Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 491

وعن عروة، عن عائشة رضي الله عنها، أنّها كَانَتْ تقول: وَاللهِ، يَا ابْنَ أُخْتِي، إنْ كُنَّا نَنْظُرُ إِلَى الهِلاَلِ، ثُمَّ الهِلالِ: ثَلاَثَةُ أهلَّةٍ في شَهْرَيْنِ، وَمَا أُوقِدَ في أبْيَاتِ رسول الله صلى الله عليه وسلم - نَارٌ. قُلْتُ: يَا خَالَةُ، فَمَا كَانَ يُعِيشُكُمْ؟ قالت: الأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالمَاءُ، إِلاَّ أنَّهُ قَدْ كَانَ لرسول الله - صلى الله عليه وسلم - جِيرَانٌ مِنَ الأَنْصَارِ، وكَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يُرْسِلُونَ إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مِنْ ألْبَانِهَا فَيَسْقِينَا. متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Urwah dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Aisyah pernah berkata: "Demi Allah, hai anak saudaraku, sesungguhnya kita melihat ke bulan sabit, kemudian timbul pula bulan sabit, kemudian timbul pula bulan sabit. Jadi tiga bulan sabit yang berarti dalam dua bulan lamanya, sedang di rumah-rumah keluarga Rasulullah s.a.w. tidak pernah ada nyala api." Saya -yakni Urwah- berkata: "Hai bibi, maka apakah yang dapat menghidupkan Anda sekalian?" Aisyah radhiallahu 'anha menjawab: "Dua benda hitam, yaitu kurma dan air belaka, hanya saja Rasulullah s.a.w. mempunyai beberapa tetangga dari kaum Anshar, mereka itu mempunyai beberapa ekor unta manihah, lalu mereka kirimkanlah air susunya itu kepada Rasulullah s.a.w. kemudian memberikan minuman itu kepada kita." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 491)
No Hadist 492

وعن أَبي سعيد المقبُريِّ، عن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أَنَّهُ مَرَّ بِقَومٍ بَيْنَ أيدِيهمْ شَاةٌ مَصْلِيَّةٌ، فَدَعَوْهُ فَأبَى أَنْ يأْكُلَ. وقال: خرج رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَشْبَعْ مِنْ خُبْزِ الشَّعيرِ. رواه البخاري. «مَصْلِيَّةٌ» بفتح الميم: أيْ مَشْوِيَّةٌ.

Dari Said al-Maqburi dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia berjalan melalui kaum yang di hadapan mereka itu ada seekor kambing yang sedang dipanggang. Mereka memanggilnya, tetapi ia enggan untuk ikut memakannya dan ia berkata: "Rasulullah s.a.w. keluar dari dunia -yakni wafat- dan tidak pernah kenyang dari roti gandum." [Riwayat Bukhari] (HR.Riyadhus Shalihin : 492)
No Hadist 493

وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: لَمْ يَأكُلِ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - عَلَى خِوَانٍ حَتَّى مَاتَ، وَمَا أكَلَ خُبْزًا مُرَقَّقًا حَتَّى مَاتَ. رواه البخاري. وفي رواية لَهُ: وَلاَ رَأى شَاةً سَمِيطًا بعَيْنِهِ قَطُّ.

Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu tidak pernah makan di atas meja sehingga beliau wafat, juga tidak pernah makan roti yang diperhaluskan buatannya sehingga beliau wafat." [Riwayat BukhariDala] riwayatnya Imam Bukhari yang lain disebutkan: "Juga beliau s.a.w. tidak pernah melihat kambing yang disamit dengan matanya sama sekali," disamit artinya dihilangkan bulu-bulunya lalu dibakar dengan kulitnya sekali. (HR.Riyadhus Shalihin : 493)
No Hadist 494

وعن النعمان بن بشير رضي الله عنهما، قَالَ: لَقَدْ رَأيْتُ نَبيَّكُمْ - صلى الله عليه وسلم - وَمَا يَجِدُ مِنَ الدَّقَلِ مَا يَمْلأُ بِهِ بَطْنَهُ. رواه مسلم. «الدَّقَلُ»: تَمْرٌ رَدِيءٌ.

Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sungguh-sungguh saya pernah melihat Nabimu semua s.a.w. dan beliau tidak mendapatkan kurma bermutu rendahpun yang dapat digunakan untuk mengisi perutnya." [Riwayat Muslim]Daqal adalah kurma yang bermutu rendah. (HR.Riyadhus Shalihin : 494)
No Hadist 495

وعن سهلِ بن سعد - رضي الله عنه - قَالَ: مَا رَأى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - النَّقِيَّ مِنْ حِين ابْتَعَثَهُ الله تَعَالَى حَتَّى قَبضَهُ الله تَعَالَى. فقِيلَ لَهُ: هَلْ كَانَ لَكُمْ في عَهدِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مَنَاخِلُ؟ قَالَ: مَا رَأى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مُنْخُلًا مِنْ حِينَ ابْتَعَثَهُ اللهُ تَعَالَى حَتَّى قَبَضَهُ اللهُ تَعَالَى، فَقِيلَ لَهُ: كَيْفَ كُنْتُمْ تَأكُلُونَ الشَّعِيرَ غَيْرَ مَنْخُولٍ؟ قَالَ: كُنَّا نَطحَنُهُ وَنَنْفُخُهُ، فيَطيرُ مَا طَارَ، وَمَا بَقِيَ ثَرَّيْنَاهُ. رواه البخاري.<br><br>قَوْله: «النَّقِيّ» هُوَ بفتح النون وكسر القاف وتشديد الياءِ: وَهُوَ الخُبْزُ الحُوَّارَى، وَهُوَ: الدَّرْمَكُ. قَوْله: «ثَرَّيْنَاهُ» هُوَ بثاء مثلثة، ثُمَّ راء مشددة، ثُمَّ يَاءٍ مُثَنَّاة من تَحْت ثُمَّ نون، أيْ: بَللْنَاهُ وَعَجَنَّاهُ.

Dari Sahal bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat roti putih sama sekali sejak beliau di utus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala. Kepada Sahal ini ditanyakan: "Apakah di zaman Rasulullah s.a.w. itu engkau semua tidak mempunyai alat pengayak?" Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat alat pengayak itu sejak beliau diutus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala." Kepadanya ditanyakan lagi: "Bagaimana caranya engkau semua makan gandum kalau tidak diayak?" Ia menjawab: "Kita semua menumbuknya dan meniupkannya, kemudian beterbanganlah benda-benda yang dapat terbang daripadanya itu lalu mana yang tertinggal, maka itulah yang kami basahi untuk dijadikan adukan tepung -untuk membuat roti." [Riwayat Bukhari]Ucapannya Annaqi dengan fathahnya nun dan kasrahnya qaf serta syaddahnya ya' yaitu roti yang berwarna putih dan itulah yang disebut darmak. Tsarrainahu dengan tsa' mutsallatsah kemudian ra' musyaddadah lalu ya' mutsannat di bawahnya, lalu nun, artinya kita basahi dan kita jadikan adukan tepung -guna membuat roti. (HR.Riyadhus Shalihin : 495)
No Hadist 496

