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ، وَإضَاعَةِ المَالِ، وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ، وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقُوقِ الأُمَّهَاتِ، وَوَأْدِ البَنَاتِ، وَمَنْعٍ وَهَاتِ. متفق عليه، وسبق شرحه .

Bab 356. Larangan Menyia-nyiakan Harta Yang Tidak Di Dalam Arah-arah Yang Diizinkan Oleh Syari'at Dalam Membelanjakannya&nbsp;&nbsp;1778. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya Allah itu ridha untukmu semua akan tiga perkara dan benci untukmu semua akan tiga perkara pula. Allah ridha untukmu semua, jikalau engkau semua menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu denganNya dan jikalau engkau semua berpegang teguh dengan agama Allah dengan bersama-sama -penuh rasa persatuan- dan engkau semua tidak bercerai-berai. Allah benci untukmu semua akan qif dan qal -dari si Fulan dan kata si Fulan, tanpa ada kepastian kebenarannya-, juga banyaknya pertanyaan serta menyia-nyiakan harta.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sudah lalu uraian hadis ini lihat hadis no.108. &nbsp;1779. Dari Warrad, penulis al-Mughirah, katanya:&quot;Al-Mughirah bin Syu'bah mendiktekan -membacakan- kepada saya dalam suratnya yang disampaikan kepada Mu'awiyah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. itu mengucapkan setiap habis mengerjakan shalat yang diwajibkan, yaitu -yang artinya-: &quot;Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya pulalah segala kerajaan dan segala puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tiada yang dapat menolak terhadap apa yang telah Engkau karuniakan dan tidak ada yang kuasa memberi terhadap apa yang telah Engkau tolak dan tidak bergunalah kekayaan itu kepada orang yang memilikinya dari siksaMu.&quot; Selain itu ditulisnya pula suratnya kepada Mu'awiyah itu bahwasanya Nabi s.a.w. melarang dari qil dan qal -yakni-: dari si Anu dan kata si Anu, yaitu kata-kata belum diketahui kepastian kebenarannya, juga melarang menyia-nyiakan harta, memperbanyak pertanyaan. Beliau s.a.w. melarang pula berani -durhaka- kepada para ibu, menanam -mengubur- anak-anak perempuan hidup-hidup dan mencegah -yakni tidak melaksanakan- apa-apa yang wajib atas dirinya serta meminta apa-apa yang bukan miliknya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Hadis ini sudah dijelaskan uraiannya -lihat hadis no.340-. (HR.riyadhus_shalihin : 356)
No Hadist 357

357 - باب النهي عن الإشارة إلى مسلم بسلاح ونحوه، سواء كان جادًا أو مازحًا، والنهي عن تعاطي السيف مسلولًا 1783 - عن أبي هريرة - رضي الله عنه - عن رسولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قال: «لاَ يُشِرْ أحَدُكُمْ إلَى أخِيهِ بِالسِّلاحِ، فَإنَّهُ لاَ يَدْرِي لَعَلَّ الشَّيْطَانَ يَنْزعُ فِي يَدِهِ، فَيَقَع فِي حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ». متفق عليه. وفي رواية لمسلم قال: قال أبو القاسم - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ أشَارَ إلَى أخِيهِ بِحَدِيدَةٍ، فَإنَّ المَلاَئِكَةَ تَلْعَنُهُ حَتَّى يَنْزعَ، وَإنْ كَانَ أخَاهُ لأَبِيهِ وَأُمِّهِ» . قوله - صلى الله عليه وسلم: «يَنْزع» ضُبِطَ بالعين المهملة مع كسر الزاي، وبالغين المعجمة مع فتحها، ومعناهما مُتَقَارِبٌ، وَمَعنَاهُ بالمهملةِ يَرْمِي، وبالمعجمةِ أيضًا يَرْمِي وَيُفْسِدُ. وَأصْلُ النَّزْعِ: الطَّعْنُ وَالفَسَادُ. 1784 - وعن جابر - رضي الله عنه - قال: نهى رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُتَعَاطَى السَّيْفُ مَسْلُولًا. رواه أبو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن».

