Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 1851

وعن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «أيُّهَا النَّاسُ، إنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إلاَّ طَيِّبًا، وإنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِينَ. فقالَ تعالى: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} [المؤمنون: 51]، وقال تعالى: {يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172]. ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أشْعثَ أغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، ومَلبسُهُ حرامٌ، وَغُذِّيَ بالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ رواه مسلم

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak berbicara oleh Allah -dengan pembicaraan yang menunjukkan keridhaan-, tidak pula disucikan -yakni diampuni dosanya- serta tidak dilihat olehNya -dengan pandangan kerahmatan- besok pada hari kiamat dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja -atau kepala negara- yang pendusta serta orang miskin yang berlagak sombong." [Riwayat Muslim] Al'ail yaitu orang fakir. (HR.Riyadhus Shalihin : 1851)
No Hadist 1852

وعنه - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ، وَلاَ يَنْظُرُ إلَيْهِمْ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ». رواه مسلم. «العَائِلُ»: الفَقِيرُ.

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada tiga macam orang yang tidak diajak berbicara oleh Allah -dengan pembicaraan yang menunjukkan keridhaan-, tidak pula disucikan -yakni diampuni dosanya- serta tidak dilihat olehNya -dengan pandangan kerahmatan- besok pada hari kiamat dan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja -atau kepala negara- yang pendusta serta orang miskin yang berlagak sombong." [Riwayat Muslim] Al'ail yaitu orang fakir. (HR.Riyadhus Shalihin : 1852)
No Hadist 1853

وعنهُ - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ وَالفُرَاتُ وَالنِّيلُ كُلٌّ مِنْ أَنْهَارِ الجَنَّةِ» . رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saihan, Jaihan, Furat dan Nil, semuanya itu adalah nama-nama sungai di syurga." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 1853)
No Hadist 1854

وعنه، قال: أخَذَ رسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - بِيَدِي فَقَالَ: «خَلَقَ اللهُ التُّرْبَةَ يَومَ السَّبْتِ، وَخَلَقَ فيها الجِبَالَ يَومَ الأحَدِ، وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَومَ الإثْنَينِ، وَخَلَقَ المَكْرُوهَ يَومَ الثُّلاَثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الأربِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوابَّ يَومَ الخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ - صلى الله عليه وسلم - بَعْدَ العَصْرِ مِنْ يَومِ الجُمُعَةِ في آخِرِ الخَلْقِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ فِيمَا بَيْنَ العَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ» . رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mengambil tangan saya, lalu bersabda: "Allah menciptakan tanah -yakni bumi- itu pada hari Sabtu, di situ Allah menciptakan gunung-gunung pada hari Ahad -Minggu-, menciptakan pohon-pohon pada hari Senin, menciptakan apa-apa yang tidak disenangi pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu dan Allah menyebarkan binatang-binatang di bumi itu pada hari Kamis. Allah menciptakan Adam a.s. sesudah Ashar pada hari Jum'at, yaitu pada akhir penciptaanNya pada semua makhluk, pada akhir saat dari waktu siang yakni antara waktu Ashar sampai malam." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 1854)
No Hadist 1855

وعن أَبي سليمان خالد بن الوليد - رضي الله عنه - قَالَ: لَقَدِ انْقَطَعتْ في يَدِي يَوْمَ مُؤْتَةَ تِسْعَةُ أسْيَافٍ، فَمَا بَقِيَ فِي يَدِي إِلاَّ صَفِيحَةٌ يَمَانِيَّةٌ. رواه البخاري.

Dari Abu Sulaiman yaitu Khalid bin al-Walid r.a., katanya: "Sesungguhnya telah putuslah -patah- di tanganku pada hari peperangan Mu'tah sebanyak sembilan buah pedang, maka yang masih tertinggal di tanganku tidak ada lain kecuali pedang bentuk buatan Yamani." [Riwayat Bukhari] (HR.Riyadhus Shalihin : 1855)
No Hadist 1856

وعن عمرو بن العاص - رضي الله عنه: أنَّه سَمِعَ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقولُ: «إِذَا حَكَمَ الحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ، ثُمَّ أَصَابَ، فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ وَاجْتَهَدَ، فَأَخْطَأَ، فَلَهُ أَجْرٌ». متفق عَلَيْهِ.

