Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 161

عن أَبي موسى - رضي الله عنه - قَالَ: احْتَرقَ بَيْتٌ بالمَدِينَةِ عَلَى أهْلِهِ مِنَ اللَّيلِ، فَلَمَّا حُدِّثَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - بشَأنِهِمْ، قَالَ: «إنَّ هذِهِ النَّارَ عَدُوٌّ لَكُمْ، فَإِذَا نِمْتُمْ، فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Musa r.a. katanya: "Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar mengenai penghuni-penghuninya di waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya api itu adalah musuhmu semua. Maka dari itu, jikalau engkau semua tidur, padamkan sajalah api itu dari padamu." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 161)
No Hadist 162

عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ مَثَلَ مَا بَعَثَنِي الله بِهِ مِنَ الهُدَى والعِلْم كَمَثَلِ غَيثٍ أَصَابَ أرْضًا فَكَانَتْ مِنْهَا طَائِفةٌ طَيِّبَةٌ، قَبِلَتِ المَاءَ فَأَنْبَتَتِ الكَلأَ والعُشْبَ الكَثِيرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أمسَكَتِ المَاء فَنَفَعَ اللهُ بِهَا النَّاسَ، فَشَربُوا مِنْهَا وَسَقُوا وَزَرَعُوا، وَأَصَابَ طَائفةً مِنْهَا أخْرَى إنَّمَا هِيَ قيعَانٌ لا تُمْسِكُ مَاءً وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ في دِينِ اللهِ وَنَفَعَهُ بمَا بَعَثَنِي الله بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br>«فَقُهَ» بضم القافِ عَلَى المشهور وقيل بكسرِها: أي صار فقيهًا.

Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bagian yang baik, yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, tetapi diantara bumi itu ada pula yang gersang, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan menanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang yang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun mengetahuinya -mempelajarinya, kemudian mengajarkannya- yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan -ini contohnya bumi yang rata dan licin." [Muttafaq 'alaih]Faquha, dengan dhammahnya qaf adalah menurut yang masyhur digunakan. Ada pula yang mengatakan dengan dikasrahkan berbunyi Faqiha, artinya menjadi pandai atau ahli fiqih. (HR.Riyadhus Shalihin : 162)
No Hadist 163

عن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الجَنَادِبُ وَالفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا، وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا، وَأَنَا آخذٌ بحُجَزكُمْ عَنِ النَّارِ، وَأنْتُمْ تَفَلَّتونَ مِنْ يَدَيَّ ». رواه مسلم. «الجَنَادِبُ»: نَحوُ الجرادِ وَالفَرَاشِ، هَذَا هُوَ المَعْرُوف الَّذِي يَقَعُ في النَّارِ. وَ «الحُجَزُ»: جَمْعُ حُجْزَة وَهِيَ مَعْقدُ الإزَار وَالسَّراويل.

Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini -yakni Rasulullah s.a.w.- adalah seorang yang mengambil -memegang- pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku." [Riwayat Muslim]Al-janadib ialah seperti belalang dan kupu-kupu [dari golongan binatang kecil yang terbang], sedang Al-hujaz adalah jamaknya Hujzah, artinya tempat mengikatkan sarung atau celana. (HR.Riyadhus Shalihin : 163)
No Hadist 164

عَنْهُ: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - أَمَرَ بِلَعْقِ الأَصَابِعِ وَالصَّحْفَةِ ، وَقَالَ: «إنَّكُمْ لا تَدْرونَ في أَيِّها البَرَكَةُ». رواه مسلم.<br>وفي رواية لَهُ: «إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأخُذْهَا، فَليُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أذىً، وَلْيَأكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيطَانِ، وَلا يَمْسَحْ يَدَهُ بالمنْدِيلِ حَتَّى يَلْعَقَ أصَابعَهُ فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِي في أيِّ طَعَامِهِ البَرَكَةُ».<br>وفي رواية لَهُ: «إنَّ الشَّيطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيءٍ مِنْ شَأنِهِ، حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ، فَإذَا سَقَطَتْ مِنْ أَحَدِكُمْ اللُّقْمَةُ فَليُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أذَىً، فَلْيَأكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيطَانِ».