Bab 357. Larangan Berisyarat Kepada Seorang Muslim Dengan Menggunakan Pedang Dan Sebagainya Baikpun Secara Sungguh-sungguh Atau Senda Gurau -Bercanda- Dan Larangan Memberikan Pedang Dalam Keadaan Terhunus&nbsp;&nbsp;1780. Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: &quot;Janganlah seseorang itu memberi isyarat kepada saudaranya dengan menggunakan pedang, sebab sesungguhnya ia tidak mengetahui barangkali syaitan menusukkan apa yang di tangannya itu -pada saudaranya tadi-, sehingga menyebabkan ia terjerumus dalam lubang neraka.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: &quot;Abul Qasim -yakni Nabi Muhammad s.a.w.- bersabda: &quot;Barangsiapa yang berisyarat kepada saudaranya dengan menggunakan besi, maka sesungguhnya para malaikat melaknatinya sehingga ia melemparkannya, sekalipun yang diberi isyarat itu adalah saudara seayah dan seibu.&quot; Sabdanya s.a.w.: Yanzi'a, ditulis dengan 'ain muhmalah serta kasrahnya zai, ada pula yang dengan ghain mu'jamah serta fathah-nya zai, maknanya berdekatan. Dengan 'ain muhmalah artinya melempar dan dengan mu'jamah artinya melempar dan merusak asal kata annaz'u itu artinya ialah menusuk dan merusak. &nbsp;1781. Dari Jabir r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. melarang kalau pedang itu diberikan -atau diterima- dalam keadaan terhunus.&quot; Diriwayatkan oleh Imam-imam&nbsp;&nbsp;&nbsp; Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. (HR.riyadhus_shalihin : 357)
No Hadist 358

358 - باب كراهة الخروج من المسجد بعد الأذان إلا لعذر حتى يصلي المكتوبة 1785 - عن أبي الشَّعْثَاءِ، قالَ: كُنَّا قُعُودًا مَع أبي هريرة - رضي الله عنه - في المَسْجِدِ، فَأَذَّن المُؤَذِّنُ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ المَسْجِدِ يَمْشِي، فَأَتْبَعَهُ أبُو هُريرَةَ بَصَرَهُ حَتَّى خَرَجَ مِنَ المَسْجِدِ، فقال أبو هريرة: أمَّا هذَا فَقَدْ عَصَى أبا القَاسِمِ - صلى الله عليه وسلم. رواه مسلم.

Bab 358. Makruhnya Keluar Dari Masjid Sesudah Adzan Kecuali Karena Uzur, Sehingga Melakukan Shalat Yang Diwajibkan&nbsp;&nbsp;1782. Dari Abusysya'tsa, katanya: &quot;Kita semua duduk-duduk bersama Abu Hurairah r.a. dalam masjid, lalu muadzdzin beradzan, kemudian ada seorang lelaki berdiri dari masjid dan terus berjalan. Abu Hurairah mengikuti orang tersebut dengan pandangan matanya sehingga keluarlah orang tadi dari masjid. Abu Hurairah lalu berkata; &quot;Orang itu benar-benar telah bermaksiat kepada Abul Qasim -yakni menyalahi ajaran Nabi Muhammad s.a.w-.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 358)
No Hadist 359

359 - باب كراهة رد الريحان لغير عذر 1786 - عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ رَيْحَانٌ، فَلاَ يَرُدَّهُ، فَإنَّهُ خَفيفُ المَحْمِلِ، طَيِّبُ الرِّيحِ». رواه مسلم. 1787 - وعن أنس بن مالكٍ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ لاَ يَرُدُّ الطِّيبَ. رواه البخاري.

Bab 359. Makruhnya Menolak Pemberian Harum-haruman Tanpa Adanya Uzur&nbsp;&nbsp;1783. Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang ditawarkan kepadanya suatu harum-haruman maka janganlah ia menolaknya, sebab sesungguhnya harum-haruman itu ringan bawaannya serta harum baunya.&quot; (Riwayat Muslim) &nbsp;1784. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. tidak pernah menolak kalau ditawari harum-haruman. (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 359)
No Hadist 360