Dari 'Amr bin al-'Ash r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seorang hakim memberikan hukum -yakni keputusan- lalu ia berijtihad, kemudian benar -sesuai dengan kehendak agama Allah-, maka ia memperoleh dua pahala, sedang apabila ia memberikan hukum dan berijtihad lalu salah, maka ia memperoleh satu pahala." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 1856)
No Hadist 1857

وعن عائشة رَضِيَ اللهُ عنها: أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الحُمَّى مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ فَأَبْرِدُوهَا بِالمَاءِ». متفق عَلَيْهِ.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya penyakit panas itu berasal dari sebaran uap neraka Jahannam, maka dari itu dinginkanlah ia dengan menggunakan air." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 1857)
No Hadist 1858

وعنها رَضِيَ اللهُ عنها، عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَومٌ، صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ» متفق عَلَيْهِ. وَالمُخْتَارُ جَوَازُ الصَّومِ عَمَّنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ لِهَذَا الحَدِيثِ، وَالمُرادُ بالوَلِيِّ: القَرِيبُ وَارِثًا كَانَ أَوْ غَيْرَ وَارِثٍ.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi s.a.w., katanya: "Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia mempunyai tanggungan hutang puasa, maka bolehlah walinya berpuasa untuk menutupi hutangnya itu." (Muttafaq 'alaih) Menurut pendapat yang terpilih ialah bolehnya berpuasa untuk melunasi hutang puasa yang meninggal dunia karena berdasarkan hadis ini. Adapun yang dimaksud dengan perkataan wali -yang boleh mewakilkan puasanya itu- ialah keluarga yang berkedudukan sebagai ahli waris dari orang yang meninggal dunia tadi, ataupun yang bukan ahli warisnya. (HR.Riyadhus Shalihin : 1858)
No Hadist 1859

وعن عوف بن مالِك بن الطُّفَيْلِ: أنَّ عائشة رَضِيَ اللهُ عنها، حُدِّثَتْ أنَّ عبدَ اللهِ بن الزبير رضي الله عنهما، قَالَ في بَيْعٍ أَوْ عَطَاءٍ أعْطَتْهُ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عنها: واللهِ لَتَنْتَهِيَنَّ عَائِشَةُ أَوْ لأَحْجُرَنَّ عَلَيْهَا، قالَتْ: أَهُوَ قَالَ هَذَا! قالوا: نَعَمْ. قَالَتْ: هُوَ للهِ عَلَيَّ نَذْرٌ أَنْ لا أُكَلِّمَ ابْنَ الزُّبَيْرِ أَبَدًا، فَاسْتَشْفَعَ ابْنُ الزُّبَيْرِ إِلَيْهَا حِيْنَ طَالَتِ الهِجْرَةُ. فَقَالَتْ: لاَ، واللهِ لاَ أشْفَعُ فِيهِ أبدًا، وَلاَ أَتَحَنَّثُ إِلَى نَذْرِي. فَلَمَّا طَالَ ذَلِكَ عَلَى ابْنِ الزُّبَيرِ كَلَّمَ المِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ، وَعبدَ الرحْمَانِ ابْنَ الأسْوَدِ بْنِ عَبْدِ يَغُوثَ وقَالَ لَهُمَا: أنْشُدُكُمَا اللهَ لَمَا أدْخَلْتُمَانِي عَلَى عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عنها، فَإنَّهَا لاَ يَحِلُّ لَهَا أَنْ تَنْذِرَ قَطِيعَتِي، فَأقْبَلَ بِهِ المِسْوَرُ، وَعَبدُ الرحْمَانِ حَتَّى اسْتَأذَنَا عَلَى عَائِشَةَ فَقَالاَ: السَّلاَمُ عَلَيْكِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، أنَدْخُلُ؟ قالت عَائِشَةُ: ادْخُلُوا. قالوا: كُلُّنَا؟ قالتْ: نَعَمْ ادْخُلُوا كُلُّكُمْ، وَلاَ تَعْلَمُ أَنَّ معَهُمَا ابْنَ الزُّبَيرِ، فَلَمَّا دَخَلُوا دَخَلَ ابْنُ الزُّبَيرِ الحِجَابَ فَاعْتَنَقَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عنها، وَطَفِقَ يُنَاشِدُهَا وَيَبْكِي، وَطَفِقَ المِسْوَرُ، وَعَبدُ الرَّحْمَانِ يُنَاشِدَانِهَا إِلاَّ كَلَّمَتْهُ وَقَبِلَتْ مِنْهُ، وَيَقُولانِ: إنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - نَهَى عَمَّا قَدْ عَلِمْتِ مِنَ الهِجْرَةِ؛ وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ، فَلَمَّا أَكْثَرُوا عَلَى عَائِشَة مِنَ التَّذْكِرَةِ وَالتَّحْرِيجِ، طَفِقَتْ تُذَكرُهُمَا وَتَبْكِي، وَتَقُولُ: إنِّي نَذَرْتُ وَالنَّذْرُ شَدِيدٌ، فَلَمْ يَزَالاَ بِهَا حَتَّى كَلَّمَتِ ابْنَ الزُّبَيرِ، وأعْتَقَتْ فِي نَذْرِهَا ذَلِكَ أرْبَعِينَ رَقَبَةً، وَكَانَتْ تَذْكُرُ نَذْرَهَا بَعدَ ذَلِكَ فَتَبكِي حَتَّى تَبِلَّ دُمُوعُهَا خِمَارَهَا. رواه البخاري.

