Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 41

41 - باب تحريم العقوق وقطيعة الرحم قَالَ الله تَعَالَى: {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ} [محمد: 22 - 23]، وَقالَ تَعَالَى: {وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ} [الرعد: 25]، وَقالَ تَعَالَى: {وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا} [الإسراء: 23 - 24].<br>336 - وعن أَبي بكرة نُفَيع بن الحارث - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «ألا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبَرِ الكَبَائِرِ؟» - ثلاثًا - قُلْنَا: بَلَى، يَا رَسُول الله، قَالَ: «الإشْرَاكُ بالله، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ»، وكان مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: «ألاَ وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ» فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 337 - وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الكَبَائِرُ: الإشْرَاكُ بالله، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْس، وَاليَمِينُ الغَمُوسُ». رواه البخاري. «اليمين الغموس»: التي يحلفها كاذبًا عامدًا، سميت غموسًا؛ لأنها تغمس الحالِفَ في الإثم. 338 - وعنه أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مِنَ الكَبَائِر شَتْمُ الرَّجُل وَالِدَيهِ!»، قالوا: يَا رَسُولَ الله، وَهَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟! قَالَ: «نَعَمْ، يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أبَاه، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: «إنَّ مِنْ أَكْبَرِ الكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ!»، قِيلَ: يَا رَسُول الله، كَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيهِ؟! قَالَ: «يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ». 339 - وعن أَبي محمد جبيرِ بن مطعم - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِعٌ» قَالَ سفيان في روايته: يَعْنِي: قَاطِع رَحِم. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 340 - وعن أَبي عيسى المغيرة بن شعبة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّ اللهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ: عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْدَ البَنَاتِ، وكَرِهَ لَكُمْ: قِيلَ وَقالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإضَاعَةَ المَالِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ . قوله: «مَنْعًا» مَعنَاهُ: مَنْعُ مَا وَجَب عَلَيهِ، وَ «هَاتِ»: طَلَبُ مَا لَيْسَ لَهُ. وَ «وَأْد البَنَاتِ» مَعنَاهُ: دَفنُهُنَّ في الحَيَاةِ، وَ «قيلَ وَقالَ» مَعْنَاهُ: الحَديث بكُلّ مَا يَسمَعهُ، فيَقُولُ: قِيلَ كَذَا، وقَالَ فُلانٌ كَذَا مِمَّا لا يَعْلَمُ صِحَّتَهُ، وَلا يَظُنُّهَا، وَكَفَى بالمَرْءِ كذِبًا أَنْ يُحَدّثَ بكُلِّ مَا سَمِعَ. وَ «إضَاعَةُ المَال»: تَبذِيرُهُ وَصَرفُهُ في غَيْرِ الوُجُوهِ المأذُونِ فِيهَا مِنْ مَقَاصِدِ الآخِرةِ وَالدُّنْيَا، وتَرْكُ حِفظِهِ مَعَ إمكَانِ الحِفظِ. وَ «كَثْرَةُ السُّؤَال»: الإلحَاحُ فيما لاَ حَاجَة إِلَيْهِ. وفي الباب أحاديث سبقت في الباب قبله كحديث: «وأَقْطَعُ مَنْ قَطَعَك»، وحديث: «مَنْ قَطَعني قَطَعهُ الله» .

Bab 41. Keharamannya Berani -Durhaka- Kepada Orangtua Dan Memutuskan Ikatan Kekeluargaan &nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Apakah barangkali andaikata engkau semua berkuasa, maka engkau semua akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan ikatan kekeluargaanmu semua. Orang-orang yang sedemikian itu adalah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, lalu Allah memekakkan pendengaran mereka dan membutakan penglihatan mereka.&quot; (Muhammad: 22-23)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Dan orang-orang yang merusak janji Allah sesudah teguhnya dan pula memutuskan apa-apa yang diperintah oleh Allah untuk dihubungkannya serta membuat kerusakan di bumi, maka mereka itulah yang mendapatkan kelaknatan dan akan memperoleh tempat kediaman yang buruk.&quot; (ar-Ra'ad: 25)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan Tuhanmu telah menentukan supaya engkau semua jangan menyembah melainkan Dia dan supaya engkau semua berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan kalau salah seorang diantara keduanya ada di sisimu sampai usia tua, maka janganlah engkau berkata kepada keduanya dengan ucapan &quot;cis&quot; -yakni ucapan merendahkan-, dan jangan pula engkau menggertak keduanya, tetapi ucapkanlah kepada keduanya itu ucapan yang mulia -penuh kehormatan-.&nbsp;&quot;Dan turunkanlah sayap kerendahan -rendahkanlah dirimu- terhadap kedua orangtuamu itu dengan kasih sayang dan katakanlah: &quot;Ya Tuhanku, kasihanilah kedua orangtuaku itu sebagaimana keduanya mengasihi aku di kala aku masih kecil.&quot; (al-Isra': 23-24)&nbsp;336. Dari Abu Bakrah yaitu Nufai' bin al-Harits r.a'., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidakkah engkau semua suka saya beritahukan perihal sebesar-besarnya dosa besar?&quot; Beliau menyabdakan ini sampai tiga kali. Kita -para sahabat- menjawab: &quot;Baiklah, ya Rasulullah.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Menyekutukan kepada Allah dan berani kepada kedua orangtua.&quot; Semula beliau s.a.w. bersandar lalu duduk kemudian bersabda lagi: &quot;Ingatlah, juga mengucapkan kedustaan serta bersaksi secara palsu -maksudnya sebagai saksi palsu dan berkata dusta saat menjadi saksi-.&quot; Beliau s.a.w. senantiasa mengulang-ulanginya kata-kata yang akhir ini, sehingga kita mengucapkan: &quot;Alangkah baiknya, jikalau beliau diam berhenti mengucapkannya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;337. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w, bersabda: &quot;Dosa-dosa besar itu ialah menyekutukan kepada Allah, berani kepada kedua orangtua, membunuh seseorang -tidak sesuai dengan haknya- serta bersumpah secara palsu.&quot; (Riwayat Bukhari) Alyaminul ghamus ialah sesuatu yang disumpahkan oleh seorang dengan dusta dan disengaja, dinamakan ghamus, sebab sumpah sedemikian itu menerjunkan orang yang bersumpah itu ke dalam dosa.&nbsp;338. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Termasuk dalam golongan dosa-dosa besar ialah jikalau seorang itu memaki-maki kedua orang tuanya sendiri.&quot; Para sahabat bertanya: &quot;Ya Rasulullah, adakah seseorang itu -yang- memaki-maki kedua orang tuanya sendiri.&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Ya, yaitu apabila seseorang itu memaki-maki ayah seseorang, lalu orang yang dimaki-maki ayahnya itu lalu -membalas- memaki-maki ayahnya sendiri -yang memaki tersebut-. Atau seseorang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang yang dimaki-maki ibunya ini -membalas- memaki-maki ibunya sendiri -yang memaki tersebut-.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Sesungguhnya termasuk sebesar-besarnya dosa besar ialah apabila seorang itu melaknat kepada kedua orang tuanya sendiri.&quot; Beliau s.a.w. ditanya: &quot;Ya Rasulullah, bagaimanakah seorang itu melaknat kedua orang tuanya sendiri?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Yaitu orang tadi memaki-maki ayah orang lain, lalu orang ini -membalas- memaki-maki ayahnya sendiri -yang memaki tersebut- atau orang itu memaki-maki ibu orang lain, lalu orang ini -membalas- memaki-maki ibunya sendiri -yang memaki tersebut-.&quot;&nbsp;339. Dari Abu Muhammad, yaitu Jubair bin Muth'im r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidak akan masuk syurga seorang yang memutuskan.&quot; Sufyan berkata dalam riwayatnya bahwa yang dimaksudkan ialah memutuskan ikatan kekeluargaan. (Muttafaq 'alaih)&nbsp;340. Dari Abu Isa, yaitu al-Mughirah bin Syu'bah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu semua akan berani kepada para ibu, juga mencegah -tidak melaksanakan- apa-apa yang wajib atas dirinya, meminta yang bukan miliknya serta menanam anak-anak perempuan hidup-hidup. Allah membenci kepada kata-kata qil wa qal -yakni-: katanya dari si Anu, ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada kepastiannya, juga memperbanyak pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan kepada sesuatu yang bukan semestinya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Sabda Nabi s.a.w. man'an ialah mencegah atau tidak menunaikan apa-apa yang diwajibkan atau yang sudah menjadi kewajiban dirinya. Hati artinya meminta yang bukan milik atau haknya, Wa'dul banal, yaitu menanam anak-anak perempuan dengan hidup-hidup. Qil wa qal maknanya ialah segala sesuatu yang didengarnya -sekalipun belum pasti kebenarannya-. Orang yang suka qil wa qal itu suka mengatakan: &quot;Dikatakan oleh si Fulan itu begini, atau si Fulan itu berkata demikian, semua kata-kata itu tidak dapat diketahui kebenarannya atau bahkan tidak disangka bahwa kata-kata itu benar. Cukuplah seseorang itu disebut berdusta, jikalau ia mempercakapkan segala apa yang didengarnya. Idha'atul mal, yaitu ditabzirkan, diobralkan atau dibelanjakan untuk jurusan-jurusan yang tidak diizinkan oleh syariat, yaitu baik yang berhubungan dengan tujuan-tujuan keakhiratan atau keduniaan, atau tidak suka menyimpannya, padahal mungkin sekali untuk disimpan -yakin ia kuasa menyimpan-. Katsratus sual, yakni banyak bertanya atau meminta sesuatu yang ia sendiri tidak memerlukan itu. Dalam bab ini masih banyak lagi Hadis-hadis yang sudah disebutkan dalam bab sebelumnya seperti Hadis -yang artinya-: &quot;Dan Aku memutuskan orang yang memutuskan engkau -kekeluargaan-, juga hadis -yang artinya-: &quot;Barangsiapa yang memutuskan aku -kekeluargaan-, maka Allah memutuskan ia -lihat Hadis-hadis no.315 dan 323-. (HR.riyadhus_shalihin : 41)
No Hadist 42

42 - باب فضل بر أصدقاء الأب والأم والأقارب والزوجة وسائر من يندب إكرامه 341 - عن ابن عمر رضي الله عنهما: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنّ أَبَرَّ البرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبيهِ». 342 - وعن عبد الله بن دينار، عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رَجُلًا مِنَ الأعْرَابِ لَقِيَهُ بطَريق مَكَّةَ، فَسَلَّمَ عَلَيهِ عبدُ الله بْنُ عُمَرَ، وَحَمَلَهُ عَلَى حِمَارٍ كَانَ يَرْكَبُهُ، وَأَعْطَاهُ عِمَامَةً كَانَتْ عَلَى رَأسِهِ، قَالَ ابنُ دِينَار: فَقُلْنَا لَهُ: أَصْلَحَكَ اللهُ، إنَّهُمُ الأَعرَابُ وَهُمْ يَرْضَوْنَ باليَسِير، فَقَالَ عبد الله بن عمر: إنَّ أَبَا هَذَا كَانَ وُدًّا لِعُمَرَ بنِ الخطاب - رضي الله عنه - وإنِّي سَمِعتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ أبرَّ البِرِّ صِلَةُ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ». وفي رواية عن ابن دينار، عن ابن عمر: أنَّهُ كَانَ إِذَا خَرَجَ إِلَى مَكّةَ كَانَ لَهُ حِمَارٌ يَتَرَوَّحُ عَلَيهِ إِذَا مَلَّ رُكُوبَ الرَّاحِلةِ، وَعِمَامَةٌ يَشُدُّ بِهَا رَأسَهُ، فَبيْنَا هُوَ يَومًا عَلَى ذلِكَ الحِمَارِ إِذْ مَرَّ بِهِ أعْرابيٌّ، فَقَالَ: ألَسْتَ فُلاَنَ بْنَ فُلاَن؟ قَالَ: بَلَى. فَأَعْطَاهُ الحِمَارَ، فَقَالَ: ارْكَبْ هَذَا، وَأَعْطَاهُ العِمَامَةَ وَقالَ: اشْدُدْ بِهَا رَأسَكَ، فَقَالَ لَهُ بعضُ أصْحَابِهِ: غَفَرَ الله لَكَ أعْطَيْتَ هَذَا الأعْرَابيَّ حِمَارًا كُنْتَ تَرَوَّحُ عَلَيهِ، وعِمَامةً كُنْتَ تَشُدُّ بِهَا رَأسَكَ؟ فَقَالَ: إنِّي سَمِعتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: «إنَّ مِنْ أَبَرِّ البِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ أهْلَ وُدِّ أبيهِ بَعْدَ أَنْ يُولِّيَ» وَإنَّ أبَاهُ كَانَ صَديقًا لعُمَرَ - رضي الله عنه. رَوَى هذِهِ الرواياتِ كُلَّهَا مسلم. 343 - وعن أَبي أُسَيد - بضم الهمزة وفتح السين - مالك بن ربيعة الساعدي - رضي الله عنه - قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - إذ جَاءهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ، فَقَالَ: يَا رسولَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ برِّ أَبَوَيَّ شَيءٌ أَبِرُّهُما بِهِ بَعْدَ مَوتِهمَا؟ فَقَالَ: «نَعَمْ، الصَّلاةُ عَلَيْهِمَا، والاِسْتغْفَارُ لَهُمَا، وَإنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِما، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتي لا تُوصَلُ إلاَّ بِهِمَا، وَإكرامُ صَدِيقهمَا». رواه أَبُو داود. 344 - وعن عائشة رضي الله عنها، قَالَتْ: مَا غِرْتُ عَلَى أحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَة رضي الله عنها، وَمَا رَأيْتُهَا قَطُّ، وَلَكِنْ كَانَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا، وَرُبَّمَا ذَبَحَ الشَّاةَ، ثُمَّ يقَطِّعُهَا أعْضَاء، ثُمَّ يَبْعثُهَا في صَدَائِقِ خَديجَةَ، فَرُبَّمَا قُلْتُ لَهُ: كَأَنْ لَمْ يَكُنْ في الدُّنْيَا إلاَّ خَديجَةَ! فَيَقُولُ: «إنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ وَكَانَ لي مِنْهَا وَلَدٌ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: وإنْ كَانَ لَيَذْبَحُ الشَّاءَ، فَيُهْدِي في خَلاَئِلِهَا مِنْهَا مَا يَسَعُهُنَّ. وفي رواية: كَانَ إِذَا ذبح الشاة، يقولُ: «أَرْسِلُوا بِهَا إِلَى أَصْدِقَاءِ خَديجَةَ». وفي رواية: قَالَت: اسْتَأذَنَتْ هَالَةُ بِنْتُ خُوَيْلِد أُخْتُ خَدِيجَةَ عَلَى رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَعرَفَ اسْتِئذَانَ خَديجَةَ، فَارتَاحَ لِذَلِكَ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ هَالةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ». قولُهَا: «فَارتَاحَ» هُوَ بالحاء، وفي الجمعِ بَيْنَ الصحيحين للحُميدِي : «فارتاع» بالعينِ ومعناه: اهتم بهِ. 345 - وعن أنس بن مالك - رضي الله عنه - قَالَ: خرجت مَعَ جرير بن عبد الله البَجَليّ - رضي الله عنه - في سَفَرٍ، فَكَانَ يَخْدُمُني، فَقُلْتُ لَهُ: لاَ تَفْعَل، فَقَالَ: إِنِّي قَدْ رَأيْتُ الأنْصَارَ تَصْنَعُ برسول الله - صلى الله عليه وسلم - شيئًا آلَيْتُ عَلَى نَفسِي أَنْ لا أصْحَبَ أحَدًا مِنْهُمْ إلاَّ خَدَمْتُهُ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Bab 42. Keutamaan Berbakti Kepada Kawan-kawannya Ayah, Kawan-kawannya Ibu, Kerabat, Kawan-kawannya Istri Dan Orang Lainnya Yang Sunnah Dimuliakan&nbsp;&nbsp;341. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya suatu kebaktian yang terbesar kebaktiannya ialah jikalau seorang itu menghubungi -yakni mempererat hubungan- kepada sahabat ayahnya.&quot; Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada seorang lelaki dari golongan A'rab -golongan Arab yang berdiam di pedalaman- bertemu dengannya di suatu jalanan Makkah, lalu Abdullah bin Umar mengucapkan salam padanya dan dibawanya menaiki keledai yang dinaikinya sendiri, juga orang itu diberi sorban yang melilit di kepalanya. Ibnu Dinar berkata: &quot;Kita berkata kepadanya: &quot;Semoga Allah memberikan kebaikan padamu, sesungguhnya itu adalah orang A'rab dan orang-orang A'rab itu rela dengan apa-apa yang remeh.&quot; Lalu Abdullah bin Umar menjawab: &quot;Sesungguhnya ayahnya orang ini adalah kecintaan Umar bin Al khaththab -ayahnya sendiri- r.a., sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya kebaktian yang terbesar kebaktiannya ialah jikalau seorang itu menghubungi -mempereratkan hubungan- kepada sahabat ayahnya.&quot; Dalam riwayat lain dari Ibnu Dinar dari Ibnu Umar radhiallahu anhum, bahwasanya ia keluar ke Makkah. Ia mempunyai seekor keledai dan mengasuhkan diri sambil naik di atasnya, jikalau ia sudah bosan naik unta. Ia juga mempunyai sorban yang diikatkan pada kepalanya. Pada suatu hari ketika ia menaiki keledainya, tiba-tiba berlalulah di mukanya itu seorang A'rab, kemudian ia bertanya: &quot;Bukankah Anda itu si Fulan anak si Fulan itu?&quot; Ia menjawab: &quot;Benar.&quot; Orang itu lalu diberi olehnya keledai dan berkata: &quot;Naikilah ini.&quot; Juga diberi selembar sorban dan berkata: &quot;Ikatlah kepalamu dengan sorban ini.&quot; Sebagian sahabat Abdullah bin Umar lalu berkata: &quot;Semoga Allah mengampuni untukmu. Engkau telah memberikan kepada orang A'rab ini seekor keledai yang engkau gunakan untuk mengistirahatkan diri, juga engkau beri selembar sorban yang engkau ikatkan di kepalamu,&quot; Abdullah lalu menjawab: &quot;Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya tergolong sebesar-besar kebaktian ialah jikalau seorang itu menghubungi -mempereratkan hubungan- kepada kekasih ayahnya, setelah ayahnya itu meninggal dunia.&quot; Sesungguhnya ayahnya orang A'rab itu adalah sahabat dari Umar r.a. -yakni ayahnya Abdullah-. Yang meriwayatkan semua Hadis-hadis di atas itu adalah Imam Muslim.&nbsp;342. Dari Abu Usaid -dengan dhammahnya hamzah dan fathahnya sin- yaitu Malik bin Rabi'ah as-Sa'idi r.a., katanya: &quot;Pada suatu ketika kita semua duduk-duduk di sisi Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki dari Bani Salamah. Orang itu bertanya: &quot;Ya Rasulullah, apakah masih ada sesuatu amalan yang dapat saya amalkan sebagai kebaktian saya kepada dua orang tuaku setelah keduanya meninggal dunia?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Ya, masih ada. Yaitu mendoakan keselamatan untuk keduanya, memohonkan pengampunan kepadanya, melaksanakan janji kedua orang itu setelah wafatnya, mempereratkan hubungan kekeluargaan yang tidak dapat dihubungi kecuali dengan adanya kedua orang tua itu serta memuliakan sahabatnya.&quot; (Riwayat Abu Dawud) [Baca Status Hadis Disini]&nbsp;343. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Saya tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari semua istri-istri Nabi s.a.w. sebagaimana cemburu saya kepada Khadijah, padahal saya tidak pernah melihatnya sama sekali, tetapi Nabi s.a.w. memperbanyak menyebutkannya -yakni sering-sering disebut-sebutkan kebaikannya-. Kadang-kadang Nabi s.a.w. menyembelih kambing kemudian memotong-motongnya seanggota demi seanggota, kemudian dikirimkanlah kepada kawan-kawan Khadijah itu. Kadang-kadang saya juga berkata kepada Nabi s.a.w. itu: &quot;Seolah-olah tidak ada wanita lain di dunia ini melainkan Khadijah.&quot; Beliau s.a.w. lalu menjawab: &quot;Sesungguhnya keadaannya adalah sebagaimana yang ada itu dan memang dari dialah saya mendapatkan anak.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Beliau s.a.w. jika menyembelih kambing, lalu tentu menghadiahkan kepada sahabat-sahabat Khadijah dengan sebagian dari kambing itu, seberapa yang cukup untuk diberikan.&quot; Dalam riwayat lain lagi disebutkan: &quot;Rasulullah s.a.w. jikalau menyembelih kambing, lalu bersabda: &quot;Kirimkanlah yang ini kepada kawan-kawan Khadijah.&quot; Lagi dalam sebuah riwayat disebutkan: &quot;Halah binti Khuwailid yaitu saudarinya Khadijah meminta izin untuk menemui Rasulullah s.a.w., kemudian beliau mengingat Khadijah ketika saudarinya itu meminta izin menemuinya -sebab suaranya serupa benar dengan suara Khadijah dan ini mengingatkan benar-benar pada beliau s.a.w. pada zaman yang lampau semasih bergaul sebagai suami istri-. Kemudian beliau s.a.w. memperhatikan -bergembira- sekali untuk menemuinya itu dan bersabda: &quot;Ya Allah, ini adalah Halah binti Khuwailid.&quot; Ucapannya: Fartaha dengan menggunakan ha' dan dalam Aljam'u bainas shahihain oleh Humaidi disebutkan: Farta'a dengan menggunakan 'ain, artinya ialah memperhatikan padanya. Kalau fartaha artinya menjadi gembira.&nbsp;344. Dari Anas bin Malik r.a., katanya: &quot;Saya keluar bersama Jarir bin Abdullah Albajili r.a. dalam suatu berpergian. Jarir -yang usianya lebih tua dari Anas r.a.- selalu melayani saya, lalu saya berkata padanya: &quot;Jangan berbuat demikian itu -yakni melayani saya-.&quot; Kemudian ia berkata: &quot;Sesungguhnya saya telah melihat kaum Anshar melakukan sesuatu untuk Rasulullah s.a.w., maka saya bersumpah tidak akan mengawani seorang pun dari kaum Anshar itu, melainkan saya akan melayaninya.&quot; [33] (Muttafaq 'alaih)Catatan Kaki:&nbsp; [33] Maksudnya untuk memuliakan Nabi s.a.w.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 42)
No Hadist 43

