Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 1781

عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ اللهَ تعالى يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا، ويَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا: فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ، وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا، وَيَكْرَهُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وإضَاعَةَ المَالِ». رواه مسلم، وتقدم شرحه .

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu ridha untukmu semua akan tiga perkara dan benci untukmu semua akan tiga perkara pula. Allah ridha untukmu semua, jikalau engkau semua menyembahNya dan tidak menyekutukan sesuatu denganNya dan jikalau engkau semua berpegang teguh dengan agama Allah dengan bersama-sama -penuh rasa persatuan- dan engkau semua tidak bercerai-berai. Allah benci untukmu semua akan qif dan qal -dari si Fulan dan kata si Fulan, tanpa ada kepastian kebenarannya-, juga banyaknya pertanyaan serta menyia-nyiakan harta." Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan sudah lalu uraian hadis ini lihat hadis no.108. (HR.Riyadhus Shalihin : 1781)
No Hadist 1782

وعن ورَّادٍ كاتب المغيرة، قال: أَمْلَى عَلَيَّ المُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ في كِتابٍ إلَى مُعَاوِيَةَ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَقُولُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ: «لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ» وَكَتَبَ إلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَنْهَى عَنْ قِيلَ وَقَالَ، وَإضَاعَةِ المَالِ، وَكَثْرَةِ السُّؤَالِ، وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقُوقِ الأُمَّهَاتِ، وَوَأْدِ البَنَاتِ، وَمَنْعٍ وَهَاتِ. متفق عليه، وسبق شرحه .

Dari Warrad, penulis al-Mughirah, katanya:"Al-Mughirah bin Syu'bah mendiktekan -membacakan- kepada saya dalam suratnya yang disampaikan kepada Mu'awiyah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. itu mengucapkan setiap habis mengerjakan shalat yang diwajibkan, yaitu -yang artinya-: "Tiada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya pulalah segala kerajaan dan segala puji-pujian dan Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tiada yang dapat menolak terhadap apa yang telah Engkau karuniakan dan tidak ada yang kuasa memberi terhadap apa yang telah Engkau tolak dan tidak bergunalah kekayaan itu kepada orang yang memilikinya dari siksaMu." Selain itu ditulisnya pula suratnya kepada Mu'awiyah itu bahwasanya Nabi s.a.w. melarang dari qil dan qal -yakni-: dari si Anu dan kata si Anu, yaitu kata-kata belum diketahui kepastian kebenarannya, juga melarang menyia-nyiakan harta, memperbanyak pertanyaan. Beliau s.a.w. melarang pula berani -durhaka- kepada para ibu, menanam -mengubur- anak-anak perempuan hidup-hidup dan mencegah -yakni tidak melaksanakan- apa-apa yang wajib atas dirinya serta meminta apa-apa yang bukan miliknya." [Muttafaq 'alaih] Hadis ini sudah dijelaskan uraiannya -lihat hadis no.340-. (HR.Riyadhus Shalihin : 1782)
No Hadist 1783


Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang itu memberi isyarat kepada saudaranya dengan menggunakan pedang, sebab sesungguhnya ia tidak mengetahui barangkali syaitan menusukkan apa yang di tangannya itu -pada saudaranya tadi-, sehingga menyebabkan ia terjerumus dalam lubang neraka." [Muttafaq 'alaih] Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Abul Qasim -yakni Nabi Muhammad s.a.w.- bersabda: "Barangsiapa yang berisyarat kepada saudaranya dengan menggunakan besi, maka sesungguhnya para malaikat melaknatinya sehingga ia melemparkannya, sekalipun yang diberi isyarat itu adalah saudara seayah dan seibu." Sabdanya s.a.w.: Yanzi'a, ditulis dengan 'ain muhmalah serta kasrahnya zai, ada pula yang dengan ghain mu'jamah serta fathah-nya zai, maknanya berdekatan. Dengan 'ain muhmalah artinya melempar dan dengan mu'jamah artinya melempar dan merusak asal kata annaz'u itu artinya ialah menusuk dan merusak. (HR.Riyadhus Shalihin : 1783)
No Hadist 1784

وعن جابر - رضي الله عنه - قال: نهى رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - أَنْ يُتَعَاطَى السَّيْفُ مَسْلُولًا. رواه أبو داود والترمذي، وقال: «حديث حسن».

Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. melarang kalau pedang itu diberikan -atau diterima- dalam keadaan terhunus." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. (HR.Riyadhus Shalihin : 1784)
No Hadist 1785

عن أبي الشَّعْثَاءِ، قالَ: كُنَّا قُعُودًا مَع أبي هريرة - رضي الله عنه - في المَسْجِدِ، فَأَذَّن المُؤَذِّنُ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ المَسْجِدِ يَمْشِي، فَأَتْبَعَهُ أبُو هُريرَةَ بَصَرَهُ حَتَّى خَرَجَ مِنَ المَسْجِدِ، فقال أبو هريرة: أمَّا هذَا فَقَدْ عَصَى أبا القَاسِمِ - صلى الله عليه وسلم. رواه مسلم.