Dari Jabir r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat tangan-tangan dan piring; beliau juga bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di tempat manakah yang ada berkahnya." [Riwayat Muslim]Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lagi: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan seorang dari engkau semua itu jatuh, maka baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah disingkirkan kotoran yang melekat di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah itu dibiarkan -ditinggalkan- untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seorang itu mengusap tangannya dengan saputangan -sehabis makan itu- sehingga jari-jarinya dijilat-jilatnya dulu, sebab seorang itu tentulah tidak mengetahui di dalam makanan yang mana letaknya keberkahan."Dalam riwayat Imam Muslim pula: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seorang diantara engkau semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari pekerjaannya, sampai-sampai syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan. Maka dari itu jikalau suapan itu jatuh dari seorang diantara engkau semua, maka hendaklah menyingkirkan kotoran-kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan." (HR.Riyadhus Shalihin : 164)
No Hadist 165

عن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بِمَوعِظَةٍ، فَقَالَ: «يَا أيُّهَا النَّاسُ، إنَّكُمْ مَحْشُورونَ إِلَى الله تَعَالَى حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا {كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ} [الأنبياء: 103] ألا وَإنَّ أَوَّلَ الخَلائِقِ يُكْسَى يَومَ القِيَامَةِ إبراهيمُ - صلى الله عليه وسلم - ألا وَإِنَّهُ سَيُجَاءُ بِرجالٍ مِنْ أُمَّتي فَيُؤخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشَّمالِ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أصْحَابِي. فَيُقَالُ: إنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أحْدَثُوا بَعْدَكَ. فَأقُولُ كَما قَالَ العَبدُ الصَّالِحُ: {وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ} إِلَى قولِهِ: {العَزِيزُ الحَكِيمُ} [المائدة: 117 - 118] فَيُقَالُ لِي: إنَّهُمْ لَمْ يَزَالُوا مُرْتَدِّينَ عَلَى أعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br>«غُرْلًا»: أي غَيرَ مَخْتُونِينَ.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan kita semua untuk memberikan nasihat. Beliau bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua itu akan dikumpulkan kepada Allah Ta'ala dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan kuncup -tidak dikhitan, sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya: "Sebagaimana Kami memulai membuat makhluk untuk pertama kalinya, maka itulah yang Kami ulangkan kembali. Sedemikian adalah janji atas Kami sendiri, sesungguhnya Kami akan melaksanakan yang sedemikian itu." [al-Anbiya': 104]"Ingatlah, bahwasanya pertama-tama makhluk yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim a.s. Ingatlah, bahwasanya Ibrahim itu akan didatangkan dengan disertai beberapa orang dari umatku, kemudian orang-orang itu diseret ke sebelah kiri -maksudnya ke arah neraka. Saya berkata: "Ya Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku." Lalu kepadaku dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu." Oleh sebab itu saya berkata sebagaimana yang diucapkan oleh seorang hamba yang shalih -yakni Nabiyullah Isa a.s.: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka -sewaktu masih sama-sama di dunia," hingga ucapannya "Maha Mulia Serta Bijaksana." Lengkapnya ucapan Nabiyullah Isa a.s. itu tersebut dalam sebuah ayat yang artinya: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka. Tetapi setelah Engkau menghilangkan diriku, maka Engkaulah yang mengamat-amati atas kelakuan-kelakuan mereka itu dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jikalau Engkau menyiksa mereka, maka mereka itupun hamba-hambaMu, tetapi jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana." [al-Maidah: 117-118]"Setelah itu lalu dikatakan kepadaku: "Sebenarnya mereka itu tidak henti-hentinya kembali pada kaki-kakinya -maksudnya menjadi murtad dari agama Allah- sejak engkau berpisah dengan mereka itu." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 165)
No Hadist 166

عن أَبي سعيد عبد الله بن مُغَفَّلٍ - رضي الله عنه - قَالَ: نَهَى رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - عَنِ الخَذْفِ ، وقالَ: «إنَّهُ لاَ يَقْتُلُ الصَّيْدَ، وَلاَ يَنْكَأُ العَدُوَّ، وإنَّهُ يَفْقَأُ العَيْنَ، وَيَكْسِرُ السِّنَّ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br>وفي رواية: أنَّ قَريبًا لابْنِ مُغَفَّل خَذَفَ فَنَهَاهُ، وَقالَ: إنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - نَهَى عَن الخَذْفِ، وَقَالَ: «إنَّهَا لاَ تَصِيدُ صَيدًا» ثُمَّ عادَ، فَقَالَ: أُحَدِّثُكَ أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - نَهَى عَنْهُ، ثُمَّ عُدْتَ تَخذفُ!؟ لا أُكَلِّمُكَ أَبَدًا .