43 - باب إكرام أهل بيت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وبيان فضلهم قَالَ الله تَعَالَى: {إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا} [الأحزاب: 33]، وَقالَ تَعَالَى: {وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32].<br>346 - وعن يزيد بن حَيَّانَ، قَالَ: انْطَلَقْتُ أنَا وحُصَيْنُ بْنُ سَبْرَة، وَعَمْرُو ابن مُسْلِم إِلَى زَيْد بْنِ أرقَمَ - رضي الله عنهم - فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْن: لَقَدْ لقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيرًا، رَأيْتَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وسمعتَ حديثَهُ، وغَزوْتَ مَعَهُ، وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ: لَقَدْ لَقِيتَ يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثيرًا، حَدِّثْنَا يَا زَيْدُ مَا سَمِعْتَ مِنْ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: يَا ابْنَ أخِي، وَاللهِ لقد كَبِرَتْ سِنِّي، وَقَدُمَ عَهدِي، وَنَسيتُ بَعْضَ الَّذِي كُنْتُ أَعِي مِنْ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - فما حَدَّثْتُكُمْ، فَاقْبَلُوا، ومَا لاَ فَلاَ تُكَلِّفُونيهِ. ثُمَّ قَالَ: قام رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَومًا فينا خَطِيبًا بمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالمَدِينَةِ، فَحَمِدَ الله، وَأثْنَى عَلَيهِ، وَوَعَظَ وَذَكَّرَ، ثُمَّ قَالَ: «أمَّا بَعدُ، ألاَ أَيُّهَا النَّاسُ، فَإنَّمَا أنَا بَشَرٌ يُوشِكَ أَنْ يَأتِي رسولُ ربِّي فَأُجِيبَ، وَأنَا تاركٌ فيكم ثَقَلَيْنِ: أوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ، فِيهِ الهُدَى وَالنُّورُ، فَخُذُوا بِكتابِ الله، وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ»، فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ الله، وَرَغَّبَ فِيهِ، ثُمَّ قَالَ: «وَأَهْلُ بَيْتِي أُذكِّرُكُمُ اللهُ في أهلِ بَيْتي، أذكرُكُمُ الله في أهل بيتي» فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ: وَمَنْ أهْلُ بَيتهِ يَا زَيْدُ، أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ مِنْ أهْلِ بَيتهِ، وَلكِنْ أهْلُ بَيتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعدَهُ، قَالَ: وَمَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ آلُ عَلِيٍّ، وَآلُ عقيل، وَآلُ جَعفَرَ، وآلُ عَبَّاسٍ. قَالَ: كُلُّ هؤلاء حُرِمَ الصَّدَقَةَ؟ قَالَ: نَعَمْ. رواه مسلم. وفي رواية: «ألاَ وَإنّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَليْنِ: أحَدُهُما كِتَابُ الله وَهُوَ حَبْلُ الله، مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الهُدَى، وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلاَلَة». 347 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، عن أَبي بكر الصديق - رضي الله عنه - مَوقُوفًا عَلَيهِ - أنَّهُ قَالَ: ارْقَبُوا مُحَمدًا - صلى الله عليه وسلم - في أهْلِ بَيْتِهِ. رواه البخاري. معنى «ارقبوه»: راعوه واحترموه وأكرموه، والله أعلم.

Bab 43. Memuliakan Ahli Baitnya Rasulullah s.a.w. Dan Menerangkan Keutamaan Mereka&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Sesungguhnya Allah menghendaki akan menghilangkan kotoran daripadamu semua, hai ahlul bait -yakni keluarga Rasulullah- dan membersihkan engkau semua dengan sebersih-bersihnya.&quot; (al- Ahzab: 33)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan barangsiapa yang memuliakan tanda-tanda suci -agama Allah-, maka sesungguhnya yang sedemikian itu adalah menunjukkan ketaqwaan hati.&quot; (al-Haj:32)&nbsp;Keterangan:Ahli bait Rasulullah s.a.w., yang di dalamnya termasuk pula zurriyah atau keturunannya dan yang dalam hukum Agama Islam sama sekali tidak boleh diberi sedekah dan merekapun haram pula menerimanya apabila diberi, di negeri kita pada umumnya diberi nama &quot;Sayyid&quot; bagi yang lelaki dan &quot;Sayyidah&quot; bagi yang wanita. Golongan sayyid atau sayyidah itu adalah dari keturunan Sayidina Hasan r.a. Adapun jika dari keturunan Sayidina Husain r.a., maka diberi nama &quot;Syarif&quot; bagi yang lelaki dan &quot;Syarifah&quot; bagi yang perempuan. Makna sebenarnya, sayyid adalah pemuka dari kata Saada Yasuudu, artinya mengepalai atau mengetuai, sedang Syarif artinya adalah orang yang mulia dari kata Syarufe Yasyrufu, maknanya mulia. Dalam hadis yang tertera di bavvah ini tercantum suatu anjuran kepada kita semua, agar kita memuliakan kepada golongan mereka, tetapi ini tidak bererti bahwa kita tidak perlu memuliakan kepada golongan selain mereka itu. Perihal penghormatan terhadap siapa pun juga manusianya, tetap wajib. Jadi dalam hal penghormatan sama sekali tidak ada diskriminasi atau perbedaan, baik mengenai caranya, menemui atau berhadapan dengannya dan lain-lain lagi. Jadi jikalau diantara golongan mereka ada yang meminta supaya dimuliakan lebih dari golongan selain mereka, maka hal itu tidak dapat dibenarkan, sebab manusia yang termulia di sisi Allah hanyalah yang terlebih ketaqwaannya kepada Allah Ta'ala itu belaka. Sebagian golongan ada yang menggunakan ayat di bawah ini sebagai nash atau dalil bahwa Nabi Muhammad s.a.w. menyuruh umatnya agar keturunan beliau s.a.w. lebih dimuliakan, lebih dihormati dan dialu-alukan daripada golongan lainnya. Ayat yang digunakan pedoman itu ialah yang berbunyi: &quot;Katakanlah -wahai Muhammad-! Untuk ajakan itu, aku tidak meminta upah atau bayaran kepadamu semua, melainkan kekasih sayangan terhadap keluarga&quot;. (asy-Syura:23) Oleh sementara golongan, keluarga yang wajib dikasih sayangi ialah keluarga Rasulullah s.a.w., dengan makna bahwa mereka yang diberi nama Sayyid, Sayyidah, Syarif atau Syarifah itu wajib lebih dimuliakan dan dihormati melebihi yang lain. Jadi makna Alqurbaa dikhususkan kepada keturunan Sayidina Hasan dan Sayidina Husain radhiallahu 'anhuma yang keduanya itu putera Sayidina Ali r.a. dan istrinya bernama Sayidatina Fathima radhiallahu 'anha yakni puteri Rasulullah s.a.w. Tetapi beberapa ahli tafsir menjelaskan bahwa makna dari lafaz Alqurbaa itu bukan dikhususkan untuk golongan&nbsp; keturunan Sayidina Hasan serta Sayidina Husain r.a. itu saja. Baiklah kita meneliti sejenak apa yang dijelaskan dalam Ash-Shawi, sebuah hasyiyah dari Tafsir Jalalain dan hasyiyah atau kupasan tersebut ditulis oleh Imam Ahmad ash-Shawi al-Maliki. Di antara kupasannya mengenai lafaz Alqurbaa beliau berkata:&nbsp;&quot;Para ahli tafsir sama berselisih pendapat dalam memberikan makna ayat ini,&quot; yang dimaksudkan ialah &quot;kasih sayang pada keluarga, sehingga jumlah pendapat itu menjadi tiga macam. Selanjutnya secara ringkasnya beliau menyatakan: Kekeluargaan. Kerabat atau rasa kefamilian antara seluruh kaum muslimin. Mentaqarrubkan atau mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan amal perbuatan yang baik dan diridhai olehNya. Jadi kalau yang digunakan menurut bagian (a) yakni yang pertama, maka benarlah bahwa zurriyah Nabi s.a.w. itulah yang dimaksudkan, sebagaimana juga tertera dalam hadis di bawah ini, yaitu no.345. Namun demikian, kalau ada yang mengatakan bahwa golongan mereka itu adalah manusia suci dari dosa, ataupun sudah pasti masuk syurga, atau pada akhir hayatnya pasti memperoleh husnul khatimah atau lain-lain yang bukan-bukan, maka sama sekali tidak dapat diterima, sebab, memang tidak ada keterangan dalam al-Quran atau hadis yang terjamin kebenarannya, sebab suci atau terjaga dari dosa (ma'shum minadz-dzunub) hanyalah para Nabi 'alaihimush shalatu wassalam, sedangkan masuk syurga ataupun memperoleh husnul khatimah adalah semata-mata di dalam ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sesudah kita meninjau salah satu kitab tafsir yang ditulis oleh angkatan tua, kini marilah kita meneliti apa yang ditulis oleh salah seorang ahli tafsir dari angkatan sekarang atau dalam abad kita ini, yaitu seorang Sayyid juga yang bernama Sayid Quthb dalam kitabnya yang bernama Fi-Zhilalil Quran yang artinya &quot;Di bawah naungan al-Quran.&quot; Keringkasan dari uraian beliau itu adalah sebagai berikut: &quot;Dalam menyampaikan agama Allah yakni Agama Islam kepada umatnya yang dimulainya dengan golongan kaum Quraisy, Nabi s.a.w. mendapat banyak tantangan dan permusuhan, beliau s.a.w. disakiti dan lain-lain. Padahal yang melakukan penganiayaan sedemikian itu adalah kaumnya sendiri, kaum Quraisy yang terdiri dari berbagai bathn atau perkampungan, padahal dalam setiap bathn dari golongan kaum Quraisy itu beliau pasti mempunyai ikatan kekeluargaan. Jadi yang diharapkan oleh beliau s.a.w. hendaklah mempunyai rasa kasih sayang sebab toh juga masih ada ikatan kekeluargaan yakni Alqurbaa. Sayid Quthb tidak memberikan ulasan selain yang diringkaskan di atas itu. Wallahu A'lam bish-shawaab.&nbsp;345. Dari Yazid bin Hayan, katanya: &quot;Saya berangkat bersama Hushain bin Sabrah dan Umar bin Muslim ke tempat Zaid bin Arqam r.a. Ketika kita sudah duduk-duduk di dekatnya, lalu Hushain berkata padanya: &quot;Hai Zaid, engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Engkau dapat kesempatan melihat Rasulullah s.a.w., mendengarkan Hadisnya, berperang besertanya dan juga bershalat di belakangnya. Sungguh-sungguh engkau telah memperoleh kebaikan yang banyak sekali. Cobalah beritahukan kepada kita apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. Zaid lalu berkata: &quot;Hai anak saudaraku, demi Allah, sungguh usiaku ini telah tua dan janji kematianku hampi tiba, juga saya sudah lupa akan sebagian apa yang telah pernah saya ingat dari Rasulullah s.a.w. Maka dari itu, apa yang saya beritahukan kepadamu semua, maka terimalah itu, sedang apa yang tidak saya beritahukan, hendaklah engkau semua jangan memaksa-maksakan padaku untuk saya terangkan.&quot; Selanjutnya ia berkata: &quot;Rasulullah s.a.w. pernah berdiri berkhutbah di suatu tempat berair yang disebut Khum, terletak antara Makkah dan Madinah. Beliau s.a.w. lalu bertahmid kepada Allah serta memujiNya, lalu menasihati dan memberikan peringatan, kemudian bersabda: &quot;Amma Ba'du, ingatlah wahai sekalian manusia, sesungguhnya saya ini adalah seorang manusia, hampir sekali saya didatangi oleh utusan Tuhanku -yakni malaikatul maut-, kemudian saya harus mengabulkan kehendakNya -yakni diwafatkan. Saya meninggalkan untukmu semua dua benda berat -agung- yaitu pertama Kitabullah yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya. Maka ambillah amalkanlah -dengan berpedoman kepada Kitabullah itu dan peganglah ia erat-erat.&quot; Jadi Rasulullah s.a.w. memerintahkan untuk berpegang teguh serta mencintai benar-benar kepada kitabullah itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: &quot;Dan juga ahli baitku. Saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku, sekali lagi saya memperingatkan kepadamu semua untuk bertaqwa kepada Allah dalam memuliakan ahli baitku.&quot; Hushain lalu berkata kepada Zaid: &quot;Siapakah ahli baitnya itu, hai Zaid. Bukankah istri-istrinya itu termasuk dari golongan ahli baitnya?&quot; Zaid menjawab: &quot;Ahli baitnya Rasulullah s.a.w. ialah Ahli keluarga keturunan -Ali, Alu Aqil, Alu Ja'far dan Alu Abbas-.&quot; Hushain mengatakan: &quot;Semua orang dari golongan mereka ini diharamkan menerima sedekah.&quot; Zaid berkata: &quot;Ya, benar.&quot; (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Ingatlah dan sesungguhnya saya meninggalkan kepadamu semua dua benda berat -agung-, pertama ialah Kitabullah. Itu adalah tali agama Allah. Barangsiapa yang mengikutinya ia dapat memperoleh petunjuk, sedang barangsiapa yang meninggalkan -mengabaikan- padanya, ia akan berada dalam kesesatan.&quot; Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. dalam sebuah hadis mauquf 'alaih, bahwasanya dia berkata: &quot;Intailah Muhammad s.a.w. dalam ahli baitnya.&quot; (Riwayat Bukhari) Maknanya Urqubuhu ialah jagalah dan hormati serta memuliakanlah ia, dengan menghormati serta memuliakan ahli baitnya Rasulullah s.a.w. itu. Wallahu a'lam. (HR.riyadhus_shalihin : 43)
No Hadist 44