Dari Abusysya'tsa, katanya: "Kita semua duduk-duduk bersama Abu Hurairah r.a. dalam masjid, lalu muadzdzin beradzan, kemudian ada seorang lelaki berdiri dari masjid dan terus berjalan. Abu Hurairah mengikuti orang tersebut dengan pandangan matanya sehingga keluarlah orang tadi dari masjid. Abu Hurairah lalu berkata; "Orang itu benar-benar telah bermaksiat kepada Abul Qasim -yakni menyalahi ajaran Nabi Muhammad s.a.w-." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 1785)
No Hadist 1786

عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: قال رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ رَيْحَانٌ، فَلاَ يَرُدَّهُ، فَإنَّهُ خَفيفُ المَحْمِلِ، طَيِّبُ الرِّيحِ». رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ditawarkan kepadanya suatu harum-haruman maka janganlah ia menolaknya, sebab sesungguhnya harum-haruman itu ringan bawaannya serta harum baunya." [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 1786)
No Hadist 1787

وعن أنس بن مالكٍ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ لاَ يَرُدُّ الطِّيبَ. رواه البخاري.

Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. tidak pernah menolak kalau ditawari harum-haruman. [Riwayat Bukhari] (HR.Riyadhus Shalihin : 1787)
No Hadist 1788

وعن أبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - قال: سَمِعَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - رَجُلًا يُثْنِي عَلَى رَجُلٍ وَيُطْرِيهِ في المِدْحَة، فقالَ: «أهْلَكْتُمْ - أوْ قَطَعْتُمْ - ظَهْرَ الرَّجُلِ». متفق عليه. «وَالإطْرَاءُ»: المُبَالَغَةُ فِي المَدْحِ

Dari Abu Musa r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mendengar seorang lelaki memuji pada lelaki lain dan mempersangatkan -berlebih-lebihan- dalam memujinya itu, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Engkau telah merusakkan orang itu atau engkau telah mematahkan punggung orang itu." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 1788)
No Hadist 1789

وعن أبي بكرة - رضي الله عنه: أنَّ رجلًا ذُكِرَ عند النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَأَثْنَى عَلَيْهِ رَجُلٌ خَيْرًا، فقال النبيّ - صلى الله عليه وسلم: «وَيْحَكَ! قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ» يَقُولُهُ مِرَارًا: «إنْ كَانَ أحَدُكُمْ مَادِحًا لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أحْسِبُ كَذَا وَكَذَا إنْ كَانَ يَرَى أنَّهُ كَذَلِكَ وَحَسِيبُهُ اللهُ، وَلاَ يُزَكّى عَلَى اللهِ أحَدٌ». متفق عليه.

Dari Abu Bakrah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki disebut-sebut namanya di sisi Nabi s.a.w., lalu ada lelaki lain memujinya dengan menunjukkan kebaikannya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Celaka engkau, engkau telah mematahkan lehernya." Beliau s.a.w. mengucapkan ini berulang-ulang. Selanjutnya sabdanya lagi: "Jikalau seorang diantara engkau semua perlu harus memuji, maka hendaklah mengatakan: "Saya kira ia adalah demikian, demikian, apabila memang orang itu diketahuinya benar-benar seperti itu, sedang yang kuasa memperhitungkan amalannya adalah Allah juga dan tiadalah seseorang itu akan dianggap suci oleh Allah -hanya disebabkan banyaknya pujian yang diperolehnya dari orang-orang-." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 1789)
No Hadist 1790