Dari Auf bin Malik bin at-Thufail bahwasanya Aisyah radhiallahu 'anha diberitahu bahwasanya Abdullah bin az-Zubair radhiallahu 'anhuma berkata dalam suatu pembelian atau suatu pemberian yang diberikan oleh Aisyah radhiallahu 'anha: "Demi Allah, sesungguhnya Aisyah harus suka menghentikan ini atau kalau tidak suka, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan berbicara padanya -yakni tidak menyapanya." Aisyah berkata: "Benarkah Abdullah bin az-Zubair berkata demikian." Orang-orang berkata: "Ya." Aisyah lalu berkata: "Saya bernazar karena Allah terhadap dirinya yaitu saya tidak akan berbicara dengan anak az-Zubair itu selama-lamanya." Abdullah bin az-Zubair meminta pertolongan untuk dapat bercakap-cakap lagi dengan Aisyah itu ketika keadaan tidak saling menyapa tadi sudah berjalan lama. Tetapi Aisyah tetap berkata: "Tidak, demi Allah, saya tidak akan menerima permintaan tolongnya itu dan saya tidak akan melanggar sumpah dalam nazar saya ini." Ketika peristiwa itu sudah dirasa amat lama sekali bagi Abdullah bin az-Zubair, lalu ia berbicara kepada al-Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al- Aswad bin Abdu Yaghuts dan berkata kepada kedua orang itu: "Saya meminta kepada saudara berdua, supaya engkau berdua dapat memasukkan saya di tempat Aisyah radhiallahu 'anha, sebab sesungguhnya ia tidak halal hukumnya untuk bernazar terus memutuskan hubungan kekeluargaan dengan saya." Al-Miswar dan Abdur Rahman menerima permintaannya itu, sehingga pada suatu ketika keduanya meminta izin pada Aisyah -dan Abdullah bin az-Zubair ikut serta. Keduanya berkata: Assalamu 'alaiki wa rahmatullahi wa barakatuh, apakah kita semua boleh masuk?" Aisyah berkata: "Masuklah semua." Mereka berkata: "Kita semuakah boleh masuk itu?" Ia menjawab: "Ya, masuklah engkau semua." Aisyah radhiallahu 'anha tidak mengerti bahwa Abdullah bin az-Zubair menyertai kedua orang tersebut. Setelah semuanya masuk, lalu Abdullah bin az-Zubair langsung masuk ke dalam tabir -sebab Aisyah radhiallahu 'anha ada di balik tabir kalau menemui lelaki dan Abdullah bin az-Zubair itu adalah kemanakannya sendiri yakni anak Asma', saudarinya. Abdullah segera merangkul Aisyah -bibinya- radhiallahu 'anha dan mulailah meminta-minta -agar dimaafkan kesalahannya- sambil menangis. Al-Miswar dan Abdur Rahman juga meminta-minta -supaya dimaafkan, kemudian suka bercakap-cakap lagi dengannya dan menerima permintaan maafnya itu. Keduanya berkata bahwasanya Nabi s.a.w. melarang apa yang dilakukan dalam hal tidak suka menyapanya itu. Juga bahwasanya seorang Muslim itu tidak halal untuk meninggalkan saudaranya -yaitu tidak menyapa- lebih dari tiga hari." Setelah orang-orang itu semuanya banyak-banyak dalam memberikan peringatan dan perihal remehnya soal yang menyebabkan tidak menyapa tadi, lalu Aisyah radhiallahu 'anha mulai memberitahukan kepada keduanya itu perihal nazarnya, kemudian ia menangis dan berkata: "Sesungguhnya saya telah bernazar dan nazar itu adalah berat tanggungannya." Keduanya tidak henti-hentinya memberikan peringatan dan akhirnya Aisyah radhiallahu 'anha suka berbicara lagi dengan Abdullah bin az-Zubair. Untuk menebus denda sumpah nazarnya -yang dilanggar- itu Aisyah radhiallahu 'anha memerdekakan empat puluh orang hamba sahaya -sebenarnya yang wajib hanyalah memerdekakan seorang hamba sahaya saja-, tetapi oleh sebab sangat taqwanya kepada Allah, lalu ia berbuat demikian. Aisyah selalu ingat saja akan nazarnya dulu setelah peristiwa kembali baik, kemudian menangis, sampai-sampai kerudungnya itu menjadi basah oleh airmatanya." [Riwayat Bukhari] (HR.Riyadhus Shalihin : 1859)
No Hadist 1860