360 - باب كراهة المدح في الوجه لمن خيف عليه مفسدة من إعجاب ونحوه، وجوازه لمن أمِنَ ذلك في حقه 1788 - وعن أبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - قال: سَمِعَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - رَجُلًا يُثْنِي عَلَى رَجُلٍ وَيُطْرِيهِ في المِدْحَة، فقالَ: «أهْلَكْتُمْ - أوْ قَطَعْتُمْ - ظَهْرَ الرَّجُلِ». متفق عليه. «وَالإطْرَاءُ»: المُبَالَغَةُ فِي المَدْحِ. 1789 - وعن أبي بكرة - رضي الله عنه: أنَّ رجلًا ذُكِرَ عند النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَأَثْنَى عَلَيْهِ رَجُلٌ خَيْرًا، فقال النبيّ - صلى الله عليه وسلم: «وَيْحَكَ! قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ» يَقُولُهُ مِرَارًا: «إنْ كَانَ أحَدُكُمْ مَادِحًا لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أحْسِبُ كَذَا وَكَذَا إنْ كَانَ يَرَى أنَّهُ كَذَلِكَ وَحَسِيبُهُ اللهُ، وَلاَ يُزَكّى عَلَى اللهِ أحَدٌ». متفق عليه. 1790 - وعن همام بن الحارث، عن المِقْدَادِ - رضي الله عنه: أنَّ رَجُلًا جَعَلَ يَمْدَحُ عُثْمانَ - رضي الله عنه - فَعَمِدَ المِقْدَادُ، فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ، فَجَعَلَ يَحثو في وَجْهِهِ الحَصْبَاءَ . فقالَ لَهُ عُثْمَانُ: مَا شَأنُكَ؟ فقال: إنَّ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قال: «إذَا رَأَيْتُمُ المَدَّاحِينَ، فَاحْثُوا فِي وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ». رواه مسلم. فهذهِ الأحاديث في النَهي، وجاء في الإباحة أحاديث كثيرة صحيحة. قال العلماءُ: وطريق الجَمْعِ بين الأحاديث أَنْ يُقَالَ: إنْ كان المَمْدُوحُ عِنْدَهُ كَمَالُ إيمانٍ وَيَقينٍ، وَرِيَاضَةُ نَفْسٍ، وَمَعْرِفَةٌ تَامَّةٌ بِحَيْثُ لاَ يَفْتَتِنُ، وَلاَ يَغْتَرُّ بِذَلِكَ، وَلاَ تَلْعَبُ بِهِ نَفْسُهُ، فَليْسَ بِحَرَامٍ وَلاَ مَكْرُوهٍ، وإنْ خِيفَ عَلَيْهِ شَيءٌ مِنْ هذِهِ الأمورِ، كُرِهَ مَدْحُهُ في وَجْهِهِ كَرَاهَةً شَديدَةً، وَعَلَى هَذا التَفصِيلِ تُنَزَّلُ الأحاديثُ المُخْتَلِفَةُ فِي ذَلكَ. وَمِمَّا جَاءَ فِي الإبَاحَةِ قَولُهُ - صلى الله عليه وسلم - لأبي بكْرٍ - رضي الله عنه: «أرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ » أيْ مِنَ الَّذِينَ يُدْعَونَ مِنْ جَمِيعِ أبْوابِ الجَنَّةِ لِدُخُولِهَا. وَفِي الحَدِيثِ الآخر: «لَسْتَ مِنْهُمْ »: أيْ لَسْتَ مِنَ الَّذِينَ يُسْبِلُونَ أُزُرَهُمْ خُيَلاَءَ. وَقالَ - صلى الله عليه وسلم - لعُمَرَ - رضي الله عنه: «مَا رَآكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا إلاَّ سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ ». والأحاديثُ في الإباحة كثيرةٌ، وقد ذكرتُ جملةً مِنْ أطْرَافِهَا في كتاب «الأذكار» .