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: خرجَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ لَيْلَةٍ، فَإذَا هُوَ بأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رضي الله عنهما، فَقَالَ: «مَا أَخْرَجَكُمَا مِنْ بُيُوتِكُما هذِهِ السَّاعَةَ؟» قَالا: الجُوعُ يَا رسول الله. قَالَ: «وَأنَا، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لأخْرَجَنِي الَّذِي أخْرَجَكُما، قُوما» فقَامَا مَعَهُ، فَأتَى رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ، فَإذَا هُوَ لَيْسَ في بيْتِهِ، فَلَمَّا رَأَتْهُ المَرْأَةُ، قالت: مَرْحَبًا وَأهلًا. فقال لَهَا رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «أيْنَ فُلانُ؟» قالت: ذَهَبَ يَسْتَعْذِبُ لنَا المَاءَ. إِذْ جَاءَ الأَنْصَارِيُّ، فَنَظَرَ إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَصَاحِبَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: الحَمْدُ للهِ، مَا أَحَدٌ الْيَوْمَ أكْرَمَ أضْيَافًا مِنِّي، فَانْطَلَقَ فَجَاءهُمْ بِعِذْقٍ فِيهِ بُسْرٌ وَتَمْرٌ وَرُطَبٌ، فَقَالَ: كُلُوا، وَأَخَذَ الْمُدْيَةَ، فَقَالَ لَهُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «إيَّاكَ وَالْحَلُوبَ» فَذَبَحَ لَهُمْ، فَأكَلُوا مِنَ الشَّاةِ وَمِنْ ذَلِكَ العِذْقِ وَشَرِبُوا. فَلَمَّا أَنْ شَبِعُوا وَرَوُوا قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - لأَبي بَكْر وَعُمَرَ رضي الله عنهما: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتُسْأَلُنَّ عَنْ هَذَا النَّعِيمِ يَوْمَ القِيَامَةِ، أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمُ الْجُوعُ، ثُمَّ لَمْ تَرْجِعُوا حَتَّى أصَابَكُمْ هَذَا النَّعيمُ». رواه مسلم.<br><br>قولُهَا: «يَسْتَعْذِبُ» أيْ: يَطْلُبُ المَاءَ العَذْبَ، وَهُوَ الطَّيِّبُ. وَ «العِذْقُ» بكسر العين وإسكان الذال المعجمة: وَهُوَ الكِباسَةُ، وَهِيَ الغُصْنُ. وَ «المُدْيَةُ» بضم الميم وكسرها: هي السِّكِّينُ. وَ «الْحَلُوبُ»: ذاتُ اللَّبَن. وَالسُّؤالُ عَنْ هَذَا النَّعِيمِ سُؤَالُ تَعْدِيد النِّعَم لا سُؤَالُ تَوْبيخٍ وتَعْذِيبٍ، والله أعلَمُ. وَهَذَا الأَنْصَارِيُّ الَّذِي أَتَوْهُ هُوَ، أَبُو الْهَيْثَم بْنُ التَّيِّهَانِ، كَذَا جَاءَ مُبَيَّنًا في رواية الترمذي وغيره.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pada suatu hari atau suatu malam keluar, kemudian tiba-tiba bertemu dengan Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma, lalu beliau bertanya: "Apakah yang menyebabkan engkau berdua keluar ini?" Keduanya menjawab: "Karena lapar ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Adapun saya, demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya yang menyebabkan saya keluar ini adalah sesuatu yang juga menyebabkan engkau berdua keluar itu -yakni sama-sama lapar-, Ayolah pergi." Keduanya pergi bersama beliau s.a.w., lalu mendatangi seorang lelaki dari kaum Anshar, tiba-tiba lelaki itu tidak sedang di rumahnya. Ketika istrinya melihat Nabi s.a.w., lalu berkata: Marhaban wa ahlan. Selamat datang di rumah ini dan harap mendapatkan keluarga yang baik. Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Di mana Fulan -suamimu?" Istrinya menjawab: "Ia pergi mencari air tawar untuk kita." Tiba-tiba di saat itu orang Anshar -suaminya itu- datang. Ia melihat kepada Rasulullah s.a.w. dan kedua orang sahabatnya, kemudian berkata: "Alhamdulillah. Tiada seorangpun yang pada hari ini mempunyai tamu-tamu yang lebih mulia daripada saya sendiri. Orang itu lalu pergi kemudian datang lagi menemui tamu-tamunya itu dengan membawa sebuah batang kurma -berlobang- berisikan kurma berwarna, kurma kering dan kurma basah. Iapun berkata: "Silahkanlah makan." Selanjutnya ia mengambil pisau, lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jangan menyembelih yang mengandung air susu." Orang Anshar itu lalu menyembelih untuk tamu-tamunya itu, kemudian mereka makan kambing itu, juga kurma dari batang kurma tadi serta minum pulalah mereka. Setelah semuanya itu kenyang dan segar -tidak kehausan- lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya engkau semua akan ditanya dari kenikmatan yang engkau semua rasakan ini pada hari kiamat. Engkau semua dikeluarkan dari rumahmu oleh kelaparan. Kemudian engkau semua tidak kembali sehingga engkau semua memperoleh kenikmatan ini." [Riwayat Muslim]Ucapannya yasta'dzibu artinya mencari air tawar dan itulah air yang bagus. Al-'izdqu dengan kasrahnya 'ain dan sukunnya dzal mu'jamah, yaitu batang atau dahan -kurma dan lain-lain. Almudyatu dengan dhammahnya mim atau boleh pula dikasrahkan, yaitu pisau. Alhalub ialah binatang yang berisikan susu dalam teteknya. Pertanyaan mengenai kenikmatan ini adalah pertanyaan tentang banyak jumlahnya kenikmatan, bukan pertanyaan sebagai olok-olok dan penyiksaan. Wallahu a'lam. Adapun orang Anshar yang didatangi oleh Rasulullah s.a.w. serta kedua orang sahabatnya itu ialah Abul Haitsam bin at-Taihan. Demikianlah dalam sebuah Hadis yang dijelaskan menurut riwayat Tirmidzi dan lain-lain. (HR.Riyadhus Shalihin : 496)
No Hadist 497