44 - باب توقير العلماء والكبار وأهل الفضل وتقديمهم عَلَى غيرهم ورفع مجالسهم وإظهار مرتبتهم قَالَ الله تَعَالَى: {قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ} [الزمر: 9].<br>348 - وعن أَبي مسعودٍ عقبةَ بن عمرو البدري الأنصاري - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «يَؤُمُّ القَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ الله، فَإنْ كَانُوا في القِراءةِ سَوَاءً، فأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإنْ كَانُوا في السُّنَّةِ سَوَاءً، فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإنْ كَانُوا في الهِجْرَةِ سَوَاءً، فَأقْدَمُهُمْ سِنًّا، وَلاَ يُؤمّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ في سُلْطَانِهِ، وَلاَ يَقْعُدْ في بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إلاَّ بِإذْنهِ». رواه مسلم. وفي رواية لَهُ: «فَأقْدَمُهُمْ سِلْمًا» بَدَلَ «سِنًّا»: أيْ إسْلامًا. وفي رواية: «يَؤُمُّ القَومَ أقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ، وَأقْدَمُهُمْ قِراءةً، فَإنْ كَانَتْ قِرَاءتُهُمْ سَوَاءً فَيَؤُمُّهُمْ أقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإنْ كَانُوا في الهِجْرَةِ سَواء، فَليَؤُمُّهُمْ أكْبَرُهُمْ سِنًّا». والمراد «بِسلطانهِ»: محل ولايتهِ، أَو الموضعِ الَّذِي يختص بِهِ «وتَكرِمتُهُ» بفتح التاءِ وكسر الراءِ: وهي مَا ينفرد بِهِ من فِراشٍ وسَريرٍ ونحوهِما. 349 - وعنه، قَالَ: كَانَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا في الصَّلاةِ، ويَقُولُ: «اسْتَوُوا وَلاَ تَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ، لِيَلِني مِنْكُمْ أُولُوا الأحْلاَمِ وَالنُّهَى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ». رواه مسلم. وقوله - صلى الله عليه وسلم: «لِيَلِني» هُوَ بتخفيف النون وليس قبلها ياءٌ، وَرُوِيَ بتشديد النُّون مَعَ يَاءٍ قَبْلَهَا. «وَالنُّهَى»: العُقُولُ. «وَأُولُوا الأحْلام»: هُم البَالِغُونَ، وقَيلَ: أهْلُ الحِلْمِ وَالفَضْلِ. 350 - وعن عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «لِيَلِني مِنْكُمْ أُولُوا الأحْلام وَالنُّهَى، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» ثَلاثًا «وَإيَّاكُمْ وَهَيْشَاتِ الأسْوَاق». رواه مسلم. 351 - وعن أَبي يَحيَى، وقيل: أَبي محمد سهلِ بن أَبي حَثْمة - بفتح الحاءِ المهملة وإسكان الثاءِ المثلثةِ - الأنصاري - رضي الله عنه - قَالَ: انطَلَقَ عَبدُ اللهِ بنُ سهْلٍ وَمُحَيِّصَة بن مَسْعُود إِلَى خَيْبَرَ وَهِيَ يَومَئذٍ صُلْحٌ، فَتَفَرَّقَا، فَأتَى مُحَيِّصَةُ إِلَى عبدِ اللهِ ابنِ سهل وَهُوَ يَتشَحَّطُ في دَمِهِ قَتِيلًا، فَدَفَنَهُ، ثُمَّ قَدِمَ المَدِينَةَ فَانْطَلَقَ عَبدُ الرحمان ابنُ سهل وَمُحَيِّصَةُ وحوَيِّصَةُ ابْنَا مَسْعُودٍ إِلَى النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - فَذَهَبَ عَبدُ الرحمن يَتَكَلَّمُ، فَقَالَ: «كَبِّرْ كَبِّرْ» وَهُوَ أحْدَثُ القَوم، فَسَكَتَ، فَتَكَلَّمَا، فَقَالَ: «أتَحْلِفُونَ وتَسْتَحِقُّونَ قَاتِلَكُمْ؟ ... » وذكر تمام الحديث. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وقوله - صلى الله عليه وسلم: «كَبِّرْ كَبِّرْ» معناه: يتكلم الأكبر. 352 - وعن جابر - رضي الله عنه: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ يَجْمَعُ بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ مِنْ قَتْلَى أُحُد يَعْنِي في القَبْرِ، ثُمَّ يَقُولُ: «أيُّهُما أكْثَرُ أخذًا للقُرآنِ؟» فَإذَا أُشيرَ لَهُ إِلَى أحَدِهِمَا قَدَّمَهُ في اللَّحْدِ. رواه البخاري. 353 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أرَانِي فِي المَنَامِ أتَسَوَّكُ بِسِوَاكٍ، فَجَاءنِي رَجُلانِ، أحَدُهُما أكبر مِنَ الآخرِ، فَنَاوَلْتُ السِّوَاكَ الأصْغَرَ، فَقِيلَ لِي: كَبِّرْ، فَدَفَعْتهُ إِلَى الأكْبَرِ مِنْهُمَا». رواه مسلم مسندًا والبخاري تعليقًا. 354 - وعن أَبي موسى - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ مِنْ إجْلالِ اللهِ تَعَالَى: إكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ المُسْلِمِ، وَحَامِلِ القُرآنِ غَيْرِ الغَالِي فِيهِ، وَالجَافِي عَنْهُ، وَإكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ المُقْسِط » حديث حسن رواه أَبُو داود. 355 - وعن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده - رضي الله عنهم - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرنَا، وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبيرِنَا». حديث صحيح رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ الترمذي: «حديث حسن صحيح». وفي رواية أبي داود: «حَقَّ كَبيرِنَا». 356 - وعن ميمون بن أَبي شَبيب رحمه الله: أنَّ عائشة رَضي الله عنها مَرَّ بِهَا سَائِلٌ، فَأعْطَتْهُ كِسْرَةً، وَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ عَلَيهِ ثِيَابٌ وَهَيْئَةٌ، فَأقْعَدَتهُ، فَأكَلَ، فقِيلَ لَهَا في ذلِكَ؟ فقَالتْ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «أنْزِلُوا النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ». رواه أبو داود . لكن قال: ميمون لم يدرك عائشة. وقد ذكره مسلم في أول صحيحه تعليقًا فقال: وذكر عن عائشة رضي الله عنها قالت: أمرنا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أن ننزل الناس منازلهم، وَذَكَرَهُ الحَاكِمُ أَبُو عبد الله في كتابه «مَعرِفَة عُلُومِ الحَديث» وَقالَ: «هُوَ حديث صحيح». 357 - وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: قَدِمَ عُيَيْنَةُ بنُ حِصْن، فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أخِيهِ الحُرِّ بنِ قَيسٍ، وَكَانَ مِنَ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمرُ - رضي الله عنه - وَكَانَ القُرَّاءُ أصْحَاب مَجْلِس عُمَرَ وَمُشاوَرَتِهِ، كُهُولًا كاَنُوا أَوْ شُبَّانًا، فَقَالَ عُيَيْنَةُ لابْنِ أخيهِ: يَا ابْنَ أخِي، لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الأمِيرِ، فَاسْتَأذِنْ لِي عَلَيهِ، فاسْتَأذَن له، فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ - رضي الله عنه - فَلَمَّا دَخَلَ قَالَ: هِي يَا ابنَ الخَطَّابِ، فَواللهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ، وَلا تَحْكُمُ فِينَا بالعَدْلِ، فَغَضِبَ عُمَرُ - رضي الله عنه - حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ، فَقَالَ لَهُ الحُرُّ: يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، إنَّ الله تَعَالَى قَالَ لِنَبيِّهِ - صلى الله عليه وسلم: {خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199]، وَإنَّ هَذَا مِنَ الجَاهِلِينَ. واللهِ مَا جَاوَزَهاَ عُمَرُ حِينَ تَلاَهَا عليه، وكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللهِ تَعَالَى. رواه البخاري. 358 - وعن أَبي سعيد سَمُرة بنِ جُندب - رضي الله عنه - قَالَ: لقد كنتُ عَلَى عَهْدِ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - غُلاَمًا، فَكُنْتُ أَحْفَظُ عَنْهُ، فَمَا يَمْنَعُنِي مِنَ القَوْلِ إلاَّ أنَّ هَاهُنَا رِجَالًا هُمْ أسَنُّ مِنِّي. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 359 - وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَا أَكْرَمَ شَابٌّ شَيْخًا لِسِنِّهِ إلاَّ قَيَّضَ اللهُ لَهُ مَنْ يُكْرِمُهُ عِنْدَ سِنِّه». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث غريب».

Bab 44. Memuliakan Alim Ulama, Orang-orang Tua, Ahli Keutamaan Dan Mendahulukan Mereka Atas Lain-lainnya, Meninggikan Kedudukan Mereka Serta Menampakkan Martabat Mereka&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Katakanlah -hai Muhammad-, adakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya yang mengingat ialah orang-orang yang menggunakan fikirannya.&quot; (az-Zumar: 9)&nbsp;347. Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri al-Anshari r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum -waktu shalat- ialah yang terbaik bacaannya terhadap kitabullah -al-Quran-. Jikalau semua jamaah disitu sama baiknya dalam membaca kitabullah, maka yang terpandai dalam as-Sunnah -Hadis-. Jikalau semua sama pandainya dalam as-Sunnah, maka yang terdahulu hijrahnya. Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka yang tertua usianya. Janganlah seorang itu menjadi imamnya seorang yang lain dalam daerah kekuasaan orang lain itu dan jangan pula seorang itu duduk dalam rumah orang lain itu di atas bantalnya -orang lain tadi-, kecuali dengan izinnya -yang memiliki bantal tsb-.&quot; (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan oleh Imam Muslim: &quot;Maka yang terdahulu masuknya Islam&quot; sebagai ganti &quot;yang tertua usianya.&quot; Dalam riwayat lain lagi disebutkan: &quot;Yang berhak menjadi imamnya sesuatu kaum -waktu shalat ialah yang terbaik bacaannya terhadap kitabullah -al-Quran-, dan orang yang terdahulu pandai membacanya. Jikalau dalam pembacaan itu sama -dahulu dan pandainya-, maka hendaklah yang menjadi imam itu seorang yang terdahulu hijrahnya. Jikalau dalam hijrahnya sama dahulunya, maka hendaknya menjadi imam seorang yang tertua usianya.&quot; Yang dimaksudkan bisulthanihi yaitu tempat kekuasaannya atau tempat yang ditentukan untuknya. Takrimatihi dengan fathahnya ta' dan kasrahnya ra' ialah sesuatu yang dikhususkan untuk diri sendiri, baik berupa bantal, hamparan, kasur ataupun lain-lainnya.&nbsp;348. Dari Abu Mas'ud r.a. pula, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. mengusap bahu-bahu kita dalam shalat dan bersabda: &quot;Ratakanlah -saf-saf dalam shalat- dan jangan bersilih-silih lebih maju atau lebih ke belakang, sebab jikalau tidak rata, maka hatimu semua pun menjadi berselisih. Hendaklah menyampingi saya -dalam shalat itu- orang-orang yang sudah baligh dan orang-orang yang berakal diantara engkau semua. Kemudian di sebelahnya lagi ialah orang-orang yang bertaraf di bawah mereka ini lalu orang yang bertaraf di bawah mereka ini pula.&quot; (Riwayat Muslim) Sabda beliau s.a.w.: Liyalini diucapkan dengan takhfifnya nun -tidak disyaddahkan serta tidak menggunakan ya' sebelum nun ini, tetapi ada yang meriwayatkan dengan syaddahnya nun dan ada ya' sesudah nun itu, lalu dibaca liyalianni -. Annuha yakni akal. Ululahlami ialah orang-orang yang sudah baligh, ada pula yang mengertikan: ahli hilm -kesabaran- dan fadhal -keutamaan.&nbsp;349. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Hendaklah menyampingi saya -dalam shalat- itu orang-orang yang sudah baligh dan berakal, kemudian orang-orang yang bertaraf di bawah itu.&quot; Ini disabdakannya sampai tiga kali. Beliau s.a.w. lalu melanjutkan: &quot;Jauhilah olehmu semua akan berkeras-keras suara seperti -didalam- pasar. (Riwayat Muslim)&nbsp;350. Dari Abu Yahya, ada yang mengatakan, namanya: Abu Muhammad, yaitu Sahal bin Abu Hatsmah -dengan fathahnya ha' muhmalah dan sukunnya tsa' mutsallatsah- al-Anshari r.a., katanya: &quot;Abdullah bin Sahal dan Muhayyishah bin Mas'ud berangkat ke Khaibar dan pada saat itu antara penduduk Khaibar -dengan Nabi s.a.w.- ada persetujuan perdamaian. Kemudian kedua orang itu berpisah. Setelah itu Muhayyishah mendatangi tempat Abdullah bin Sahal, tetapi yang didatangi ini sudah dalam keadaan berlumuran darah dan telah terbunuh. Muhayyishah lalu menanamnya, terus berangkat kembali ke Madinah. Setelah itu Abdur Rahman bin Sahal, Muhayyishah dan Huwayyishah, yakni putera-putera Mas'ud, berangkat ke tempat Nabi s.a.w., lalu Abdur Rahman mulai berbicara, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Yang tua saja yang berbicara, yang tua saja yang berbicara,&quot; sebab Abdur Rahman adalah yang termuda antara orang-orang yang menghadap itu. Abdur Rahman lalu berdiam diri dan kedua orang itulah yang berbicara. Sesudah itu Nabi s.a.w. lalu bersabda: &quot;Adakah engkau semua -berani- bersumpah dan dapat menghaki -berhak atas- orang yang membunuhnya itu?&quot; Seterusnya Abu Yahya yang merawikan hadis ini -menyebutkan kelengkapan hadis di atas. (Muttafaq 'alaih)&nbsp;351. Dari Jabir r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mengumpulkan antara dua orang lelaki dari golongan orang-orang yang terbunuh dalam peperangan Badar -yakni dikumpulkan dalam sebuah kubur, kemudian beliau bertanya- kepada sahabat-sahabatnya: &quot;Manakah diantara kedua orang ini yang lebih banyak hafalnya pada al-Quran?&quot; Ketika beliau s.a.w. diberi isyarat antara salah satunya, maka yang dikatakan lebih banyak hafalannya al-Quran itulah yang lebih didahulukan untuk dimasukkan dalam liang lahad.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;352. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Saya pernah melihat diri saya sendiri dalam impian di waktu saya sedang bersugi -bersikat gigi- dengan menggunakan sebatang kayu siwak. Kemudian datanglah padaku dua orang lelaki, yang satu lebih tua daripada yang lainnya. Lalu siwak itu hendak saya berikan kepada orang yang lebih muda, tiba-tiba ada seorang yang berkata padaku: &quot;Berikanlah kepada yang tua.&quot; Oleh sebab itu, maka saya berikanlah kepada yang tertua diantara kedua orang tadi.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai musnad dan oleh Imam Bukhari sebagai ta'liq.&nbsp;353. Dari Abu Musa r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Setengah daripada cara mengagungkan Allah Ta'ala ialah dengan jalan memuliakan orang Islam yang sudah beruban serta orang yang hafal al-Quran yang tidak melampaui batas ketentuan -dalam membacanya- dan tidak pula meninggalkan membacanya. Demikian pula memuliakan seorang sultan -penguasa pemerintahan yang adil-.&quot; Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud.&nbsp;354. Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari neneknya r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidak termasuk golongan kita -umat Islam- orang yang tidak belas kasihan kepada golongan kecil diantara kita -baik usia atau kedudukannya- serta tidak termasuk golongan kita pula orang yang tidak mengerti kemuliaan -cara memuliakan- yang tua diantara kita.&quot; hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan: &quot;hak orang yang tua dari kita.&quot;&nbsp;355. Dari Maimun bin Abu Syabib bahwasanya Aisyah radhiallahu 'anha dilalui oleh seorang peminta-minta lalu olehnya diberi sepotong roti, juga dilalui oleh seorang lelaki yang mengenakan pakaian baik serta berkeadaan baik, lalu orang itu didudukkan kemudian ia makan. Kepada Aisyah ditanyakan, mengapa berbuat demikian -yakni tidak dipersamakan cara memberinya. Lalu ia berkata: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Letakkanlah masing-masing manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri.&quot; Diriwayatkan oleh Abu Dawud, tetapi kata Imam Abu Dawud: &quot;Maimun itu tidak pernah menemui Aisyah.&quot; hadis ini disebutkan oleh Imam Muslim dalam permulaan kitab shahihnya sebagai ta'liq, lalu katanya: &quot;Dan disebutkan dari Aisyah, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. memerintahkan kepada kita supaya kita menempatkan para manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri -yakni yang sesuai dengan kedudukannya.&quot; Imam Hakim Abu Abdillah menyebutkan ini dalam kitabnya Ma'rifatu 'ulumil hadis dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis shahih. [Baca Status Hadis Disini]&nbsp;356. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang -di Madinah- lalu bertemu di rumah anak saudaranya -sepupunya- yaitu Hur bin Qais. Hur ini adalah diantara golongan orang-orang yang dekat hubungannya dengan Umar r.a. dan memang para ahli membaca al-Quran itu menjadi sahabat dalam majlisnya Umar dan yang diajaknya bermusyawarah, baik pun mereka itu golongan orang-orang yang sudah tua ataupun yang masih pemuda. 'Uyainah berkata kepada sepupunya: &quot;Hai anak saudaraku, engkau ini mempunyai wajah -yakni dikenal amat baik- di sisi Amirul mu'minin ini -maksudnya Umar, maka dari itu mintakanlah izin untukku supaya aku dapat bertemu dengannya. Hur memintakan izin lalu Umar mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk lalu ia berkata: &quot;Ingat hai anaknya Alkhaththab, demi Allah, engkau ini tidak dapat memberikan banyak keenakan pada kita dan engkau tidak memerintah kepada kita dengan cara yang adil.&quot; Umar r.a. marah padanya sehingga hampir saja bermaksud akan memberikan hukuman pada 'Uyainah itu. Tetapi Hur kemudian berkata pada Umar: &quot;Hai Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman kepada Nabinya s.a.w. -yang artinya: &quot;Berilah pengampunan, perintahkan dengan kebajikan dan janganlah menghiraukan kepada orang-orang yang bodoh.&quot; (al-A'raf: 199) dan sesungguhnya orang ini -yakni 'Uyainah- adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh.&quot; Demi Allah, maka Umar tidak suka melanggar ayat tersebut ketika dibacakan padanya dan Umar adalah orang yang paling dapat menahan dirinya -yakni paling mentaati- kepada isi kitabullah Ta'ala itu.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;357. Dari Abu Said yaitu Samurah bin jundub r.a., katanya: &quot;Sesungguhnya saya dahulu itu sebagai seorang anak-anak di zaman Rasulullah s.a.w., maka saya menghafal -berbagai ajaran- dari beliau. Juga beliau tidak pernah melarang saya berbicara, melainkan jikalau di situ ada orang yang lebih tua usianya daripadaku sendiri.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;358. Dari Anas r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidaklah seorang pemuda itu memuliakan seorang tua karena usianya, melainkan Allah akan mengira-ngirakan untuknya orang yang akan memuliakannya nanti, jikalau ia telah berusia tua -maksudnya setelah tuanya pasti akan dimuliakan anak-anak yang lebih muda daripadanya-.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis gharib. [Baca Status Hadis Disini] (HR.riyadhus_shalihin : 44)
No Hadist 45