Bab 360. Makruhnya Memuji Di Muka Orang Yang Dipuji Jikalau Dikhawatirkan Timbulnya Kerusakan Padanya Seperti Menimbulkan Rasa Bangga Pada Diri Sendiri Dan Sebagainya, Tetapi Jawaz -Yakni Boleh- Bagi Seseorang Yang Aman Hatinya Dari Perasaan Yang Sedemikian Itu Jikalau Menerima Pujian Pada Dirinya&nbsp;&nbsp;1785. Dari Abu Musa r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. mendengar seorang lelaki memuji pada lelaki lain dan mempersangatkan -berlebih-lebihan- dalam memujinya itu, lalu beliau s.a.w. bersabda: &quot;Engkau telah merusakkan orang itu atau engkau telah mematahkan punggung orang itu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;1786. Dari Abu Bakrah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki disebut-sebut namanya di sisi Nabi s.a.w., lalu ada lelaki lain memujinya dengan menunjukkan kebaikannya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Celaka engkau, engkau telah mematahkan lehernya.&quot; Beliau s.a.w. mengucapkan ini berulang-ulang. Selanjutnya sabdanya lagi: &quot;Jikalau seorang diantara engkau semua perlu harus memuji, maka hendaklah mengatakan: &quot;Saya kira ia adalah demikian, demikian, apabila memang orang itu diketahuinya benar-benar seperti itu, sedang yang kuasa memperhitungkan amalannya adalah Allah juga dan tiadalah seseorang itu akan dianggap suci oleh Allah -hanya disebabkan banyaknya pujian yang diperolehnya dari orang-orang-.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;1787. Dari Hammam bin al-Harits dari al-Miqdad r.a. bahwasanya ada seorang lelaki yang sedang memuji Usman r.a., lalu al-Miqdad menuju tempat orang tadi, kemudian berjongkok atas kedua lututnya dan mulailah melempari orang itu dengan kerikil di mukanya. Usman lalu berkata padanya: &quot;Mengapa engkau berbuat demikian?&quot; Al-Miqdad menjawab: &quot;Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Jikalau engkau semua melihat orang-orang yang suka memuji, maka lemparkanlah tanah pada muka mereka itu.&quot; (Riwayat Muslim) Hadis-hadis di atas itu menunjukkan larangan memberikan pujian. Tetapi ada pula Hadis-hadis yang banyak sekali jumlahnya dan shahih-shahih yang menerangkan bolehnya memberikan pujian itu. Para alim-ulama berkata: &quot;Jalan mengumpulkan antara Hadis-hadis di atas -yang melarang dan yang membolehkan- ialah: Jikalau orang yang dipuji itu memiliki keimanan yang sempurna dan keyakinan yang baik, serta jiwa yang terlatih, demikian pula pengetahuan yang sempurna, sehingga tidak dikhawatirkan akan timbulnya fitnah dalam jiwanya sendiri apabila menerima pujian, juga tidak tertipu hatinya dengan demikian itu, malahan kalbunya tidak juga dapat dipermainkan dengan ucapan pujian tersebut, maka terhadap orang yang semacam ini pujian itu tidaklah haram dan tidak pula makruh. Tetapi jikalau dikhawatirkan akan adanya sesuatu dari perkara-perkara yang tersebut di atas, maka memuji itu adalah dimakruhkan di muka orang tersebut dengan kemakruhan yang sangat. Dengan cara pemisahan sebagaimana di atas itu diturunkannya beberapa hadis yang berselisihan tujuannya itu. Di antara Hadis-hadis yang menunjukkan bolehnya memuji itu ialah sabdanya Nabi s.a.w. kepada Abu Bakar r.a.: &quot;Saya harap Anda termasuk golongan orang-orang itu -yakni yang dapat diundang dari segala macam pintu syurga, lihat hadis no.1213- untuk dapat masuk dari semuanya itu. Dalam hadis lain disebutkan: &quot;Engkau bukan golongan orang-orang itu,&quot; yakni bukan golongan orang-orang yang memanjangkan sarungnya karena ada tujuan kesombongan -lihat Hadis no.788-. Demikian pula sabda Rasulullah s.a.w. kepada Umar r.a.: &quot;Tidaklah syaitan itu melihat Anda menempuh sesuatu jalan, melainkan ia akan menempuh jalan selain dari jalan yang Anda lalui.&quot; Jadi Hadis-hadis mengenai bolehnya memberikan pujian itu banyak sekali dan sudah saya sebutkan sebagian dari petikan-petikannya dalam kitab al-Adzkar -yang dikarang oleh Imam an-Nawawi pula-. (HR.riyadhus_shalihin : 360)