وعن خالد بن عُمَيْر العَدَوِيِّ، قَالَ: خَطَبَنَا عُتْبَةُ بنُ غَزْوَانَ، وَكَانَ أمِيرًا عَلَى البَصْرَةِ، فَحَمِدَ الله وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الدُّنْيَا قَدْ آذَنَتْ بِصُرْمٍ، وَوَلَّتْ حَذَّاءَ، وَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلاَّ صُبَابَةٌ كَصُبَابَةِ الإنَاءِ يَتَصَابُّهَا صَاحِبُهَا، وَإِنَّكُمْ مُنْتَقِلُونَ مِنْهَا إِلَى دَارٍ لاَ زَوَالَ لَهَا، فَانْتَقِلُوا بِخَيرِ مَا بِحَضْرَتِكُمْ، فَإِنَّهُ قَدْ ذُكِرَ لَنَا أنَّ الحَجَرَ يُلْقَى مِنْ شَفِيرِ جَهَنَّمَ فَيَهْوِي فِيهَا سَبْعِينَ عَامًا، لاَ يُدْرِكُ لَهَا قَعْرًا، وَاللهِ لَتُمْلأَنَّ أَفَعَجِبْتُمْ؟! وَلَقدْ ذُكِرَ لَنَا أنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَيْنِ مِنْ مَصَارِيعِ الْجَنَّةِ مَسيرَةُ أرْبَعِينَ عَامًا، وَليَأتِيَنَّ عَلَيْهَا يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيظٌ مِنَ الزِّحَامِ، وَلَقَدْ رَأيْتُنِي سَابعَ سَبْعَةٍ مَعَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مَا لَنَا طَعَامٌ إِلاَّ وَرَقُ الشَّجَرِ، حَتَّى قَرِحَتْ أشْدَاقُنَا، فَالتَقَطْتُ بُرْدَةً فَشَقَقْتُهَا بَيْنِي وَبَيْنَ سَعْدِ بْنِ مَالِكٍ، فاتَّزَرْتُ بِنِصْفِهَا، وَاتَّزَرَ سَعْدٌ بِنِصْفِهَا، فَمَا أصْبَحَ اليَوْمَ مِنَّا أحَدٌ إِلاَّ أَصْبَحَ أمِيرًا عَلَى مِصرٍ مِنَ الأَمْصَارِ، وَإنِّي أعُوذُ بِاللهِ أَنْ أكُونَ فِي نَفْسِي عَظِيمًا، وَعِنْدَ اللهِ صَغِيرًا. رواه مسلم.<br><br>قَوْله: «آذَنَتْ» هُوَ بِمَدّ الألف، أيْ: أعْلَمَتْ. وَقَوْلُه: «بِصُرْم» هُوَ بضم الصاد، أيْ: بِانْقِطَاعِهَا وَفَنَائِهَا. وَقوله: «ووَلَّتْ حَذَّاءَ» هُوَ بحاءٍ مهملة مفتوحة، ثُمَّ ذال معجمة مشدّدة، ثُمَّ ألف ممدودة، أيْ: سريعة. وَ «الصُّبَابَةُ» بضم الصاد المهملة وهي: البَقِيَّةُ اليَسِيرَةُ. وَقَوْلُهُ: «يَتَصَابُّهَا» هُوَ بتشديد الباء قبل الهاء، أيْ: يجمعها. وَ «الْكَظِيظُ»: الكثير الممتلىءُ. وَقَوْلُه: «قَرِحَتْ» هُوَ بفتح القاف وكسر الراء، أيْ صارت فِيهَا قُروح.