45 - باب زيارة أهل الخير ومجالستهم وصحبتهم ومحبتهم وطلب زيارتهم والدعاء منهم وزيارة المواضع الفاضلة قَالَ الله تَعَالَى: {وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا} إِلَى قوله تَعَالَى: {قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا} [الكهف: 60 - 66]، وَقالَ تَعَالَى: {وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ} [الكهف: 28].<br>360 - وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ أَبُو بكر لِعُمَرَ رضي الله عنهما بَعْدَ وَفَاةِ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم: انْطَلِقْ بِنَا إِلَى أُمِّ أَيْمَنَ - رضي الله عنها - نَزُورُهَا كَمَا كَانَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَزُورُهَا، فَلَمَّا انْتَهَيَا إِلَيْهَا، بَكَتْ، فَقَالاَ لَهَا: مَا يُبْكِيكِ؟ أمَا تَعْلَمِينَ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ لرَسُولِ الله - صلى الله عليه وسلم؟ فَقَالَتْ: مَا أبْكِي أَنْ لاَ أَكُونَ أَعْلَم أنَّ مَا عِنْدَ الله تَعَالَى خَيْرٌ لرسول الله - صلى الله عليه وسلم - ولَكِنْ أَبكي أَنَّ الوَحْيَ قدِ انْقَطَعَ مِنَ السَّماءِ، فَهَيَّجَتْهُمَا عَلَى البُكَاءِ، فَجَعَلاَ يَبْكِيَانِ مَعَهَا. رواه مسلم. 361 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم: «أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ في قَريَة أُخْرَى، فَأَرْصَدَ الله تَعَالَى عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أتَى عَلَيهِ، قَالَ: أيْنَ تُريدُ؟ قَالَ: أُريدُ أخًا لي في هذِهِ القَريَةِ. قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا عَلَيهِ؟ قَالَ: لا، غَيْرَ أنِّي أحْبَبْتُهُ في الله تَعَالَى، قَالَ: فإنِّي رَسُول الله إلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أحْبَبْتَهُ فِيهِ». رواه مسلم. يقال: «أرْصَدَهُ» لِكَذَا: إِذَا وَكَّلَهُ بِحِفْظِهِ، وَ «المَدْرَجَةُ» بِفْتْحِ الميمِ والرَّاءِ: الطَّرِيقُ، ومعنى «تَرُبُّهَا»: تَقُومُ بِهَا، وَتَسْعَى في صَلاحِهَا. 362 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ في الله، نَادَاهُ مُنَادٍ: بِأَنْ طِبْتَ، وَطَابَ مَمْشَاكَ، وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن»، وفي بعض النسخ: «غريب». 363 - وعن أَبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِنَّمَا مَثلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا مُنْتِنَةً». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. (يُحْذِيكَ): يُعْطِيكَ. 364 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَلِجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاك». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. ومعناه: أنَّ النَّاسَ يَقْصدونَ في العَادَة مِنَ المَرْأةِ هذِهِ الخِصَالَ الأرْبَعَ، فَاحْرَصْ أنتَ عَلَى ذَاتِ الدِّينِ، وَاظْفَرْ بِهَا، وَاحْرِصْ عَلَى صُحْبَتِها. 365 - وعن ابن عباس رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - لِجبريل: «مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَزُورنَا أكثَر مِمَّا تَزُورَنَا؟» فَنَزَلَتْ: {وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلاَّ بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ} [مريم: 64]. رواه البخاري. 366 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لا تُصَاحِبْ إلاَّ مُؤْمِنًا، وَلاَ يَأْكُلْ طَعَامَكَ إلاَّ تَقِيٌّ». رواه أَبُو داود والترمذي بإسناد لا بأس بِهِ. 367 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَليَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ». رواه أَبُو داود والترمذي بإسناد صحيح، وَقالَ الترمذي: «حديث حسن». 368 - وعن أَبي موسى الأشعري - رضي الله عنه: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: قيل للنبي - صلى الله عليه وسلم: الرَّجُلُ يُحبُّ القَومَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ؟ قَالَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ». 369 - وعن أنس - رضي الله عنه: أنَّ أعرابيًا قَالَ لرسول الله - صلى الله عليه وسلم: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَا أعْدَدْتَ لَهَا؟» قَالَ: حُبَّ الله ورسولهِ، قَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ ، وهذا لفظ مسلم. وفي رواية لهما: مَا أعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثيرِ صَوْمٍ، وَلاَ صَلاَةٍ، وَلاَ صَدَقَةٍ، وَلَكِنِّي أُحِبُّ الله وَرَسُولَهُ. 370 - وعن ابن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: جاء رجلٌ إلى رَسُولِ الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: يَا رَسُول الله، كَيْفَ تَقُولُ في رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ؟ فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أحَبَّ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 371 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «النَّاسُ مَعَادِنٌ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ، خِيَارُهُمْ في الجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ في الإسْلاَمِ إِذَا فَقهُوا، وَالأرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، ومَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ». رواه مسلم. وروى البخاري قوله: «الأَرْوَاحُ ... » إلخ مِنْ رواية عائشة رضي الله عنها. 372 - وعن أُسَيْر بن عمرو، ويقال: ابن جابر وَهُوَ - بضم الهمزة وفتح السين المهملة - قَالَ: كَانَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ - رضي الله عنه - إِذَا أتَى عَلَيهِ أَمْدَادُ أهْلِ اليَمَنِ سَألَهُمْ: أفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ؟ حَتَّى أتَى عَلَى أُوَيْسٍ - رضي الله عنه - فَقَالَ لَهُ: أَنْتَ أُوَيْسُ ابْنُ عَامِر؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ، فَبَرَأْتَ مِنْهُ إلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: لَكَ وَالِدةٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: سَمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «يَأتِي عَلَيْكُمْ أُويْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ اليَمَنِ مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ، فَبَرَأَ مِنْهُ إلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالدةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى الله لأَبَرَّهُ، فإنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَل» فَاسْتَغْفِرْ لي فَاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: أَيْنَ تُريدُ؟ قَالَ: الكُوفَةَ، قَالَ: ألاَ أَكْتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا؟ قَالَ: أكُونُ في غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيَّ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ العَامِ المُقْبِلِ حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ، فَوافَقَ عُمَرَ، فَسَألَهُ عَنْ أُوَيْسٍ، فَقَالَ: تَرَكْتُهُ رَثَّ البَيْتِ قَليلَ المَتَاع، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقولُ: «يَأتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أمْدَادٍ مِنْ أَهْلِ اليَمَنِ مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إلاَّ مَوضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أقْسَمَ عَلَى اللهِ لأَبَرَّهُ، فَإنِ اسْتَطْعتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ، فَافْعَلْ» فَأتَى أُوَيْسًا، فَقَالَ: اسْتَغْفِرْ لِي. قَالَ: أَنْتَ أحْدَثُ عَهْدًا بسَفَرٍ صَالِحٍ، فَاسْتَغْفِرْ لي. قَالَ: لَقِيتَ عُمَرَ؟ قَالَ: نَعَمْ، فاسْتَغْفَرَ لَهُ، فَفَطِنَ لَهُ النَّاسُ، فَانْطَلَقَ عَلَى وَجْهِهِ. رواه مسلم. وفي رواية لمسلم أيضًا عن أُسَيْر بن جابر - رضي الله عنه: أنَّ أهْلَ الكُوفَةِ وَفَدُوا عَلَى عُمَرَ - رضي الله عنه - وَفِيهمْ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ يَسْخَرُ بِأُوَيْسٍ، فَقَالَ عُمَرُ: هَلْ هاهُنَا أَحَدٌ مِنَ القَرَنِيِّينَ؟ فَجَاءَ ذلِكَ الرَّجُلُ، فَقَالَ عمرُ: إنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَدْ قَالَ: «إنَّ رَجُلًا يَأتِيكُمْ مِنَ اليَمَنِ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسٌ، لاَ يَدَعُ باليَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ، قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا الله تَعَالَى، فَأذْهَبَهُ إلاَّ مَوضِعَ الدِّينَارِ أَو الدِّرْهَمِ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ، فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ». وفي رواية لَهُ: عن عمر - رضي الله عنه - قَالَ: إنِّي سَمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: أُوَيْسٌ، وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ، فَمُرُوهُ، فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ». قوله: «غَبْرَاءِ النَّاسِ» بفتح الغين المعجمة، وإسكان الباءِ وبالمد: وهم فُقَرَاؤُهُمْ وَصَعَالِيكُهُمْ وَمَنْ لا يُعْرَفُ عَيْنُهُ مِنْ أخلاطِهِمْ «وَالأَمْدَادُ» جَمْعُ مَدَدٍ: وَهُمُ الأَعْوَانُ وَالنَّاصِرُونَ الَّذِينَ كَانُوا يُمدُّونَ المُسْلِمِينَ في الجهَاد. 373 - وعن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - قَالَ: اسْتَأذَنْتُ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - في العُمْرَةِ، فَأذِنَ لِي، وَقالَ: «لاَ تَنْسَنا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ» فَقَالَ كَلِمَةً مَا يَسُرُّنِي أنَّ لِي بِهَا الدُّنْيَا. وفي رواية: وَقالَ: «أشْرِكْنَا يَا أُخَيَّ في دُعَائِكَ». حديث صحيح رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ: «حديث حسن صحيح». 374 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قَالَ: كَانَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يزور قُبَاءَ رَاكِبًا وَمَاشِيًا، فَيُصَلِّي فِيهِ رَكْعَتَيْنِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: كَانَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يَأتي مَسْجِد قُبَاءَ كُلَّ سَبْتٍ رَاكبًا، وَمَاشِيًا وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَفْعَلُهُ.