وعن عُقْبَةَ بن عامِرٍ - رضي الله عنه: أنَّ رَسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - خَرَجَ إِلَى قَتْلَى أُحُدٍ، فَصَلَّى عَلَيْهِمْ بَعْدَ ثَمَانِ سِنينَ كَالمُوَدِّعِ لِلأَحْيَاءِ وَالأَمْوَاتِ، ثُمَّ طَلَعَ إِلَى المِنْبَرِ، فَقَالَ: «إنِّي بَيْنَ أيْدِيكُمْ فَرَطٌ وَأَنَا شَهِيدٌ عَلَيْكُمْ وإنَّ مَوْعِدَكُمُ الحَوْضُ، وإنِّي لأَنْظُرُ إِلَيْهِ مِنْ مَقَامِي هَذَا، أَلاَ وإنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوا، وَلَكِنْ أخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا» قَالَ: فَكَانَتْ آخِرَ نَظْرَةٍ نَظَرْتُهَا إِلَى رَسُولِ اللهِ - صلى الله عليه وسلم. متفق عَلَيْهِ. وفي رواية: «وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوا فِيهَا، وَتَقْتَتِلُوا فَتَهْلِكُوا كما هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ». قَالَ عُقْبَةُ: فكانَ آخِرَ مَا رَأيْتُ رَسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - عَلَى المِنْبَرِ. وفي روايةٍ قَالَ: «إنِّي فَرَطٌ لَكُمْ وَأنَا شَهِيدٌ عَلَيْكُمْ وإنِّي واللهِ لأَنْظُرُ إِلَى حَوْضِي الآنَ، وإنِّي أُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ خَزَائِنِ الأَرْضِ، أَوْ مَفَاتِيحَ الأرْضِ، وإنِّي واللهِ مَا أخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوا بَعْدِي، وَلَكِنْ أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنَافَسُوا فِيهَا». وَالمُرَادُ بِالصَّلاَةِ عَلَى قَتْلَى أُحُدٍ: الدُّعَاءُ لَهُمْ، لاَ الصَّلاَةُ المَعْرُوفَةُ.

Dari Uqbah bin Amir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. pergi keluar ke tempat orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Uhud, lalu beliau s.a.w. mendoakan mereka setelah terkubur selama delapan tahun, sebagai seorang yang hendak mohon diri untuk orang-orang yang masih hidup dan yang telah mati. Kemudian beliau s.a.w. naik ke mimbar lalu bersabda: "Sesungguhnya saya sekarang ini di hadapan engkau semua sebagai orang yang mendahului dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya tempat perjanjian kita bertemu lagi ialah di Haudh -sebuah danau di syurga. Sesungguhnya saya dapat melihat Haudh itu dari tempatku ini. Tidak ada yang benar-benar saya takuti untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan menjadi orang musyrik -sebab tentulah jauh dari kemusyrikan itu, tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba dalam mengejar keduniaan." Uqbah berkata: "Itulah yang merupakan pandangan saya yang terakhir yang saya dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Tetapi yang saya takutkan menimpa engkau semua ialah kalau engkau semua sama berlomba-lomba mengejar keduniaan dan engkau semua lalu saling perang memerangi, sehingga menyebabkan engkau semua rusak binasa sebagaimana rusak binasanya orang yang sebelummu semua dahulu." Uqbah berkata: "Itulah yang terakhir kali saya melihat Rasulullah s.a.w. berdiri di atas mimbar." Dalam riwayat lain lagi disebutkan: Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya sayalah yang dahulu sekali meninggalkan engkau semua dan saya menyaksikan atasmu semua. Sesungguhnya saya dapat melihat pada Haudhku itu sekarang. Sesungguhnya saya juga dikaruniai segala kunci perbendaharaan bumi serta kunci-kunci kekayaan bumi. Demi Allah, tidak ada yang saya takutkan untuk menimpa engkau semua kalau engkau semua akan berlaku musyrik sepeninggalku nanti, tetapi saya takut kalau engkau semua sama berlomba-lomba mengejar keduniaan." Yang dimaksudkan dengan shalat kepada orang-orang yang mati dalam peperangan Uhud itu ialah berdoa, jadi bukan shalat sebagaimana yang dimaklumi itu. (HR.Riyadhus Shalihin : 1860)