وعن همام بن الحارث، عن المِقْدَادِ - رضي الله عنه: أنَّ رَجُلًا جَعَلَ يَمْدَحُ عُثْمانَ - رضي الله عنه - فَعَمِدَ المِقْدَادُ، فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ، فَجَعَلَ يَحثو في وَجْهِهِ الحَصْبَاءَ . فقالَ لَهُ عُثْمَانُ: مَا شَأنُكَ؟ فقال: إنَّ رسولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - قال: «إذَا رَأَيْتُمُ المَدَّاحِينَ، فَاحْثُوا فِي وُجُوهِهِمُ التُّرَابَ». رواه مسلم. فهذهِ الأحاديث في النَهي، وجاء في الإباحة أحاديث كثيرة صحيحة. قال العلماءُ: وطريق الجَمْعِ بين الأحاديث أَنْ يُقَالَ: إنْ كان المَمْدُوحُ عِنْدَهُ كَمَالُ إيمانٍ وَيَقينٍ، وَرِيَاضَةُ نَفْسٍ، وَمَعْرِفَةٌ تَامَّةٌ بِحَيْثُ لاَ يَفْتَتِنُ، وَلاَ يَغْتَرُّ بِذَلِكَ، وَلاَ تَلْعَبُ بِهِ نَفْسُهُ، فَليْسَ بِحَرَامٍ وَلاَ مَكْرُوهٍ، وإنْ خِيفَ عَلَيْهِ شَيءٌ مِنْ هذِهِ الأمورِ، كُرِهَ مَدْحُهُ في وَجْهِهِ كَرَاهَةً شَديدَةً، وَعَلَى هَذا التَفصِيلِ تُنَزَّلُ الأحاديثُ المُخْتَلِفَةُ فِي ذَلكَ. وَمِمَّا جَاءَ فِي الإبَاحَةِ قَولُهُ - صلى الله عليه وسلم - لأبي بكْرٍ - رضي الله عنه: «أرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ » أيْ مِنَ الَّذِينَ يُدْعَونَ مِنْ جَمِيعِ أبْوابِ الجَنَّةِ لِدُخُولِهَا. وَفِي الحَدِيثِ الآخر: «لَسْتَ مِنْهُمْ »: أيْ لَسْتَ مِنَ الَّذِينَ يُسْبِلُونَ أُزُرَهُمْ خُيَلاَءَ. وَقالَ - صلى الله عليه وسلم - لعُمَرَ - رضي الله عنه: «مَا رَآكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا إلاَّ سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ ». والأحاديثُ في الإباحة كثيرةٌ، وقد ذكرتُ جملةً مِنْ أطْرَافِهَا في كتاب «الأذكار» .

Dari Hammam bin al-Harits dari al-Miqdad r.a. bahwasanya ada seorang lelaki yang sedang memuji Usman r.a., lalu al-Miqdad menuju tempat orang tadi, kemudian berjongkok atas kedua lututnya dan mulailah melempari orang itu dengan kerikil di mukanya. Usman lalu berkata padanya: "Mengapa engkau berbuat demikian?" Al-Miqdad menjawab: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua melihat orang-orang yang suka memuji, maka lemparkanlah tanah pada muka mereka itu." (Riwayat Muslim) Hadis-hadis di atas itu menunjukkan larangan memberikan pujian. Tetapi ada pula Hadis-hadis yang banyak sekali jumlahnya dan shahih-shahih yang menerangkan bolehnya memberikan pujian itu. Para alim-ulama berkata: "Jalan mengumpulkan antara Hadis-hadis di atas -yang melarang dan yang membolehkan- ialah: Jikalau orang yang dipuji itu memiliki keimanan yang sempurna dan keyakinan yang baik, serta jiwa yang terlatih, demikian pula pengetahuan yang sempurna, sehingga tidak dikhawatirkan akan timbulnya fitnah dalam jiwanya sendiri apabila menerima pujian, juga tidak tertipu hatinya dengan demikian itu, malahan kalbunya tidak juga dapat dipermainkan dengan ucapan pujian tersebut, maka terhadap orang yang semacam ini pujian itu tidaklah haram dan tidak pula makruh. Tetapi jikalau dikhawatirkan akan adanya sesuatu dari perkara-perkara yang tersebut di atas, maka memuji itu adalah dimakruhkan di muka orang tersebut dengan kemakruhan yang sangat. Dengan cara pemisahan sebagaimana di atas itu diturunkannya beberapa hadis yang berselisihan tujuannya itu. Di antara Hadis-hadis yang menunjukkan bolehnya memuji itu ialah sabdanya Nabi s.a.w. kepada Abu Bakar r.a.: "Saya harap Anda termasuk golongan orang-orang itu -yakni yang dapat diundang dari segala macam pintu syurga, lihat hadis no.1213- untuk dapat masuk dari semuanya itu. Dalam hadis lain disebutkan: "Engkau bukan golongan orang-orang itu," yakni bukan golongan orang-orang yang memanjangkan sarungnya karena ada tujuan kesombongan -lihat Hadis no.788-. Demikian pula sabda Rasulullah s.a.w. kepada Umar r.a.: "Tidaklah syaitan itu melihat Anda menempuh sesuatu jalan, melainkan ia akan menempuh jalan selain dari jalan yang Anda lalui." Jadi Hadis-hadis mengenai bolehnya memberikan pujian itu banyak sekali dan sudah saya sebutkan sebagian dari petikan-petikannya dalam kitab al-Adzkar -yang dikarang oleh Imam an-Nawawi pula-. (HR.Riyadhus Shalihin : 1790)