Bab 45.Berziarah Kepada Para Ahli Kebaikan, Duduk-duduk Dengan Mereka, Mengawani -Menemani- Mereka, Mencintai Mereka, Meminta Mereka Supaya Berziarah Ke Tempat Kita, Meminta Doa Dari Mereka Serta Berziarah Ke Tempat-tempat Yang Utama&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan ketika Musa berkata kepada bujangnya: &quot;Saya tidak akan berhenti berjalan sehingga sampai di pertemuan dua sungai atau aku berjalan sampai bertahun-tahun sehingga firman Allah: &quot;Musa berkata kepadanya -yakni Hidhir-: &quot;Bolehkah aku mengikuti engkau dengan maksud supaya engkau mengajarkan kepadaku kebenaran yang telah diajarkan kepadamu?” [34] (al-Kahfi: 60-66)&nbsp;Keterangan:Orang yang hendak dicari oleh Nabiyullah Musa a.s. yang dianggapnya lebih pandai daripadanya sendiri itu ialah Hidhir. Sebagian alim-ulama ada yang mengatakan bahwa Hidhir itu adalah seorang Nabi, ada pula yang mengatakan, ia seorang waliyullah yang memiliki karamah (keistimewaan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa sebagai tanda kemuliaan yang dikaruniakan oleh Allah padanya, jadi sama halnya dengan mu'jizat bagi seorang Nabi atau Rasul), juga ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang shalih saja. Jadi dalam hal ini banyak pendapat alim-ulama Islam. Mana yang benar, hanyalah Allah Ta'ala yang Maha Mengetahui. Juga diperselisihkan pula oleh beliau-beliau itu perihal kematian atau masih hidupnya Hidhir itu sampai saat ini, hingga tibanya hari kiamat nanti sebagaimana diperselisihkannya tentang kematian atau masih hidupnya Nabiyullah Isa al-Masih a.s. Tegasnya ada sebagian ulama yang menyatakan pendapatnya bahwa kedua beliau itu masih hidup dan baru akan mati nanti setelah datangnya hari kiamat, tetapi hidupnya Hidhir a.s. di bumi dan Isa a.s. di langit. Juga ada sebagian ulama yang menyatakan pendapatnya bahwa keduanya itu sudah mati. Wallahu A'lam bishshawaab. Ketika Nabiyullah Musa a.s. hendak mencari Hidhir, Allah memberikan petunjuk kepadanya bahwa tempat Hidhir itu ada di Majma'ul Bahrain yakni tempat pertemuan dua lautan. Inipun diperselisihkan pula, ada yang mengatakan bahwa lautan di situ maksudnya dua sungai. Jadi Majma'ul Bahrain, artinya ialah pertemuan dua sungai yakni Sungai Nil Biru dan Nil Putih. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan memang betul-betul pertemuan dua lautan, yakni lautan Hitam yang dulu masuk wilayah kerajaan Parsi di zaman kejayaannya dan lautan Tengah yang dulu masuk wilayah kerajaan Romawi di zaman keemasannya. Jadi kalau ini yang dianggap benar, maka pertemuan kedua lautan itu ialah di selat Bospores yang kini masuk wilayah Turki. Namun demikian, semua pendapat itu masih merupakan serba kemungkinan dan belum dapat dipastikan keshahihannya. Wallaahu A'lam bishshawaab.&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan sore, mereka menginginkan keridhaan Tuhan.&quot; (al-Kahfi: 28)&nbsp;359. Dari Anas r.a., berkata: &quot;Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu 'anhuma setelah wafatnya Rasulullah s.a.w.: &quot;Marilah berangkat bersama kita ke tempat Ummu Aiman [35] agar kita dapat berziarah padanya, sebagaimana Rasulullah s.a.w. juga menziarahinya. Setelah keduanya sampai di tempatnya, Ummu Aiman menangis, lalu keduanya bertanya: &quot;Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah s.a.w.?&quot; Ummu Aiman lalu menjawab: &quot;Sesungguhnya saya bukannya menangis karena saya tidak mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik untuk Rasulullah s.a.w. itu, tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus dari langit.&quot; Jawaban Ummu Aiman menyebabkan tergeraknya hati kedua orang tersebut untuk menangis lalu kedua orang itu pun mulai pula menangis bersama Ummu Aiman.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;360. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bahwasanya ada seorang lelaki berziarah kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan -yang dilaluinya-. Setelah orang itu melalui jalan itu, berkatalah malaikat kepadanya: &quot;Kemana engkau menghendaki?&quot; Orang itu menjawab: &quot;Saya hendak ke tempat seorang saudaraku di desa ini.&quot; Malaikat bertanya lagi: &quot;Adakah suatu kenikmatan yang hendak kau peroleh dari saudaramu itu?&quot; Ia menjawab: &quot;Tidak, hanya saja saya mencintainya karena Allah.&quot; Malaikat lalu berkata: &quot;Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah untuk menemuimu -guna memberitahukan- bahwa sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena Allah.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;361. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang meninjau orang sakit atau berziarah kepada saudaranya karena Allah, maka berserulah seorang yang mengundang-undang: &quot;Engkau melakukan kebaikan dan baik pulalah perjalananmu, serta engkau dapat menduduki tempat dalam syurga.&quot; &quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan dan dalam sebagian naskah disebutkan sebagai hadis gharib.&nbsp;362. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai pembawa minyak misik -yang baunya harum- dan peniup perapian -pandai besi. Pembawa minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau engkau dapat membelinya, atau -setidak-tidaknya- engkau dapat memperoleh wanginya -bau yang harum daripadanya. Adapun peniup perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan pakaianmu atau engkau akan memperoleh bau yang busuk daripadanya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;363. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Seorang wanita itu dikawini karena empat perkara, yaitu karena ada hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena teguh agamanya. Maka dari itu dapatkanlah -yakni usahakanlah untuk memperoleh- yang mempunyai keteguhan agama, tentu kedua tanganmu merasa puas -yakni hatimu menjadi tenteram.&quot; (Muttafaq 'alaih) Adapun maknanya hadis di atas itu ialah bahwasanya para manusia itu dalam ghalibnya menginginkan wanita itu karena adanya empat perkara di atas itu, tetapi engkau sendiri hendaklah menginginkan lebih-lebih yang beragama teguh. Wanita sedemikian itulah yang harus didapatkan dan berlumbalah untuk mengawininya.&nbsp;364. Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. bersabda -kepada- Jibril a.s.: &quot;Apakah sebabnya Tuan tidak suka berziarah pada kami yang lebih banyak lagi -lebih sering- daripada yang Tuan berziarah sekarang ini?&quot; Kemudian turunlah ayat -yang artinya-: Dan kami tidak turun melainkan dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa yang ada di hadapan serta di belakang kita [36] dan apa saja yang ada diantara yang tersebut itu.&quot; (Maryam: 64) (Riwayat Imam Bukhari)&nbsp;365. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Janganlah engkau bersahabat, melainkan -dengan- orang yang mu'min dan janganlah makan makananmu itu kecuali orang yang bertaqwa.&quot; Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan isnad yang tidak mengapa untuk dijadikan pegangan.&nbsp;366. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Seorang itu adalah menurut agama kekasihnya -teman atau sahabatnya-. Maka hendaklah seorang dari engkau semua itu melihat -meneliti benar-benar- orang yang dijadikan kekasihnya itu.&quot; Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan isnad shahih dan Imam Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.&nbsp;367. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:&nbsp; &quot;Seseorang itu beserta orang yang dicintainya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam suatu riwayat lain disebutkan: Abu Musa r.a. berkata: &quot;Nabi s.a.w. ditanya: &quot;Ada seorang mencintai sesuatu kaum, tetapi ia tidak pernah menemui mereka itu, bagaimanakah?&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Seseorang itu beserta orang yang dicintainya.&quot;&nbsp;368. Dari Anas r.a. bahwasanya ada seorang A'rab -orang Arab pedalaman- berkata kepada Rasulullah s.a.w.: &quot;Kapankah datangnya hari kiamat?&quot; Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya: &quot;Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menemuinya?&quot; A'rab itu menjawab: &quot;Kecintaanku kepada Allah dan RasulNya.&quot; Kemudian beliau s.a.w. bersabda: &quot;Engkau akan menyertai orang yang engkau cintai.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaz Imam Muslim. Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim lainnya, disebutkan demikian: A'rab berkata: &quot;Saya tidak menyiapkan sesuatupun untuk menemui hari kiamat itu, baik yang berupa banyaknya puasa, shalat atau sedekah, tetapi saya ini adalah mencintai Allah dan RasulNya.&quot;&nbsp;369. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: &quot;Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu berkata: &quot;Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan mengenai seorang yang mencintai sesuatu kaum, tetapi tidak pernah menemui kaum itu?&quot; [37] Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Seorang itu beserta orang yang dicintainya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;370. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Para manusia ini adalah bagaikan benda logam, sebagaimana juga logam emas dan perak. Orang-orang pilihan diantara mereka di zaman Jahiliyah adalah orang-orang pilihan pula di zaman Islam, jikalau mereka menjadi pandai -dalam hal agama. Ruh-ruh itu adalah sekumpulan tentara yang berlain-lainan, maka mana yang dikenal dari golongan ruh-ruh tadi tentulah dapat menjadi rukun damai, sedang mana yang tidak dikenalinya dari golongan ruh-ruh itu tentulah berselisihan -maksudnya ruh baik berkumpulnya ialah dengan ruh baik, sedang yang buruk dengan yang buruk.&quot; (Riwayat Muslim) Imam Bukhari meriwayatkan sabda Nabi s.a.w. Al-Arwah dan seterusnya itu dari riwayat Aisyah radhiallahu 'anha.&nbsp;Keterangan:Dalam menafsiri pengertian perihal ruh itu ada yang saling kenal mengenal yakni 'Ta'aruf dan ada yang tidak saling kenal-mengenal yakni Tanakur, maka Imam Ibnu Abdissalam berkata sebagai berikut: &quot;Hal itu yakni kenal atau tidak kenal, maksudnya adalah mengenai keadaan sifat. Artinya andaikata Anda mengetahui seorang yang berlainan sifatnya dengan Anda, misalnya Anda seorang yang berbakti kepada Allah dan yang dikenal itu orang yang tidak berbakti atau mengaku ketiadaan Allah, sekalipun kenal orangnya, tetapi tidak saling kenal mengenal jiwa, ruh ataupun faham yang dianutnya. Sebaliknya jika orang itu sama dengan Anda perihal keadaan sifatnya, sama-sama berbaktinya kepada Allah, sama-sama berjuang untuk meluhurkan kalimat Allah, sama-sama membenci kepada kemungkaran dan kemaksiatan, maka selain kenal orangnya, juga sesuai jiwanya, sesuai ruhnya dan sejalan dalam faham yang dianutnya. Oleh sebab itu dalam sebuah hadis lain disebutkan bahwa seorang yang merasa jiwanya itu masih lari atau enggan mengikuti ajakan orang yang mulia dan utama amalannya, pula bagus kelakuannya, hendaknya segera mencari sebab-sebabnya, sekalipun ia sudah mengaku sebagai manusia muslim. Selanjutnya setelah penyakitnya ditemukan, hendaknya secepatnya diubati dan dibuang apa yang menyebabkan ia sakit sedemikian. Cara inilah yang sebaik-baiknya untuk menyelamatkan diri dari sifat yang buruk, sehingga ruhnya dan jiwanya dapat saling berkenalan dengan golongan orang-orang yang baik pula ruh dan jiwanya.&quot;&nbsp;371. Dari Usair bin Amr, ada yang mengatakan bahwa ia adalah bin Jabir -dengan dhammahnya hamzah dan fathahnya sin muhmalah-, katanya: &quot;Umar bin Alkhaththab ketika didatangi oleh sepasukan pembantu -dalam peperangan- dari golongan penduduk Yaman, lalu ia bertanya kepada mereka: &quot;Adakah diantaramu semua seorang yang bernama Uwais bin 'Amir?&quot; Akhirnya sampailah Uwais itu ada di mukanya, lalu Umar bertanya: &quot;Adakah anda bernama Uwais.&quot; Uwais menjawab: &quot;Ya.&quot; Ia bertanya lagi: &quot;Benarkah dari keturunan kabilah Murad dari lingkungan suku Qaran?&quot; Ia menjawab: &quot;Ya.&quot; Ia bertanya pula: &quot;Adakah Anda mempunyai penyakit supak, kemudian Anda sembuh daripadanya, kecuali hanya di suatu tempat sebesar uang dirham?&quot; Ia menjawab: &quot;Ya.&quot; Ia bertanya lagi: &quot;Adakah Anda mempunyai seorang ibu?&quot; Ia menjawab: &quot;Ya.&quot; Umar lalu berkata: &quot;Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar uang dirham. Ia juga mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu -dengan sebab amat berbaktinya terhadap ibunya itu-. Maka jikalau engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan pengampunan -kepada Allah- untukmu, maka lakukanlah itu!&quot; Oleh sebab itu, mohonkanlah pengampunan kepada Allah -untukku. Uwais lalu memohonkan pengampunan untuk Umar. Selanjutnya Umar bertanya lagi: &quot;Kemanakah Anda hendak pergi?&quot; Ia menjawab: &quot;Ke Kufah.&quot; Umar berkata: &quot;Sukakah Anda, sekiranya saya menulis -sepucuk surat- kepada gubernur Kufah -agar Anda dapat sambutan dan pertolongan yang diperlukan.&quot; Ia menjawab: &quot;Saya lebih senang menjadi golongan manusia yang fakir miskin.&quot; Setelah tiba tahun mukanya -tahun depannya-, ada seorang dari golongan bangsawan Kufah berhaji, lalu kebetulan ia menemui Umar, kemudian Umar menanyakan padanya perihal Uwais. Orang itu menjawab: Sewaktu saya tinggalkan, ia dalam keadaan buruk rumahnya lagi sedikit barangnya -maksudnya sangat menderita.&quot; Umar lalu berkata: &quot;Saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin 'Amir beserta sepasukan mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit supak lalu sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar uang dirham. Ia juga mempunyai seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu. Maka jikalau engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan pengampunan -kepada Allah- untukmu, maka lakukan itu!&quot; Orang bangsawan itu lalu mendatangi Uwais dan berkata: &quot;Mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku. Uwais berkata: &quot;Anda masih baru saja waktunya melakukan berpergian yang baik -yakni ibadah haji-, maka sepatutnya memohonkanlah pengampunan untukku.&quot; Uwais lalu melanjutkan katanya: &quot;Adakah Anda bertemu dengan Umar?&quot; Ia menjawab: &quot;Ya&quot;. Uwais lalu memohonkan pengampunan untuknya. Orang-orang banyak lalu mengerti siapa sebenarnya Uwais itu, mereka mendatanginya, kemudian Uwais berangkat -keluar dari Kufah- menurut kehendaknya sendiri.&quot; (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim lainnya disebutkan: &quot;Dari Usair bin Jabir bahwasanya ahli Kufah sama bertemu kepada Umar r.a. dan diantara mereka ada seorang lelaki yang menghina-hinakan Uwais. Umar lalu bertanya: &quot;Apakah di situ ada seorang dari keturunan Qaran?&quot; Orang yang dimaksudkan itu lalu datang padanya. Umar kemudian berkata: &quot;Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah bersabda: &quot;Sesungguhnya ada seorang lelaki dari Yaman, akan datang padamu semua. Ia bernama Uwais. Dia tidak meninggalkan sesuatu di Yaman itu melainkan seorang ibu. Ia mempunyai penyakit supak, lalu berdoa kepada Allah Ta'ala, lalu Allah melenyapkan penyakitnya tadi, kecuali di suatu tempat sebesar uang dinar atau dirham. Maka barangsiapa diantara engkau semua bertemu dengannya, hendaklah meminta padanya agar ia memohonkan pengampunan -kepada Allah- untuknya.&quot; Juga disebutkan dalam riwayat Imam Muslim lagi dari Umar, katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya sebaik-baiknya kaum tabi'in ialah seorang lelaki bernama Uwais. Ia mempunyai seorang ibu dan pada tubuhnya ada putih-putih -karena penyakit supak-, maka suruhlah ia supaya memohonkan pengampunan untukmu semua.&quot; Sabda Nabi s.a.w. Ghabraan-un nas, dengan fathahnya ghain mu'jamah, saknahnya ba' serta mad (dibaca panjang ra'nya). Artinya golongan manusia yang fakir miskin dan rakyat jelata atau rendahan dan tidak diketahui pula dari lingkungan mana sebenarnya orang itu, sedang Al-Amdad adalah jamaknya Madad, yaitu para penolong dan pembantu yang memberikan pertolongan serta bantuan kepada kaum Muslimin dalam berjihad atau perjuangan menegakkan agama Allah.&nbsp;372. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: &quot;Saya meminta izin kepada Nabi s.a.w. untuk menunaikan umrah, lalu beliau mengizinkan dan bersabda: &quot;Jangan melupakan kita, hai saudaraku, untuk mendoakan kita.&quot; Beliau s.a.w. telah mengucapkan suatu kalimat -meminta ikut disertakan dalam doa- yang saya tidak senang memperoleh seisi dunia ini sebagai gantinya&quot; -maksudnya bahwa kalimat yang disabdakan oleh beliau s.a.w. diatas bagi Umar r.a. amat besar nilainya yakni melebihi dari nilai dunia dan seisinya. Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. [Baca Status Hadis Disini]&nbsp;373. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Nabi s.a.w. berziarah ke Quba'[38] sambil berkendaraan serta berjalan, kemudian beliau bershalat dua rakaat.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Nabi s.a.w. mendatangi masjid Quba' setiap hari Sabtu sambil berkendaraan dan berjalan dan Ibnu Umar juga melakukan seperti itu.&quot;Catatan Kaki:&nbsp; [34]Firman Allah Ta'ala dalam surah al-Kahfi di atas adalah ayat 60, sedang yang di bawahnya adalah ayat 65. Adapun ayat-ayat yang terletak diantara keduanya itu ialah ayat-ayat 61, 62, 63, 64 dan 65. Kelengkapannya adalah sebagai berikut: Sesudah keduanya (yakni Musa dan bujangnya) telah sampai di pertemuan kedua lautan itu, mereka lupa kepada ikannya (yang dibawa sebagai bekal), lalu ikan itu melompat mengambil jalannya sendiri di lautan (61) Setelah keduanya berjalan lebih jauh, ia (Musa) berkata pada bujangnya: &quot;Ambillah makanan kita, sungguh kita telah merasa lelah sebab (jauhnya) perjalanan kita ini (62) Bujangnya menjawab; &quot;Tidakkah Tuan ketahui bahwa ketika kita mencari tempat perlindungan (peristirahatan) di batu besar tadi, saya benar-benar lupa kepada ikan itu dan tiada lain yang menyebabkan saya, terlupa itu selain syaitan jua. Ikan itu lalu mengambil jalannya di lautan. Ini amat mengherankan sekali untuk mengingatnya (63) Ia (Musa) berkata: &quot;Itulah tempat yang kita cari,&quot; kemudian keduanya kembali mengikuti jejaknya semula (64) Lalu keduanya mendapati seorang dari hamba-hamba Kami (Tuhan) yang telah Kami berikan kurnia kepadanya yaitu kerahmatan dari sisi Kami dan Kami ajarkan kepadanya ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang ada pada Kami (65) [35]Ummu Aiman adalah perawat serta pengasuh Rasulullah s.a.w. di waktu kecilnya. Ia adalah seorang hamba sahaya, lalu dimerdekakan oleh beliau s.a.w. setelah beliau s.a.w. dewasa. Suaminya bernama Zaid bin Haritsah. Amat besar penghormatan Nabi s.a.w. terhadap Ummu Aiman itu serta sangat dimuliakan, bahkan beliau s.a.w. pernah bersabda: &quot;Ummu Aiman ummi&quot; artinya: &quot;Ummu Aiman itu adalah ibuku.&nbsp; [36] Maksudnya ialah bahwa bagi Allah itu adalah semua yang ada di muka dan di belakang kita serta apa pun yang ada diantara keduanya itu, baik mengenai waktu dan tempat. Oleh sebab itu kita semua ini tidak dapat berpindah dari satu keadaan atau tempat kepada keadaan atau tempat yang lain, kecuali dengan perintah dan kehendak Allah sendiri.&nbsp; [37]Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban ada tambahannya sesudah kata-kata &quot;Walam yalhaq bihim&quot;, sedang tambahannya itu berbunyi: Artinya: &quot;Dan orang itu tidak dapat mengamalkan sebagaimana yang diamalkan oleh kaum yang dicintainya itu.&quot; &nbsp; [38] Quba' adalah sebuah desa yang jaraknya dari Madinah ada sefarsakh atau kira-kira 5 km. Di situ ada masjidnya yang terkenal, yakni masjid yang didirikan oleh Nabi s.a.w. yang pertama kali, sedang yang kedua ialah masjid Nabawi di Madinah.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 45)
No Hadist 46

46 - باب فضل الحب في الله والحث عَلَيهِ وإعلام الرجل من يحبه، أنه يحبه، وماذا يقول لَهُ إِذَا أعلمه قَالَ الله تَعَالَى: {مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ} [الفتح: 29] إِلَى آخر السورة، وَقالَ تَعَالَى: {وَالَّذِينَ تَبَوَّأُوا الدَّارَ وَالإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ} [الحشر: 9].<br>375 - وعن أنسٍ - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاوَةَ الإيمانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ الله مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّارِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 376 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إلاَّ ظِلُّهُ: إمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌّ نَشَأ في عِبَادَةِ الله - عز وجل - وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابّا في اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيهِ وتَفَرَّقَا عَلَيهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأةٌ ذَاتُ حُسْنٍ وَجَمَالٍ، فَقَالَ: إنِّي أخَافُ الله، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ، فَأخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ الله خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 377 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنّ الله تَعَالَى يَقُول يَوْمَ القِيَامَةِ: أيْنَ المُتَحَابُّونَ بِجَلالِي؟ اليَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إلاَّ ظِلِّي». رواه مسلم. 378 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لا تَدْخُلُوا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أوَلاَ أدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلامَ بينكم». رواه مسلم. 379 - وعنه، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم: «أنَّ رَجُلًا زَارَ أخًا لَهُ في قَرْيَةٍ أخْرَى، فَأرصَدَ اللهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ... » وذكر الحديث إِلَى قوله: «إنَّ الله قَدْ أحبَّكَ كَمَا أحْبَبْتَهُ فِيهِ». رواه مسلم، وقد سبق بالباب قبله. 380 - وعن البرَاءِ بن عازب رضي الله عنهما، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - أنَّهُ قَالَ في الأنصار: «لاَ يُحِبُّهُمْ إلاَّ مُؤمِنٌ، وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إلاَّ مُنَافِقٌ، مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللهُ، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ الله». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 381 - وعن معاذ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «قَالَ الله - عز وجل: المُتَحَابُّونَ فِي جَلالِي، لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن صحيح». 382 - وعن أَبي إدريس الخولاني رحمه الله، قَالَ: دخَلْتُ مَسْجِدَ دِمَشْقَ، فَإذَا فَتًى بَرَّاق الثَّنَايَا وَإِذَا النَّاسُ مَعَهُ، فَإِذَا اخْتَلَفُوا في شَيْءٍ، أَسْنَدُوهُ إِلَيْه، وَصَدَرُوا عَنْ رَأيِهِ، فَسَأَلْتُ عَنْهُ، فَقيلَ: هَذَا مُعَاذُ بْنُ جَبَل - رضي الله عنه. فَلَمَّا كَانَ مِنَ الغَدِ، هَجَّرْتُ، فَوَجَدْتُهُ قَدْ سَبَقَنِي بالتَّهْجِيرِ، ووَجَدْتُهُ يُصَلِّي، فانْتَظَرتُهُ حَتَّى قَضَى صَلاتَهُ، ثُمَّ جِئْتُهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ، فَسَلَّمْتُ عَلَيهِ، ثُمَّ قُلْتُ: وَاللهِ إنّي لأَحِبُّكَ لِله، فَقَالَ: آلله؟ فَقُلْتُ: اللهِ، فَقَالَ: آللهِ؟ فَقُلْتُ: اللهِ، فَأَخَذَنِي بِحَبْوَةِ رِدَائِي، فجبذني إِلَيْهِ، فَقَالَ: أَبْشِرْ! فإنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «قَالَ الله تَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتي لِلْمُتَحابِّين فِيَّ، وَالمُتَجَالِسينَ فيَّ، وَالمُتَزَاوِرِينَ فيَّ، وَالمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ». حديث صحيح رواه مالك في الموطأ بإسناده الصحيح. قوله: «هَجَّرْتُ» أيْ بَكَّرْتُ، وَهُوَ بتشديد الجيم قوله: «آلله فَقُلْت: الله» الأول بهمزة ممدودة للاستفهام، والثاني بلا مد. 383 - وعن أَبي كَرِيمَةَ المقداد بن معد يكرب - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ، فَليُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ». رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ: «حديث صحيح». 384 - وعن معاذ - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - أخذ بيدهِ، وَقالَ: «يَا مُعَاذُ، وَاللهِ، إنِّي لأُحِبُّكَ، ثُمَّ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ، لاَ تَدَعَنَّ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ». حديث صحيح، رواه أَبُو داود والنسائي بإسناد صحيح. 385 - وعن أنس - رضي الله عنه: أنَّ رَجُلًا كَانَ عِنْدَ النَّبيِّ، - صلى الله عليه وسلم - فَمَرَّ رَجُلٌ بِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُول الله، أنِّي لأُحِبُّ هَذَا، فَقَالَ لَهُ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم: «أأعْلَمْتَهُ؟» قَالَ: لاَ. قَالَ: «أَعْلِمْهُ»، فَلَحِقَهُ، فَقَالَ: إنِّي أُحِبُّكَ في الله، فَقَالَ: أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ. رواه أَبُو داود بإسناد صحيح.