Dari Abu Said yaitu Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu melarang berkhadzaf - yaitu melemparkan kerikil dengan jari telunjuk dan ibu jari yakni kerikil itu diletakkan di jari yang satu yakni ibu jari lalu dilemparkan dengan jari yang lain yakni jari telunjuk. Selanjutnya ia berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan, tidak dapat pula membunuh musuh. Dan bahwasanya berkhadzaf itu dapat melepaskan mata -membutakannya- dan dapat juga merontokkan gigi." [Muttafaq 'alaih]Dalam riwayat lain disebutkan: Bahwasanya ada seorang keluarga dekat dari Ibnu Mughaffal berkhadzaf, lalu olehnya orang tersebut dilarang dan berkata bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu dan berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan." Kemudian orang yang dilarangnya itu masih mengulangi lagi perbuatannya. Lalu Ibnu Mughaffal berkata: "Saya telah memberitahukan kepadamu bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu, tetapi engkau masih juga mengulangi perbuatanmu. Mulai sekarang saya tidak akan berbicara lagi padamu selama-lamanya." (HR.Riyadhus Shalihin : 166)
No Hadist 167

وعَن عابس بن رَبيعة، قَالَ: رَأيْتُ عُمَرَ بن الخطاب - رضي الله عنه - يُقَبِّلُ الحَجَرَ يَعْنِي: الأسْوَدَ - وَيَقُولُ: إني أَعْلَمُ أنَّكَ حَجَرٌ مَا تَنْفَعُ وَلاَ تَضُرُّ، وَلَولا أنِّي رَأيْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ . مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari 'Abis bin Rabi'ah, katanya: "Saya melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium batu hitam -hajar aswad- dan ia berkata: "Saya mengetahui bahwa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 167)
No Hadist 168

عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: {للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَو تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ} الآية [البقرة: 283] اشْتَدَّ ذلِكَ عَلَى أصْحَابِ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَأتَوا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - ثُمَّ بَرَكُوا عَلَى الرُّكَبِ، فَقَالُوا: أيْ رسولَ الله، كُلِّفْنَا مِنَ الأَعمَالِ مَا نُطِيقُ: الصَّلاةَ والجِهَادَ والصِّيامَ والصَّدَقَةَ، وَقَدْ أُنْزِلَتْ عَلَيْكَ هذِهِ الآيَةُ وَلا نُطيقُها. قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «أتُرِيدُونَ أَنْ تَقُولُوا كَمَا قَالَ أَهْلُ الكتَابَينِ مِنْ قَبْلِكُمْ: سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا؟ بَلْ قُولُوا: سَمِعنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ المَصِيرُ» فَلَمَّا اقْتَرَأَهَا القومُ، وَذَلَّتْ بِهَا ألْسنَتُهُمْ أنْزَلَ اللهُ تَعَالَى في إثرِهَا: {آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ} [البقرة: 285]. فَلَمَّا فَعَلُوا ذلِكَ نَسَخَهَا اللهُ تَعَالَى، فَأنزَلَ الله - عز وجل: {لا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا} [البقرة: 286] قَالَ: نَعَمْ {رَبَّنَا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا} قَالَ: نَعَمْ {رَبَّنَا وَلا تُحَمِّلْنَا مَا لا طَاقَةَ لَنَا بِه} قَالَ: نَعَمْ {وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} قَالَ: نَعَمْ. رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah r.a.katanya: "Ketika ayat ini turun pada Rasulullah s.a.w. yaitu -yang artinya-: Bagi Allah adalah apa-apa yang ada di dalam langit dan apa yang ada di bumi. Jikalau engkau semua terangkan apa-apa yang dalam hatimu alau jikalau engkau semua sembunyikan itu, sesungguhnya Allah akan memperhitungkan semuanya," sampai akhir ayat. Dikala itu, maka hal yang sedemikian tadi dirasa amat berat oleh para sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka lalu mendatangi Rasulullah s.a.w. kemudian mereka berjongkok di atas lutut mereka lalu berkata: "Ya Rasulullah, kita telah dipaksakan untuk melakukan amalan-amalan yang kita semua juga kuat melaksanakannya, yaitu shalat, puasa, jihad dan sedekah. Tetapi kini telah diturunkan kepada Tuan sebuah ayat dan kita rasanya tidak kuat melaksanakannya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Adakah engkau semua hendak mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh dua golongan ahlul kitab -kaum Nasrani dan Yahudi- yang hidup sebelummu semua ini, yaitu ucapan: "Kita mendengar tetapi kita menyalahi." Tidak boleh sedemikian itu, tetapi ucapkanlah: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan padaMu, ya Tuhan kita, dan kepadaMulah tempat kembali." Setelah kaum -sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w.- membaca itu, lagi pula lidah-lidah mereka telah tunduk -tidak bisa berkata sesuatu-, lalu Allah Ta'ala menurunkan lagi sesudah itu ayat -yang artinya-: "Rasul itu mempercayai apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, begitu pula orang-orang yang beriman. Semuanya percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka berkata: "Kita tidak membeda-bedakan seorangpun diantara rasul-rasul Allah itu." Mereka berkata lagi: "Kita mendengar dan kita mentaati. Kita memohonkan pengampunan daripadaMu, ya Tuhan kita dan kepadaMulah tempat kembali." Selanjutnya setelah mereka telah melaksanakan sebagaimana isi ayat di atas itu, lalu Allah 'Azzawajalla menurunkan lagi ayat -yang artinya-: "Allah tidak melaksanakan -memerintahkan- kewajiban kepada seorang, -melainkan- hanyalah sekedar kekuatannya -kesanggupannya- belaka, bermanfaat untuknya apa-apa yang ia lakukan -berupa pahala- dan berbahaya pula atasnya apa-apa yang ia lakukan -berupa dosa-. Ya Tuhan kita, janganlah Engkau menghukum kita atas sesuatu yang kita lakukan karena kelupaan atau kekhilafan -yang tidak disengaja-." Beliau s.a.w. bersabda: "Benar -kita telah melaksanakan-." "Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita beban yang berat, sebagaimana yang telah Engkau pikulkan kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kita." Beliau bersabda: "Benar." "Ya Tuhan kita, janganlah Engkau pikulkan kepada kita sesuatu yang kita tidak kuat melaksanakannya." Beliau bersabda: "Benar." "Dan berilah maaf dan pengampunan, belas kasihanlah kita. Engkau pelindung kita, maka tolonglah kita terhadap kaum kafirin itu." Beliau bersabda: "Benar." [surat al-Baqarah 286]. [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 168)
No Hadist 169