Bab 46.Keutamaan Mencintai Karena Allah Dan Menganjurkan Sikap Sedemikian, Juga Memberitahukannya seorang Kepada Orang Yang Dicintainya Bahwa Ia Mencintainya Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Diberitahu Sedemikian Itu&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang beserta Muhammad itu mempunyai sikap keras -tegas- terhadap kaum kafir, tetapi saling kasih mengasihi antara sesama kaum mu'minin.&quot; sampai ke akhir surat. (al-Fath: 29)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan orang-orang yang telah lebih dulu dari mereka bertempat tinggal dalam kampung -Madinah- serta beriman [39], mereka menunjukkan kasih sayang kepada orang yang berpindah ke kampung mereka itu.&quot; (al-Hasyr: 9)&nbsp;374. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga perkara itu ada di dalam diri seorang, maka orang itu dapat merasakan manisnya keimanan yaitu: jikalau Allah dan RasulNya lebih dicintai olehnya daripada yang selain keduanya, jikalau seorang itu mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan karena Allah, dan jikalau seorang itu membenci untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;375. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Ada tujuh macam orang yang akan dapat diberi naungan oleh Allah dalam naunganNya pada hari tiada naungan melainkan naunganNya [40] -yakni pada hari kiamat-, yaitu: imam -pemimpin atau kepala- yang adil, pemuda yang tumbuh -sejak kecil- dalam beribadah kepada Allah Azza wa jalla, seorang yang hatinya tergantung -sangat memperhatikan- kepada masjid-masjid, dua orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang sedemikian serta berpisah pun demikian pula, seorang lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: &quot;Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah,&quot; -ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang lelaki-, seorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu -tidak menampak-nampakkannya-, sehingga dapat dikatakan bahwa tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seorang yang ingat kepada&nbsp; Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehkan airmata dari kedua matanya.&quot;[41] (Muttafaq 'alaih)&nbsp;376. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman pada hari kiamat: &quot;Manakah orang-orang yang saling cinta-mencintai karena keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan saya beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;377. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, engkau semua tidak dapat masuk syurga sehingga engkau semua beriman dan engkau semua belum disebut beriman sehingga engkau semua saling cinta-mencintai. Sukakah engkau saya beri petunjuk pada sesuatu yang apabila itu engkau semua lakukan, maka engkau semua dapat saling cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan salam antara engkau semua.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;378. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. bahwasanya ada seorang lelaki berziarah kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan,&quot; kemudian diuraikannya hadis itu sampai kepada sabdanya: &quot;Sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena Allah.&quot; (Riwayat Muslim) hadis ini telah disampaikan dalam bab yang sebelum ini -lihat hadis no.260.&nbsp;379. Dari Albara' bin 'Azib radhiallahu'anhuma dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau bersabda mengenai golongan sahabat Anshar: &quot;Tidak mencintai kaum Anshar itu melainkan orang mu'min dan tidak membenci mereka itu melainkan orang munafik; barangsiapa yang mencintai mereka, maka ia dicintai oleh Allah dan barangsiapa membenci mereka, maka mereka dibenci oleh Allah.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;380. Dari Mu'az r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Allah 'Azzawajalla berfirman: &quot;Orang-orang yang saling cinta-mencintai karena keagunganKu, maka mereka itu akan memiliki mimbar-mimbar dari cahaya yang diinginkan pula oleh para nabi dan para syahid -mati dalam peperangan untuk membela agama Allah-.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.&nbsp;381. Dari Abu Idris al-Khawlani rahimahullah, katanya: &quot;Saya memasuki masjid Damsyik, tiba-tiba di situ ada seorang pemuda yang bercahaya giginya -yakni suka sekali tersenyum- dan sekalian manusia besertanya. Jikalau orang-orang itu berselisih mengenai sesuatu hal, mereka lalu menyerahkan persoalan itu kepadanya dan mereka mengeluarkan uraian dari pendapatnya, kemudian saya bertanya mengenai dirinya, lalu menerima jawaban: &quot;Ini adalah Mu'az bin Jabal. Setelah hari esoknya, saya datang pagi-pagi sekali, lalu saya dapati Mu'az sudah mendahului saya datang paginya. Ia saya temui sedang bershalat. Kemudian saya menantikannya sehingga ia menyelesaikan shalatnya. Seterusnya sayapun mendatanginya dari arah mukanya, lalu saya mengucapkan salam padanya, kemudian saya berkata: &quot;Demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu karena Allah.&quot; Ia berkata: &quot;Karena Allahkah?&quot; Saya menjawab: &quot;Ya, karena Allah.&quot; Ia berkata: &quot;Karena Allah?&quot; Saya menjawab: &quot;Ya, karena Allah.&quot; Mu'az lalu mengambil belitan selendangku, kemudian menarik tubuhku kepadanya, terus berkata: &quot;Bergembiralah engkau, karena sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman -dalam hadis Qudsi: &quot;Wajiblah kecintaanKu itu kepada orang-orang yang saling cinta mencintai karena Aku, saling duduk-duduk bersama karena Aku, saling ziarah menziarahi karena Aku dan saling hadiah menghadiahi karena Aku.&quot; Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Almuwaththa' dengan isnadnya yang shahih. Hajartu artinya berpagi-pagi sekali mendatangi, ini adalah dengan syaddahnya jim. Aallahi, faqultu: Allah. Yang pertama dengan hamzah mamdudah untuk istifham -pertanyaan-, sedang yang kedua tanpa mad.&nbsp;382. Dari Abu Karimah yaitu al-Miqdad -di sebagian naskah disebut al-Miqdam- bin Ma'dikariba r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Jikalau seorang itu mencintai saudaranya, maka hendaklah memberitahukan pada saudaranya itu bahwa ia mencintainya.&quot; Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.&nbsp;383. Dari Mu'az r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya dan bersabda: &quot;Hai Mu'az, demi Allah, sesungguhnya saya ini mencintaimu. Kemudian saya hendak berwasiat padamu hai Mu'az, yaitu: Janganlah setiap selesai shalat meninggalkan bacaan -yang artinya: Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk tetap mengingatMu serta bersyukur padaMu, juga berilah saya pertolongan untuk beribadah yang sebaik-baiknya padaMu.&quot; Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad shahih.&nbsp;384. Dari Anas r.a. bahwasanya ada seorang lelaki yang berada di sisi Nabi s.a.w., lalu ada seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat beliau berkata: &quot;Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini.&quot; Nabi s.a.w. bertanya: &quot;Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang itu?&quot; Ia menjawab: &quot;Tidak -belum saya beritahukan.&quot; Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Beritahukanlah padanya.&quot; Orang yang bersama beliau s.a.w. lalu menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: &quot;Sesungguhnya saya mencintaimu.&quot; Orang itu lalu menjawab: &quot;Engkau juga dicintai oleh Allah yang karena Allah itulah engkau mencintai aku.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.Catatan Kaki:&nbsp; [39] Yang dimaksudkan ialah kaum Anshar radhiallahu 'anhuma, sebab merekalah yang menetap terus di Madinah dan telah meresaplah rasa keimanan dalam jiwa mereka.&nbsp; [40] Naungan Tuhan ini dapat diartikan secara sebenarnya yakni naungan dari 'arasy nya Tuhan, tetapi dapat pula diartikan sebagai kinayah yakni dalam lindungan Tuhan dan ditempatkan di tempat yang dimuliakan.&nbsp; [41] Meleleh air matanya, maksudnya ialah karena ingatannya memusat betul-betul kepada Allah, merasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diridhai olehNya.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 46)
No Hadist 47

47 - باب علامات حُبِّ الله تَعَالَى للعبد والحث عَلَى التخلق بِهَا والسعي في تحصيلها قَالَ الله تَعَالَى: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [آل عمران: 31]، وَقالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54].<br>386 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ الله تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا، فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بِهَا، وَرجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإنْ سَألَنِي أعْطَيْتُهُ، وَلَئِن اسْتَعَاذَنِي لأعِيذَنَّهُ». رواه البخاري. معنى «آذنته»: أعلمته بأني محارِب لَهُ. وقوله: «استعاذني» روي بالباءِ وروي بالنون. 387 - وعنه، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا أَحَبَّ اللهُ تَعَالَى العَبْدَ، نَادَى جِبْريلَ: إنَّ الله تَعَالَى يُحِبُّ فُلانًا، فَأَحْبِبْهُ، فَيُحِبُّهُ جِبريلُ، فَيُنَادِي في أَهْلِ السَّمَاءِ: إنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلانًا، فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ في الأرْضِ». متفق عليه. وفي رواية لمسلم: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ الله تعالى إذا أحَبَّ عبدًا دَعَا جِبريلَ، فقال: إِنّي أُحِبُّ فُلانًا فأَحببهُ، فيُحبُّهُ جبريلُ، ثمَّ يُنادي في السماءِ، فيقول: إنَّ اللهَ يحبُّ فلانًا فأَحبُّوهُ، فيحبُّهُ أهلُ السماءِ، ثُمَّ يُوضعُ لَهُ القَبولُ في الأرضِ، وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْريلَ، فَيَقُولُ: إنّي أُبْغِضُ فُلانًا فَأَبْغِضْهُ. فَيُبغِضُهُ جِبريلُ، ثُمَّ يُنَادِي في أَهْلِ السَّمَاءِ: إنَّ الله يُبْغِضُ فُلانًا فَأَبْغِضُوهُ، ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ البَغْضَاءُ في الأَرْضِ». 388 - وعن عائشة رضي الله عنها: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بعثَ رجلًا عَلَى سَريَّةٍ، فَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ في صَلاَتِهِمْ فَيَخْتِمُ بـ {قُل هُوَ اللهُ أَحَدٌ}، فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذلِكَ لرسول الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «سَلُوهُ، لأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذلِكَ؟»، فَسَألُوهُ، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمنِ، فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأ بِهَا. فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «أَخْبِرُوهُ أنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Bab 47. Tanda-tanda Kecintaan Allah Kepada seorang Hamba Dan Anjuran Untuk Berakhlak Sedemikian Serta Berusaha Menghasilkannya&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Katakanlah -wahai Muhammad-, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah saya, tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang.&quot; (Ali-Imran: 31)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Hai sekalian orang yang beriman, siapa yang bermurtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun mencintaiNya. Mereka itu bersikap lemah lembut kepada kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap kaum kafirin. Mereka berjihad fisabilillah dan tidak takut celaan orang yang suka mencela. Demikian itulah keutamaan Allah, dikurniakan olehNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah adalah Maha Luas KaruniaNya serta Maha Mengetahui.&quot; (al-Maidah: 54)&nbsp;385. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman -dalam hadis Qudsi: &quot;Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi.&quot; (Riwayat Imam Bukhari) Makna lafaz Aadzantuhu artinya: &quot;Aku (Tuhan) memberitahukan kepadanya (yakni orang yang mengganggu kekasihKu itu) bahwa aku memerangi atau memusuhinya, sedang lafaz Ista'aadzanii, artinya &quot;Ia memohonkan perlindungan padaKu.&quot; Ada yang meriwayatkan dengan ba', lalu berbunyi Ista-aadza bii dan ada yang meriwayatkan dengan nun, lalu berbunyi Ista-aadzanii.&nbsp;Keterangan:Hadis sebagaimana di atas itu sudah tercantum dalam no.85 dengan uraian sekadarnya. Namanya hadis Qudsi yakni yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam al-Quran. Dalam hadis ini dijelaskan betapa tingginya derajat seseorang itu apabila telah diakui sebagai kekasih oleh Allah Ta'ala atau yang lazim disebut waliyullah. Banyak orang yang salah pengertian perihal siapa yang dapat disebut waliyullah itu. Sebagian ada yang mengatakan bahwa waliyullah ialah semacam dukun yang dapat menyembuhkan beberapa orang sakit atau yang dapat meneka nasib seorang dikemudian harinya, atau orang yang tidak mudah ditemui karena selalu menghilang-hilang saja dan siapa yang ditemui olehnya adalah orang yang bahagia, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa waliyullah itu tidak perlu bershalat dan berpuasa sebab sudah menjadi kekasih Allah. Persangkaan bagaimana di atas itu tidak benar, sebab memang tidak sedemikian itu sifatnya waliyullah. Maka yang lebih dulu perlu kita ketahui ialah: Siapakah yang sebenarnya dapat disebut waliyullah atau kekasih Allah itu? Jawabnya: Dalam al-Quran, Allah berfirman: &quot;Tidak ada yang dianggap sebagai kekasih Allah, melainkan orang-orang yang bertaqwa kepadaNya.&quot; Alangkah ringkasnya pengertian waliyullah itu, tetapi benar-benar dapat menyeluruhi semua keadaan. Kalau ada pengertian waliyullah selain yang difirmankan oleh Allah sendiri itu, jelaslah bahwa itu hanyalah penafsiran manusia sendiri dan tidak berdasarkan kepada agama Islam sama sekali. Waliyullah yang berupa orang-orang yang bertaqwa kepada Allah itulah yang dijamin oleh Allah akan mendapatkan perlindungan dan penjagaanNya selalu dan siapa saja yang hendak memusuhinya, pasti akan ditumpas oleh Allah, sebab Allah sendiri menyatakan permusuhan terhadap orang tadi. Sekarang bagaimanakah taraf pertamanya agar supaya kita dikasihi oleh Allah? Jawabnya: Mendekatkan (bertaqarrublah) kepada Allah dengan penuh melakukan segala yang difardhukan (diwajibkan). Inilah cara taqarrub yang sebaik-baiknya dalam taraf permulaan. Kemudian sempurnakanlah taqarrub kepada Allah Ta'ala itu dengan jalan melakukan hal-hal yang sunnah-sunnah. Kalau ini telah dilaksanakan, pastilah Allah akan menyatakan kecintaanNya. Selanjutnya, apabila seorang itu telah benar-benar bertaqarrub kepada Allah dan Allah sudah mencintainya, maka baik pendengarannya, penglihatannya, tindakan tangan dan kakinya semuanya selalu mendapatkan petunjuk dari Allah, selalu diberi bimbingan dan hidayat serta pertolongan oleh Allah. Bahkan Allah menjanjikan kalau orang itu meminta apa saja, pasti dikabulkanNya, mohon perlindungan dari apa saja, pasti dilindungiNya. Dengan demikian, maka seringkali timbullah beberapa macam karamah dengan izin Allah. Karamah ialah sesuatu yang tampak luar biasa di mata umum yang dapat dilakukan oleh seorang waliyullah itu, semata-mata sebagai suatu kemuliaan atau penghargaan yang dikurniakan oleh Allah kepadanya. Tetapi ingatlah bahwa tidak seorang waliyullah pun yang dapat mengetahui bahwa dirinya itu menjadi waliyullah. Kalau seorang sudah mengatakan sendiri bahwa dirinya itu waliyullah, jelaslah bahwa ia telah tertipu oleh anggapan atau persangkaannya sendiri dan sudah pasti ia telah tertipu oleh ajakan syaitan yang menyesatkan. Selain itu, bagaimana juga hal ihwal dan keadaan seorang waliyullah itu, pasti ia tidak dapat mengetahui hal-hal yang ghaib, misalnya mengetahui apa yang tersimpan dalam hati orang lain, mengetahui nasib orang di kemudian harinya, kaya miskinnya dan lain-lain lagi. Dalam al-Quran, Allah berfirman: &quot;Allah yang Maha Mengetahui perkara ghaib, maka tidak diberitahukanlah keghaiban-keghaiban itu kepada siapapun jua, selain kepada Rasul yang dipilih olehNya.&quot;&nbsp;386. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Jikalau Allah Ta'ala itu mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu -hai Jibril- si Fulan itu. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua -hai penghuni-penghuni langit- si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya -yang dimaksudkan ialah kecintaan padanya- di kalangan penghuni bumi.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya Allah Ta'ala apabila mencintai seorang hamba, lalu memanggil Jibril kemudian berfirman: &quot;Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia.&quot; Jibril lalu mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit lalu berkata: &quot;Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu.&quot; Orang itupun lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan -kecintaan- itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci seorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu berfirman: &quot;Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau padanya.&quot; Jibril lalu membencinya, kemudian ia memanggil semua penghuni langit sambil berkata: &quot;Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau semua padanya.&quot; Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para penghuni bumi.&quot;&nbsp;387. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan seorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu wallahu ahad -surat Al-Ikhlash- sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kembali, hal itu mereka sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: &quot;Coba tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?&quot; Mereka sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: &quot;Sebab itu adalah sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya.&quot; Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w. -setelah diberitahu jawaban orang itu-: &quot;Beritahukanlah padanya bahwasanya Allah Ta'ala mencintainya.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 47)
No Hadist 48

48 - باب التحذير من إيذاء الصالحين والضعفة والمساكين قَالَ الله تَعَالَى: {وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا} [الأحزاب: 58]، وَقالَ تَعَالَى: {فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلا تَقْهَرْ وَأَمَّا السَّائِلَ فَلا تَنْهَرْ} [الضحى: 9 - 10].<br>وأما الأحاديث، فكثيرة مِنْهَا: حديث أَبي هريرة - رضي الله عنه - في الباب قبل هَذَا: «مَنْ عَادَى لِي وَليًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ». ومنها حديث سعد بن أَبي وقاص - رضي الله عنه - السابق في باب ملاطفة اليتيم، وقوله صلى الله عليه وسلم: «يَا أَبَا بَكْرٍ، لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ لَقَدْ أَغْضَبْتَ رَبَّكَ». 389 - وعن جندب بن عبد الله - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ، فَهُوَ في ذِمَّةِ اللهِ، فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ، فَإنَّهُ مَنْ يَطْلُبُهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ، ثُمَّ يَكُبُّهُ عَلَى وَجْهِهِ في نَارِ جَهَنَّمَ». رواه مسلم.

Bab 48. Ancaman Dari Menyakiti Orang-orang Shalih, Kaum Yang Lemah Dan Fakir Miskin&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan dengan tiada kesalahan yang mereka lakukan, maka sesungguhnya orang-orang itu telah memikul kebohongan serta dosa yang terang-terangan.&quot; (al-Ahzab: 58)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan terhadap anak yatim, janganlah engkau bersikap bengis, serta terhadap orang yang meminta, janganlah engkau membentak-bentak.&quot; (ad-Dhuha: 9-10)&nbsp;Adapun Hadis-hadis -dalam bab ini- adalah banyak, diantaranya Hadisnya Abu Hurairah r.a. dalam bab sebelum ini, yaitu: &quot;Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia Kuperangi -lihat hadis no.385-, diantaranya lagi ialah Hadisnya Sa'ad bin Abu Waqqash r.a. yang sebelumnya, yakni dalam bab bersikap lemah-lembut kepada anak yatim -lihat hadis no.261-, juga sabdanya Rasulullah s.a.w.: &quot;Hai Abu Bakar, jikalau engkau sampai membuat kemarahan kepada mereka, maka engkau juga membuat kemarahan pada Tuhanmu,&quot; lihat hadis no.262.&nbsp;388. Dari Jundub bin Abdullah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa shalat Subuh, maka ia adalah dalam tanggungan Allah, maka itu janganlah sampai Allah itu menuntut kepadamu semua dengan sesuatu dari tanggunganNya -maksudnya jangan sampai meninggalkan shalat Subuh-, sebab kalau demikian, lenyaplah ikatan janji untuk memberikan tanggungan keamanan dan lain-lain antara engkau dengan Tuhanmu itu. Sebab sesungguhnya barangsiapa yang dituntut oleh Allah dari sesuatu tanggungannya, tentu akan dicapainya -yakni tidak mungkin terlepas-, kemudian Allah akan melemparkannya atas mukanya dalam neraka Jahanam.&quot; [42] (Riwayat Muslim)Catatan Kaki:&nbsp; [42] Keterangannya harap diperiksa dalam hadis no.232.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 48)
No Hadist 49

49 - باب إجراء أحكام الناس عَلَى الظاهر وسرائرهم إِلَى الله تَعَالَى قَالَ الله تَعَالَى: {فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُم} [التوبة: 5].<br>390 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إلهَ إلاَّ الله، وَأنَّ مُحَمَّدًا رَسُول الله، وَيُقيمُوا الصَّلاةَ، وَيُؤتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إلاَّ بحَقِّ الإسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله تَعَالَى». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 391 - وعن أَبي عبدِ الله طارِق بن أشَيْم - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَنْ قالَ لاَ إلهَ إلاَّ الله، وَكَفَرَ بمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى الله تَعَالَى». رواه مسلم. 392 - وعن أَبي معبد المقداد بن الأسْود - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ لرسول الله - صلى الله عليه وسلم: أرَأيْتَ إنْ لَقِيتُ رَجُلًا مِنَ الكُفَّارِ، فَاقْتتَلْنَا، فَضَرَبَ إحْدَى يَدَيَّ بِالسَّيْفِ، فَقَطَعَها، ثُمَّ لاَذَ مِنِّي بِشَجَرَةٍ، فَقَالَ: أَسْلَمْتُ لِلهِ، أَأَقْتُلُهُ يَا رَسُول الله بَعْدَ أَنْ قَالَهَا؟ فَقَالَ: «لاَ تَقْتُلهُ» فَقُلْتُ: يَا رَسُول الله، قَطَعَ إحْدَى يَدَيَّ، ثُمَّ قَالَ ذلِكَ بَعْدَ مَا قَطَعَهَا؟! فَقَالَ: «لَا تَقتُلْهُ، فَإِنْ قَتَلْتَهُ فَإنَّهُ بِمَنْزِلَتِكَ قَبْلَ أَنْ تَقْتُلَهُ، وَإنَّكَ بِمَنْزِلَتِهِ قَبْلَ أَنْ يَقُولَ كَلِمَتَهُ التي قَالَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. ومعنى «أنه بمنزلتك» أي: معصوم الدم محكوم بإسلامه. ومعنى «أنك بمنزلته» أي: مباح الدمِ بالقصاص لورثتهِ لا أنه بمنزلته في الكفر، والله أعلم. 393 - وعن أُسَامة بن زيدٍ رضي الله عنهما، قَالَ: بعثنا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - إِلَى الْحُرَقَةِ مِنْ جُهَيْنَةَ فَصَبَّحْنَا القَوْمَ عَلَى مِيَاهِهِمْ، وَلَحقْتُ أنَا وَرَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ رَجُلًا مِنْهُمْ، فَلَمَّا غَشَيْنَاهُ، قَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ الله، فَكفَّ عَنْهُ الأَنْصَاري، وطَعَنْتُهُ برُمْحِي حَتَّى قَتَلْتُهُ، فَلَمَّا قَدِمْنَا المَدِينَةَ، بَلَغَ ذلِكَ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ لِي: «يَا أُسَامَة، أقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ: لا إلهَ إلاَّ اللهُ؟!» قُلْتُ: يَا رَسُول الله، إِنَّمَا كَانَ متعوِّذًا، فَقَالَ: «أقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ؟!» فما زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذلِكَ اليَوْمِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «أَقَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وقَتَلْتَهُ؟!» قُلْتُ: يَا رَسُول الله، إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِن السِّلاحِ، قَالَ: «أَفَلاَ شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أمْ لاَ؟!» فمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى تَمَنَّيْتُ أنِّي أسْلَمْتُ يَوْمَئذٍ. «الحُرَقَةُ» بضم الحاءِ المهملة وفتح الراءِ: بَطْنٌ مِنْ جُهَيْنَةَ: القَبِيلةُ المَعْرُوفَةُ. وقوله: «مُتَعَوِّذًا»: أيْ مُعْتَصِمًا بِهَا مِنَ القَتْلِ لاَ معْتَقِدًا لَهَا. 394 - وعن جندب بن عبد الله - رضي الله عنه: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بَعَثَ بَعْثًا مِنَ المُسْلِمينَ إِلَى قَومٍ مِنَ المُشرِكينَ، وَأنَّهُمْ التَقَوْا، فَكَانَ رَجُلٌ مِنَ المُشْركينَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَقْصِدَ إِلَى رَجُل مِنَ المُسْلِمينَ قَصَدَ لَهُ فَقَتَلَهُ، وَأنَّ رَجُلًا مِنَ المُسْلِمِينَ قَصَدَ غَفْلَتَهُ. وَكُنَّا نتحَدَّثُ أنَّهُ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، فَلَمَّا رَفَعَ عَلَيهِ السَّيفَ، قَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، فَقَتَلهُ، فَجَاءَ البَشيرُ إِلَى رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَسَألَهُ وَأخبَرَهُ، حَتَّى أخْبَرَهُ خَبَرَ الرَّجُلِ كَيْفَ صَنَعَ، فَدَعَاهُ فَسَألَهُ، فَقَالَ: «لِمَ قَتَلْتَهُ؟» فَقَالَ: يَا رَسُول اللهِ، أوْجَعَ في المُسلِمِينَ، وَقَتَلَ فُلانًا وفلانًا، وسمى لَهُ نَفرًا، وَإنِّي حَمَلْتُ عَلَيهِ، فَلَمَّا رَأى السَّيفَ، قَالَ: لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ. قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «أَقَتَلْتَهُ؟» قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: «فَكَيفَ تَصْنَعُ بلاَ إلهَ إلاَّ اللهُ، إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ القِيَامَةِ؟» قَالَ: يَا رَسُول الله، اسْتَغْفِرْ لِي. قَالَ: «وكَيفَ تَصْنَعُ بِلا إلهَ إلاَّ الله إِذَا جَاءتْ يَوْمَ القِيَامَةِ؟» فَجَعَلَ لاَ يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ: «كَيفَ تَصْنَعُ بِلاَ إلهَ إلاَّ الله إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ القِيَامَةِ». رواه مسلم. 395 - وعن عبد الله بن عتبة بن مسعود، قَالَ: سَمِعْتُ عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - يقولُ: إنَّ نَاسًا كَانُوا يُؤْخَذُونَ بِالوَحْيِ في عَهْدِ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَإنَّ الوَحْيَ قَدِ انْقَطَعَ، وإِنَّمَا نَأخُذُكُمُ الآن بما ظَهَرَ لَنَا مِنْ أعمَالِكُمْ، فَمَنْ أظْهَرَ لَنَا خَيْرًا أَمَّنَّاهُ وَقَرَّبْنَاهُ، وَلَيْسَ لَنَا مِنْ سَرِيرَتِهِ شَيْءٌ، اللهُ يُحَاسِبُهُ فِي سَرِيرَتِهِ، وَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا سُوءًا لَمْ نَأْمَنْهُ وَلَمْ نُصَدِّقْهُ وَإنْ قَالَ: إنَّ سَرِيرَتَهُ حَسَنَةٌ. رواه البخاري.

Bab 49. Menjalankan Hukum-hukum Terhadap Manusia Menurut Lahirnya, Sedang Keadaan Hati Mereka Terserah Allah Ta'ala&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Maka jikalau orang-orang itu bertaubat dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka bebaskanlah jalannya -yakni tidak boleh dimusuhi lagi-.&quot; (at-Taubah: 5)&nbsp;389. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Saya diperintah untuk memerangi semua manusia, sehingga mereka suka menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah dan mendirikan shalat serta menunaikah zakat. Maka jikalau mereka telah melakukan yang sedemikian itu, terpeliharalah daripadaku darah serta harta benda mereka, melainkan dengan haknya Islam, sedang hisab -perhitungan amal- mereka adalah terserah kepada Allah Ta'ala. (Muttafaq 'alaih)&nbsp;390. Dari Abu Abdillah yaitu Thariq bin as-Syam r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang mengucapkan La ilaha illallah dan kafir mengingkari -dengan sesuatu yang disembah selain daripada Allah-, maka haramlah harta benda serta darahnya, sedang hisabnya adalah terserah kepada Allah.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;391. Dari Abu Ma'bad yaitu al-Miqdad bin al-Aswad r.a., katanya: &quot;Saya berkata kepada Rasulullah s.a.w.: &quot;Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya bertemu seorang dari golongan kaum kafir, kemudian kita berperang, lalu ia memukul salah satu dari kedua tanganku dengan pedang dan terus memutuskannya. Selanjutnya ia bersembunyi daripadaku di balik sebuah pohon, lalu ia mengucapkan: &quot;Saya masuk Agama Islam karena Allah,&quot; apakah orang yang sedemikian itu boleh saya bunuh, ya Rasulullah sesudah ia mengucapkan kata-kata seperti tadi itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Jangan engkau membunuhnya.&quot; Saya berkata lagi: &quot;Ia sudah memutuskan salah satu tangan saya, kemudian mengucapkan sebagaimana di atas itu setelah memutuskannya.&quot; Rasulullah s.a.w. bersabda lagi: &quot;Jangan engkau membunuhnya, karena jikalau engkau membunuhnya, maka ia adalah menempati tempatmu sebelum engkau membunuhnya dan sesungguhnya engkau adalah di tempatnya sebelum ia mengucapkan kata-kata yang diucapkannya itu.&quot; (Muttafaq 'alaih) Maknanya innahu bimanzilatika: sesungguhnya ia di tempatmu ialah bahwa orang itu harus dipelihara darahnya sebab telah dihukumi sebagai orang Islam. Adapun maknanya innaka biman zilatihi: sesungguhnya engkau di tempatnya ialah bahwa halal darahnya dengan qishash untuk para ahli warisnya, bukan karena ia dalam kedudukannya sebagai orang kafir. Wallahu a'lam.'&nbsp;392. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka -musuh-. Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya -tidak menyakiti sama sekali-, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya. Setelah kita datang -di Madinah-, peristiwa itu sampai kepada Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya padaku: &quot;Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?&quot; Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja -yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat-, sedang hatinya tidak meyakinkan itu.&quot; Beliau s.a.w. bersabda lagi: &quot;Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?&quot; Ucapan itu senantiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w., sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu -yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja-, supaya tidak ada dosa dalam diriku.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?&quot; Saya menjawab: &quot;Ya Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkan itu semata-mata karena takut senjata.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu karena takut senjata ataukah tidak -yakni dengan keikhlasan-.&quot; Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.&nbsp;393. Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahwa mereka itu telah bertemu -berhadap-hadapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahwa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: &quot;La ilaha illallah.&quot; Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. -memberitahukan kemenangan-, beliau s.a.w. bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: &quot;Mengapa engkau membunuh orang itu?&quot; Orang tadi menjawab: &quot;Ya Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.&quot; Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: &quot;Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: &quot;La ilaha illallah.&quot; Rasulullah s.a.w. bertanya: &quot;Apakah ia sampai kau bunuh?&quot; Ia menjawab: &quot;Ya.&quot; Kemudian beliau bersabda: &quot;Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?&quot; Orang itu berkata: &quot;Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.&quot; Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?&quot; Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: &quot;Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;394. Dari Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, katanya: &quot;Saya mendengar Umar bin Alkhaththab r.a. bersabda: &quot;Sesungguhnya sekalian manusia itu dahulu diterapi dengan hukum sesuai dengan adanya wahyu yakni di zaman Rasulullah s.a.w., dan sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus -tidak datang lagi-, sebab Nabi s.a.w. telah wafat. Maka sesungguhnya kami -Umar r.a.- menuntut engkau semua dengan dasar apa yang tampak pada kami yaitu mengenai perbuatan-perbuatan yang engkau semua lakukan. Jadi barangsiapa yang menampakkan perbuatan baik pada kami, maka kami berikan keamanan dan kami dekatkan kedudukannya pada kami, sedang urusan apa yang dalam hatinya tidak sedikitpun kami persoalkan, karena Allah akan menghisabnya dalam hal isi hatinya itu. Tetapi barangsiapa yang menampakkan kelakuan buruk pada kami, maka kami tidak akan memberikan keamanan padanya dan tidak akan percaya ucapannya, sekalipun ia mengatakan bahwasanya niat hatinya adalah baik.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 49)
No Hadist 50

50 - باب الخوف قَالَ الله تَعَالَى: {وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ} [البقرة: 40]، وَقالَ تَعَالَى: {إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ} [البروج: 12]، وَقالَ تَعَالَى: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الآخِرَةِ ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلاَّ لأَجَلٍ مَعْدُودٍ يَوْمَ يَأْتِ لا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ} [هود: 102 - 106]، وَقالَ تَعَالَى: {وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ} [آل عمران: 28]، وَقالَ تَعَالَى: {يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ} [عبس: 34 - 37]، وَقالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ} [الحج: 1 - 2]، وَقالَ تَعَالَى: {وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ} [الرحمان: 46]، وَقالَ تَعَالَى: {وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءلُونَ قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ، فَمَنَّ اللهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ} [الطور: 25 - 28] وَالآيات في الباب كثيرة جدًا معلومات، والغرض الإشارة إِلَى بعضها وقد حصل:<br>وأما الأحاديث فكثيرة جدًا فنذكر مِنْهَا طرفًا وبالله التوفيق: 396 - عن ابن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: حدثنا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ الصادق المصدوق: «إنَّ أحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أربَعِينَ يَومًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ المَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ. فَوَالَّذِي لاَ إلهَ غَيْرُهُ إنَّ أحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وبيْنَهَا إلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ فَيدْخُلُهَا، وَإنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاَّ ذراعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيهِ الكِتَابُ فَيعْمَلُ بِعَمَلِ أهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 397 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «يُؤتَى بِجَهَنَّمَ يَومَئذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا». رواه مسلم. 398 - وعن النعمان بن بشير رضي الله عنهما، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ لَرَجُلٌ يُوضعُ في أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ. مَا يَرَى أنَّ أَحَدًا أشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا، وَأنَّهُ لأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 399 - وعن سمرة بن جندب - رضي الله عنه: أنَّ نبيَّ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مِنْهُمْ مَنْ تَأخُذُهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيهِ، وَمنْهُمْ مَنْ تَأخُذُهُ إِلَى رُكْبَتَيهِ، وَمنْهُمْ مَنْ تَأخُذُهُ إِلَى حُجزَتِهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَأخُذُهُ إِلَى تَرْقُوَتِهِ». رواه مسلم. «الحُجْزَةُ»: مَعْقِدُ الإزار تَحْتَ السُّرَّةِ، وَ «التَّرْقُوَةُ» بفتح التاءِ وضم القاف: هي العَظمُ الَّذِي عِنْدَ ثَغْرَةِ النَّحْرِ، وَللإنْسَانِ تَرْقُوتَانِ في جَانبَي النَّحْرِ. 400 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ العَالَمينَ حَتَّى يَغِيبَ أَحَدُهُمْ في رَشْحِهِ إِلَى أَنْصَافِ أُذُنَيهِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وَ «الرَّشْحُ»: العَرَقُ. 401 - وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: خطبنَا رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم - خطبة مَا سَمِعْتُ مِثلها قَطّ، فَقَالَ: «لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيتُمْ كَثِيرًا». فَغَطَّى أصْحَابُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَجُوهَهُمْ، وَلَهُمْ خَنِينٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: بَلَغَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - عَنْ أَصْحَابِهِ شَيْءٌ فَخَطَبَ، فَقَالَ: «عُرِضَتْ عَلَيَّ الجَنَّةُ وَالنَّارُ، فَلَمْ أرَ كَاليَومِ في الخَيرِ وَالشَّرِّ، وَلَوْ تَعْلَمونَ مَا أَعلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا». فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ، غَطَّوْا رُؤُسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِينٌ. «الخَنِينُ» بالخاءِ المعجمة: هُوَ البُكَاءُ مَعَ غُنَّة وانتِشَاقِ الصَّوْتِ مِنَ الأنْفِ. 402 - وعن المقداد - رضي الله عنه - قَالَ: سمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنَ الخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ». قَالَ سُلَيْم بنُ عامِر الراوي عن المقداد: فَوَاللهِ مَا أَدْرِي مَا يَعني بِالمِيلِ، أمَسَافَةَ الأرضِ أَمِ المِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ العَيْنُ؟ قَالَ: «فَيكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ في العَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، ومنهم مَن يكُون إِلَى رُكبتَيه، ومنهم مَنْ يَكُونُ إِلَى حِقْوَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ العَرَقُ إلْجَامًا». قَالَ: وَأَشَارَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بيدهِ إِلَى فِيهِ. رواه مسلم. 403 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «يَعْرَقُ النَّاسُ يَومَ القِيَامَةِ حَتَّى يَذْهَبَ عَرَقُهُمْ في الأَرضِ سَبْعِينَ ذِراعًا، وَيُلْجِمُهُمْ حَتَّى يَبْلُغَ آذَانَهُمْ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. ومعنى «يَذْهَبُ في الأَرضِ»: ينزل ويغوص. 404 - وعنه، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - إذْ سمع وجبة ، فَقَالَ: «هَلْ تَدْرُونَ مَا هَذَا؟» قُلْنَا: الله وَرَسُولُهُ أعْلَمُ. قَالَ: «هذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ في النَّارِ مُنْذُ سَبْعينَ خَريفًا، فَهُوَ يَهْوِي في النَّارِ الآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِها فَسَمِعْتُمْ وَجْبَتَهَا». رواه مسلم. 405 - وعن عدي بن حاتم - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إلاَّ سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وبَيْنَهُ تَرْجُمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ أشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى إلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ، فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 406 - وعن أَبي ذر - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنِّي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ، أطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوضِعُ أرْبَع أصَابعَ إلاَّ وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا للهِ تَعَالَى. والله لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بالنِّساءِ عَلَى الفُرُشِ، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأرُونَ إِلَى اللهِ تَعَالَى». رواه الترمذي ، وَقالَ: «حديث حسن». وَ «أطَّت» بفتح الهمزة وتشديد الطاءِ و «تئط» بفتح التاءِ وبعدها همزة مكسورة، وَالأطيط: صوتُ الرَّحْلِ وَالقَتَبِ وَشِبْهِهِمَا، ومعناه: أنَّ كَثرَةَ مَنْ في السَّماءِ مِنَ المَلائِكَةِ العَابِدِينَ قَدْ أثْقَلَتْهَا حَتَّى أطّتْ. وَ «الصُّعُدات» بضم الصاد والعين: الطُّرُقات: ومعنى: «تَجأَرُون»: تَستَغيثُونَ. 407 - وعن أَبي برزة - براء ثُمَّ زاي - نَضْلَة بن عبيد الأسلمي - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَومَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أفنَاهُ؟ وَعَنْ عِلمِهِ فِيمَ فَعَلَ فِيهِ؟ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ؟ وَفِيمَ أنْفَقَهُ؟ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبلاهُ؟». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن صحيح». 408 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قرأ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: {يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا} [الزلزلة: 4] ثُمَّ قَالَ: «أَتَدْرونَ مَا أخْبَارهَا»؟ قالوا: الله وَرَسُولُهُ أعْلَمُ. قَالَ: «فإنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بما عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا، تَقُولُ: عَمِلْتَ كَذَا وكَذَا في يَومِ كَذَا وكَذَا، فَهذِهِ أَخْبَارُهَا». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن صحيح». 409 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «كَيْفَ أَنْعَمُ! وَصَاحِبُ القَرْنِ قَدِ التَقَمَ القَرْنَ، وَاسْتَمَعَ الإذْنَ مَتَى يُؤمَرُ بالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ»، فَكَأنَّ ذلِكَ ثَقُلَ عَلَى أصْحَابِ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ لَهُمْ: «قُولُوا: حَسْبُنَا الله وَنِعْمَ الوَكِيلُ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسنٌ». «القَرْنُ»: هُوَ الصُّورُ الَّذِي قَالَ الله تَعَالَى: {وَنُفِخَ في الصُّورِ} [الكهف: 99]، كذا فسَّره رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم. 410 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ المَنْزِلَ. ألاَ إنَّ سِلْعَةَ اللهِ غَالِيَةٌ، أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ الله الجَنَّةُ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن». وَ «أدْلَجَ»: بإسكان الدال ومعناه سَار من أول الليلِ. والمراد التشمير في الطاعة، والله أعلم. 411 - وعن عائشة رضي الله عنها، قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ القِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا». قُلْتُ: يَا رَسُول الله، الرِّجَالُ وَالنِّساءُ جَمِيعًا يَنْظُرُ بَعضُهُمْ إِلَى بَعْض؟! قَالَ: «يَا عائِشَةُ، الأمرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذلِكَ». وفي رواية: «الأَمْرُ أَهمُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعضُهُمْ إِلَى بَعضٍ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. «غُرلًا» بِضَمِّ الغَينِ المعجمة، أيْ: غَيرَ مَختُونينَ.