عن عائشة رَضِي الله عنها، قَالَتْ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ أحْدَثَ في أمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.<br.وفي رواية لمسلم: «مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيهِ أمرُنا فَهُوَ رَدٌّ ».

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengada-adakan dalam perkara -agama- kita ini akan sesuatu yang semestinya tidak termasuk dalam agama itu, maka hal itu wajib ditolak."[Muttafaq 'alaih]Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu amalan yang atasnya itu tidak ada perintah kami -maksudnya perintah agama-, maka amalan itu wajib ditolak." (HR.Riyadhus Shalihin : 169)
No Hadist 170

وعن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم - إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَينَاهُ، وَعَلا صَوتُهُ، وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ، حَتَّى كَأنَّهُ مُنْذِرُ جَيشٍ، يَقُولُ: «صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ» وَيَقُولُ: «بُعِثتُ أنَا والسَّاعَةُ كَهَاتَينِ» وَيَقْرِنُ بَيْنَ أُصبُعَيهِ السَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى، وَيَقُولُ: «أمَّا بَعْدُ، فَإنَّ خَيْرَ الحَديثِ كِتَابُ الله، وَخَيرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ - صلى الله عليه وسلم - وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَة ضَلالَةٌ» ثُمَّ يَقُولُ: «أنَا أوْلَى بِكُلِّ مُؤمِنٍ مِنْ نَفسِهِ، مَنْ تَرَكَ مَالًا فَلأَهْلِهِ، وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإلَيَّ وَعَلَيَّ» رواه مسلم.

Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila berkhutbah maka merah padamlah kedua matanya, keras suaranya, sangat marahnya -berapi-api karena bersemangat-, sehingga seolah-olah beliau itu seorang komandan tentara yang menakut-nakuti, sabdanya: "Pagi-pagi ini musuh akan menyerang engkau semua," atau "sore ini musuh akan menyerang engkau semua." Beliau bersabda pula: "Saya diutus sedang jarak terutusku dengan tibanya hari kiamat itu bagaikan dua jari ini." Beliau merapatkan antara jari telunjuk dan jari tengah. Beliau bersabda pula: "Amma ba'd. Maka sesungguhnya sebaik-baik uraian adalah Kitabullah -al-Quran- dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad s.a.w., sedang seburuk-buruk perkara -agama- ialah hal-hal yang diada-adakan sendiri dan semua kebid'ahan itu adalah sesat." Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Saya adalah lebih berhak terhadap setiap orang mu'min daripada dirinya sendiri. Barangsiapa meninggalkan harta, maka itu adalah hak dari keluarganya [sebagai harta warisan], tetapi barangsiapa yang meninggalkan hutang atau tanggungan -keluarga dan anak-anak yang ditinggalkan-, maka -tagihannya- itu adalah kepadaku atau menjadi tanggunganku." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 170)