Bab 50. Takut Kepada Allah Ta'ala&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan kepadaKu, maka takutlah engkau semua!&quot; (al-Baqarah: 40)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Sesungguhnya tindakan siksaan Tuhannya itu adalah sangat dahsyatnya.&quot; (al-Buruj: 12)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Dan demikianlah tindakan Tuhanmu jikalau menindak kepada penduduk negeri, yang mereka itu melakukan kezaliman, sesungguhnya tindakan penghukuman Allah itu adalah amat pedih dan keras. Sesungguhnya hal yang sedemikian itu niscaya merupakan keterangan untuk orang yang takut akan siksa hari akhir. Itulah hari yang seluruh manusia dikumpulkan dan itulah pula hari yang disaksikan. Tidaklah Kami akan mengundurkan hari itu, melainkan sampai waktu yang ditentukan. Yaitu pada hari yang tidak seorang pun akan berbicara, melainkan dengan izinNya dan diantara para manusia itu ada yang celaka dan ada pula yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka tempatnya adalah dalam neraka. Mereka di situ menarik nafas panjang dan mengerang.&quot; (Hud: 102- 106)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan Allah memperingatkan engkau semua akan kewajibanmu terhadap Allah sendiri -supaya tidak terkena siksanya-.&quot; (Ali-Imran: 28)&nbsp;Juga Allah Ta'ala berfirman: &quot;Pada hari seorang manusia lari meninggalkan saudaranya, ibu dan ayahnya, juga istri dan anak-anaknya. Setiap seorang pada hari itu mempunyai urusan yang membuat diri sendiri sibuk -dari urusan orang lain-.&quot; (Abasa: 34-37)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu, sesungguhnya pergoncangan hari kiamat itu adalah suatu peristiwa yang dahsyat. Pada hari itu engkau lihat perempuan yang menyusukan melupakan anak yang disusukannya, juga setiap perempuan yang mengandung melahirkan kandungan-kandungannya; engkau lihat pula seluruh manusia itu dalam keadaan mabuk, tetapi mereka itu sebenarnya tidaklah mabuk, meiainkan siksa Allah jualah yang sangat hebatnya.&quot; (al- Haj: 1-2)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Dan orang yang takut di waktu berdiri di hadapan Tuhannya, ia akan memperoleh dua buah taman syurga.&quot; (ar-Rahman: 46)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan para ahli syurga setengahnya berhadap-hadapan dengan setengahnya sambil saling tanya menanyakan. Mereka berkata: &quot;Sesungguhnya kita pada masa dahulu -ketika di dunia- merasa takut terhadap keluarga kita. Tetapi Allah mengkaruniakan kepada kita dan melindungi kita dari siksa angin yang amat panas. Sesungguhnya kita bermohon kepadaNya sejak saat sebelum ini, sesungguhnya Allah adalah Maha Pemberi karunia lagi Penyayang.&quot; (at-Thur: 25-28) &nbsp;Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali dan dapat dimaklumi, sedang tujuannya ialah untuk menunjukkan kepada bagian yang lainnya -sebagai penjelasan- dan begitulah hasilnya.&nbsp;395. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: &quot;Kami diberitahu oleh Rasulullah s.a.w. dan ia adalah seorang yang benar lagi dapat dipercaya, sabdanya: &quot;Sesungguhnya seorang diantara engkau semua itu dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai mani, kemudian merupakan segumpal darah dalam waktu empat puluh hari itu pula, selanjutnya menjadi sekerat daging dalam waktu empat puluh hari lagi. Selanjutnya diutuslah seorang malaikat, lalu meniupkan ruh dalam tubuhnya dan diperintah untuk menulis empat kalimat, yaitu mengenai catatan rezekinya, ajal serta amalnya dan apakah ia termasuk orang celaka ataupun bahagia. Maka demi Zat yang tiada Tuhan selain daripadaNya, sesungguhnya seorang diantara engkau semua, sesungguhnya melakukan dengan amalan ahli syurga, sehingga tiada -batas- diantara dirinya dengan syurga itu melainkan hanya jarak sezira' -sehasta, tetapi telah didahului oleh catatan kitabnya, lalu ia melakukan dengan amalan ahli neraka, kemudian akhirnya masuklah ia dalam neraka itu. Dan sesungguhnya ada pula seorang diantara engkau semua itu, niscaya mengamalkan dengan amalannya ahli neraka, sehingga tidak ada -batas- antara orang itu dengan neraka, melainkan hanya jarak sezira' saja, tetapi telah didahului oleh catatan kitabnya, lalu ia mengamalkan dengan amalan ahli syurga dan akhirnya masuklah ia dalam syurga itu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Keterangan:Dalam hadis ini ada beberapa hal yang perlu kita maklumi, yaitu: Malak -malaikat- yang dikirimkan ini, memang diserahi oleh Allah untuk melihat rahim ibu anak itu sejak ia berupa mani. Di waktu ini malak itu berkata: &quot;Wahai Tuhan, apa dijadikan terus apa tidak? Kalau tidak terus ditakdirkan oleh Allah menjadi manusia, lalu dijadikan darah kotor yang terlempar sia-sia. Tetapi apabila memang dikehendaki jadi manusia, malak itu lalu berkata: &quot;Wahai Tuhan, laki-lakikah atau perempuankah ini, bagaimana rezekinya, kapankah ajalnya (waktu meninggalnya), bagaimana kelakuannya dan di bumi mana ia nanti meninggal (di kubur).&quot; Allah lalu berfirman: &quot;Pergilah ke Lauh Mahfuzh, akan engkau temui semuanya.&quot; Malak itu lalu naik ke atas Lauh Mahfuzh dan mencatat semuanya. Jadi semua apa yang terjadi atas diri kita ini benar-benar telah digariskan oleh Allah menurut takdir yang dikehendaki. Tetapi kita tetap harus berusaha menjadi hamba Allah yang baik segala-galanya, sebab kita semua tentu tidak tahu takdir apa yang akan kita alami. Jadi marilah kita berusaha dan berikhtiar, sebab hanya di tangan Allahlah semua takdir itu. Kembali ke atas, yaitu sesudah anak itu ditulis semua ketentuan-ketentuannya, lalu 40 hari jadi nuthfah, 40 hari 'alaqah dan 40 hari lagi berupa mudhghah, kemudian ditiupkan ruhnya. Selanjutnya ialah sebagaimana firman Allah dalam al-Quran: &quot;Lalu kami ubahlah mudhghah itu menjadi tulang-belulang, kemudian tulang-belulang itu kami beri daging, selanjutnya Kami lupakanlah -jadikanlah- suatu makhluk lain (yakni jadi manusia benar-benar). Maha Sucilah Allah itu, sebaik-baiknya Zat yang membuat.&quot; Yang meniupkan jiwa dalam tubuh manusia itu malak, tetapi ini tidak bererti bahwa malak yang memberi ruh kita, tetapi Allah jualah yang memberikan, hanya saja dengan tiupan malak itulah yang merupakan sebab musababnya manusia diberi ruh oleh Allah. Jadi tiupan ini hanyalah sebagai perantaraan belaka. Adapun ruh itu adalah benda halus yang hanya Allah saja yang Mengetahui akan keadaannya. Dalam al-Quran disebutkan: &quot;Dan orang-orang itu sama bertanya padamu (Muhammad) tentang halnya ruh. Katakanlah: &quot;Ruh itu adalah dari urusan Tuhanku. Engkau semua ini tidak diberi pengetahuan oleh Allah melainkan hanya sedikit sekali.&quot; Empat kalimat artinya empat ketentuan dari Allah. Maksudnya sehasta ialah karena sangat dekat jaraknya. Adapun Hadis-hadis yang menguraikan bab ini, maka amat banyak sekali pula. Maka dari itu kita akan menyebutkan sebagian dari Hadis-hadis itu, dan dengan Allah jualah datangnya pertolongan.396. Dari Ibnu Mas'ud r.a. pula, katanya: Rasulullah S.A.W bersabda: &quot;Pada hari kiamat itu -yakni disaat seluruh hamba Allah sedang berdiri untuk dihisab atau diperhitungkan amalannya, didatangkanlah di Jahannam sebanyak tujuh puluh ribu kendali dan beserta setiap kendali ada tujuh puluh ribu malaikat yang sama menariknya.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;397. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka pada hari kiamat itu adalah seorang yang di bagian bawah kedua kakinya diletakkan dua buah bara api yang dengannya itu dapat mendidihlah otaknya. Orang itu tidak meyakinkan bahwa ada orang lain yang lebih sangat siksanya daripada dirinya sendiri -jadi ia mengira bahwa dirinya itulah yang mendapat siksa yang terberat-, padahal orang itulah yang teringan sekali siksanya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;398. Dari Samurah bin Jundub r.a. bahwasanya Nabiyullah s.a.w. bersabda: &quot;Di antara para ahli neraka itu ada orang yang dijilat oleh api neraka sampai pada kedua tumitnya, diantara mereka ada yang dijilat oleh api sampai kedua lututnya, ada juga yang sampai ke empat ikat pinggangnya dan ada pula yang sampai di tulang lehernya.&quot; (Riwayat Muslim) Alhujzah ialah tempat mengikat sarung yang ada di bawah pusat. Dan Attarquwah dengan fathah ta' dan dhammahnya qaf ialah tulang yang ada di tengah leher dan setiap manusia itu mempunyai dua buah tulang tarquwah ini yang terletak di tepi lehernya.&nbsp;399. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah S.A.W bersabda: &quot;Seluruh manusia akan berdiri di hadapan Tuhan Seru sekalian alam -yakni berdiri bangun dari masing-masing kuburnya untuk diadili dan dihisab atau diperhitungkan amalannya sewaktu di dunia- sehingga diantara engkau semua itu ada orang yang tenggelam karena keringatnya sendiri sampai di pertengahan telinganya karena dahsyatnya keadaan, berdesak-desak serta amat teriknya matahari di saat itu. (Muttafaq 'alaih)&nbsp;400. Dari Anas r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. mengucapkan sebuah khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah pun seperti itu -karena amat menakutkan-. Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang dapat saya mengetahuinya, sesungguhnya engkau semua akan tertawa sedikit saja dan akan menangis banyak-banyak.&quot; Para sahabat Rasulullah s.a.w. lalu menutupi masing-masing wajahnya sambil terdengar suara isaknya. (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah s.a.w. menerima berita bahwa ada sesuatu tentang sahabat-sahabatnya, lalu beliau berkhutbah, kemudian bersabda: &quot;Ditunjukkanlah syurga dan neraka padaku maka belum pernah saya melihat sesuatu yang melebihi penglihatanku pada hari itu tentang bagusnya syurga dan buruknya neraka. Dan andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat, maka sesungguhnya engkau semua akan ketawa sedikit dan menangis banyak-banyak.&quot; Maka tidak pernah datang pada para sahabat Rasulullah s.a.w. yaitu hari yang lebih dahsyat lagi dari hari itu -tentang ngerinya khutbah yang diberikan oleh beliau s.a.w-. Para sahabat sama menutupi masing-masing kepalanya sambil terdengar suara esaknya. Alkhanin dengan menggunakan kha' mu'jamah ialah tangis dengan dengungan serta timbulnya suara esakan dari hidung.&nbsp;401. Dari al-Miqdad r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Didekatkanlah matahari pada hari kiamat itu dari para makhluk hingga jarak matahari tadi adalah bagaikan sekadar semil saja.&quot; Sulaim bin 'Amir yang meriwayatkan hadis ini dari al-Miqdad berkata: &quot;Demi Allah, saya sendiri tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan kata mil itu, apakah artinya itu jarak semil bumi ataukah mil yang artinya alat untuk mengambil celak -dari tempatnya- guna celak mata.&quot; Rasulullah s.a.w. bersabda seterusnya: &quot;Maka keadaan manusia-manusia pada hari itu adalah menurut kadar masing-masing amalannya dalam banyak sedikitnya keringat -yang keluar dari badannya-. Di antara mereka ada yang berkeringat sampai di kedua tumitnya dan diantaranya ada yang sampai di kedua lututnya dan diantaranya ada pula yang sampai di tempat pengikat sarungnya yang ada di kedua lambungnya, bahkan diantaranya ada yang dikendalikan oleh keringat itu dengan sebenar-benarnya dikendalikan -yakni seperti kendali kuda yaitu keringat tadi sampai masuk ke mulut dan kedua telinganya-.&quot; Ketika menyabdakan ini Rasulullah s.a.w. menunjuk dengan tangannya ke arah mulutnya.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;402. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Para manusia sama berkeringat pada hari kiamat, sehingga keringatnya itu turun dalam bumi sedalam tujuh puluh hasta dan keringat itu mengendalikan mereka hingga mencapai ke telinga-telinga mereka -mengendalikan maksudnya sampai ke mulut dan telinga seperti kendali.&quot; (Muttafaq 'alaih) Maknanya Yadzhabu fil-ardhi ialah turun dan menyelam.&nbsp;403. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: &quot;Kita semua bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba terdengarlah suara benda yang jatuh keras, lalu beliau bersabda: &quot;Adakah engkau semua mengetahui suara apakah ini?&quot; Kita semua berkata: &quot;Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Ini adalah batu yang di lemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan kini sudah sampai di dasar neraka itu. Maka dari itu engkau semua dapat mendengarkan suara jatuhnya.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;404. Dari 'Adi bin Hatim r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak bicara oleh Tuhannya, tidak ada antara ia dengan Tuhannya seorang penerjemahpun -perantara sebagai juru bahasanya-. Orang itu lalu melihat ke arah kanannya, tetapi tidak ada yang dilihat olehnya, melainkan amalan yang telah ia lakukan dahulu saja -sebelum itu-, dan ia melihat ke arah kirinya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan amalan yang ia lakukan dahulu saja, seterusnya ia melihat ke arah mukanya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan neraka yang ada di hadapan mukanya itu. Maka dari itu, takutlah engkau semua pada siksa api neraka, sekalipun dengan jalan sedekah dengan belahan kurma.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;405. Dari Abu Zar r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya saya itu dapat melihat apa yang engkau semua tidak dapat melihatnya. Langit bersuara dan memang sepatutnyalah jikalau ia bersuara, sebab tiada tempat terluang selebar empat jari di langit itu, melainkan tentu ada malaikatnya yang meletakkan dahinya sambil bersujud kepada Allah Ta'ala. Demi Allah, andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat, nescayalah engkau semua akan ketawa sedikit dan pasti akan menangis banyak-banyak, juga engkau semua tidak akan merasakan berlezat-lezat dengan para wanita di atas hamparan, bahkan niscayalah engkau semua akan ke luar ke jalan-jalan untuk memohonkan pertolongan kepada Allah Ta'ala.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Aththat dengan fathahnya hamzah dan syadahnya tha' dan taiththu dengan fathahnya ta' dan sesudahnya itu hamzah yang dikasrahkan, juga al-athithu, ialah suara sekedup atau tempat duduk di atas unta ataupun lain-lainnya. Maknanya ialah bahwasanya karena banyak malaikat yang ada di langit yang sama beribadah itu telah menyebabkan langit itu merasa berat, sehingga bersuara tadi, sedang ashshu'udat dengan dhammahnya shad dan 'ain artinya ialah jalan dan artinya taj-aruna ialah memohonkan pertolongan.&nbsp;406. Dari Abu Barzah -dengan menggunakan r.a. kemudian zai- yaitu Nadhlah bin 'Ubaid al-Aslami r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidak henti-hentinya kedua kaki seorang hamba -di hadapan Allah- pada hari kiamat -untuk ditentukan-, apakah masuk syurga atau neraka, sehingga ia ditanya perihal umurnya, untuk apa dihabiskannya, perihal ilmunya, untuk apa ia melakukannya, perihal hartanya, dari mana ia memperolehnya dan untuk apa dinafkahkannya, juga perihal tubuhnya, untuk kepentingan apa dirusakkannya -yakni sampai matinya itu digunakan apa-.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.&nbsp;407. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. membaca -yang artinya-: &quot;Pada hari itu -yakni hari kiamat- bumi akan memberitahukan kabar-kabarnya,&quot; kemudian beliau s.a.w. bersabda : &quot;Adakah engkau semua mengetahui, apakah kabar-kabarnya itu?&quot; Para sahabat berkata: &quot;Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Sesungguhnya kabar-kabar yang akan diberitahukan itu ialah bahwa bumi itu akan menyaksikan pada setiap hamba, lelaki atau perempuan, perihal apa yang dilakukan di atas bumi itu. Bumi akan mengucapkan: &quot;Orang ini akan melakukan begini dan begitu pada hari ini dan itu. Inilah kabar-kabarnya.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. [Baca Status Hadis Disini]&nbsp;408. Dari Abu Said al-Khudri r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Bagaimanakah saya akan dapat bersenang-senang sedang malaikat yang bertugas meniup terompet sudah meletakkan mulutnya pada ujung -mulut- terompet -sebagai tanda sudah dekatnya hari kiamat- sambil mendengarkan perintah, kapan saja ia diperintah untuk meniupnya itu, maka seketika itu pula ia akan meniupkannya.&quot; Berita yang sedemikian dirasakan amat berat sekali oleh para sahabat Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda kepada mereka: &quot;Ucapkan sajalah: Hasbunallah wa ni'mal wakil -yakni cukuplah kita semua menyerahkan diri kepada Allah dan Dia adalah sebaik-baiknya Zat yang diserahi.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. Alqarn ialah terompet yang difirmankan oleh Allah Ta'ala -yang artinya: Dan ditiuplah dalam terompet. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Rasulullah s.a.w.&nbsp;409. Dari Abu Hurairah r.a, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang takut bermalam, tentu ia terus berjalan di waktu malam -untuk pulang- dan barangsiapa yang berjalan malam-malam, tentu sampai di rumah. Ingatlah bahwasanya harta benda Allah itu adalah mahal sekali. Ingatlah bahwasanya harta benda Allah yang dimaksudkan itu ialah syurga.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini dalah hadis hasan. Adlaja dengan sukunnya dal, artinya ialah berjalan di waktu permulaan malam. Adapun maksudnya ialah supaya kita semua giat-giat untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Wallahu a'lam.&nbsp;410. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Dikumpulkanlah sekalian manusia di padang mahsyar pada hari kiamat dengan telanjang kaki, telanjang tubuh dan tidak berkhitan kemaluannya.&quot; Saya bertanya: &quot;Ya Rasulullah, kalau begitu kaum wanita dan kaum pria semuanya dapat melihat antara yang sebagian dengan sebagian yang lainnya.&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Hai Aisyah, peristiwa pada hari itu lebih sangat untuk menjadi perhatian mereka daripada memperhatikan orang lain.&quot; Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Peristiwa pada hari itu lebih penting untuk diperhatikan oleh setiap orang -daripada yang sebagian melihat kepada sebagian yang lain-.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ghurlan dengan dhammahnya ghain artinya tidak berkhitan. (HR.riyadhus_shalihin : 50)