Dari Khalid bin Umar al-Adawi, katanya: "Utbah bin Ghazwan berkhutbah kepada kita dan ia adalah menjabat sebagai gubernur di Bashrah. Ia bertahmid kepada Allah serta memujiNya, kemudian berkata: "Amma ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah memberitahukan akan kerusakannya dan akan menyingkir dengan cepatnya, maka daripadanya itu tidak akan tertinggal melainkan sisanya yang sedikit sekali, sebagaimana sisanya wadah yang dikumpulkan isinya itu oleh pemiliknya. Sesungguhnya engkau semua pasti berpindah dari dunia ini, ke perumahan yang tidak akan ada lenyapnya -yakni kekal. Maka dari itu berpindahlah dengan sebaik-baik bekal yang ada padamu semua. Sesungguhnya saja telah disebutkan kepada kita -oleh Nabi s.a.w.- bahwa sebuah batu yang dilemparkan dari tepi Jahanam itu lalu jatuh ke dalamnya sampai selama tujuhpuluh tahun, tetapi belum lagi mencapai dasarnya. Demi Allah, sesungguhnya Jahanam itu benar-benar akan dipenuhi, adakah engkau semua heran tentang itu? Juga sesungguhnya telah disebutkan kepada kita bahwasanya antara dua daun pintu dari beberapa daun pintu syurga itu adalah berjarak sejauh perjalanan empat puluh tahun. Sesungguhnya pula akan datang terhadap syurga itu suatu hari bahwa ia menjadi penuh padat karena sesaknya - yakni berjejal-jejal orang hendak memasukinya. Saya sendiri telah mengalami bahwa diri saya termasuk yang ketujuh dari tujuh orang yang menyertai Rasulullah s.a.w., yang kita tidak memiliki makanan apapun, melainkan daun-daunan pohon, sehingga banyaklah luka-luka yang timbul di rahang kita, kemudian saya mendapatkan selembar kain, lalu saya sobeklah kain itu untuk dibagikan antara saya sendiri dengan Sa'ad bin Malik, jadi saya bersarung dengan separuh kain itu dan Sa'ad juga bersarung dengan separuhnya lagi. Selanjutnya pada hari ini, seorang diantara kita berdua itu tidaklah menjabat melainkan sebagai seorang gubernur dari sebuah daerah dari sekian banyak daerah yang ada. Sesungguhnya saya mohon perlindungan kepada Allah kalau saya merasa dalam diri sendiri itu sebagai orang yang agung, sedang di sisi Allah hanyalah kecil belaka." [Riwayat Muslim]Ucapannya adzanat, dengan madnya alif, artinya memberitahukan. Shurmun dengan dhammahnya dhad yaitu putus atau lenyap Wallat hadzdzaa dengan ha' muhmalah yang difathahkan lalu dzal mu'jamah musyaddadah lalu alif mamdudah, artinya cepat. Ashshubabah dengan dhammahnya shad muhmalah, artinya sisa yang sedikit. Yatashabbuba dengan syaddahnya ba' sebelum ha' artinya mengumpulkannya. Alkazhizh, artinya yang banyak serta penuh padat. Qarihat dengan fathahnya qaf dan kasrahnya ra', artinya di tempat itu banyak luka-lukanya. (HR.Riyadhus Shalihin : 497)
No Hadist 498

وعن أَبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - قَالَ: أخْرَجَتْ لَنَا عَائِشَةُ رضي الله عنها كِسَاءً وَإزارًا غَلِيظًا، قالَتْ: قُبِضَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في هَذَيْنِ. متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abu Musaal-Asy'ari r.a., katanya: "Aisyah radhiallahu 'anha mengeluarkan untuk kita -maksudnya agar kita dapat melihatnya- sebuah baju dan sarung kasar, lalu ia berkata: "Rasulullah s.a.w. dicabut ruhnya sewaktu mengenakan kedua pakaian ini." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 498)
No Hadist 499

وعن سعد بن أَبي وقاص - رضي الله عنه - قَالَ: إنِّي لأَوَّلُ الْعَرَبِ رَمَى بِسَهْمٍ في سَبِيلِ الله، وَلَقَدْ كُنَّا نَغْزُو مَعَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مَا لَنَا طَعَامٌ إِلاَّ وَرَقُ الْحُبْلَةِ، وَهذَا السَّمُرُ، حَتَّى إنْ كَانَ أحَدُنَا لَيَضَعُ كَمَا تَضَعُ الشَّاةُ مَا لَهُ خَلْطٌ. متفقٌ عَلَيْهِ.<br>«الحُبْلَة» بضم الحاء المهملة وإسكان الباءِ الموحدةِ: وَهِيَ وَالسَّمُرُ، نَوْعَانِ مَعْرُوفَانِ مِنْ شَجَرِ الْبَادِيَةِ.

Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Sesungguhnya saya itu pertama-tama orang Arab yang melempar dengan panahnya -untuk- fisabilillah. Kita semua waktu itu berperang beserta Rasulullah s.a.w. dan kita tidak mempunyai makanan sedikitpun melainkan daun pohon hublah dan daun pohon samurini, sehingga seorang dari kita itu sesungguhnya mengeluarkan kotoran besar sebagaimana keadaan kambing kalau mengeluarkan kotoran besarnya dan tidak dapat bercampur dengan lainnya -yakni bulat-bulat serta kering, karena tidak ada yang dimakan." [Muttafaq 'alaih]Alhublah dengan dhammahnya ha' dan sukunnya ba' muwah-hadah, juga samur adalah dua macam pohon-pohonan yang terkenal di daerah badiah yakni tanah Arab bagian pedalaman. (HR.Riyadhus Shalihin : 499)
No Hadist 500

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمّدٍ قُوتًا». متفقٌ عَلَيْهِ. قَالَ أهْلُ اللُّغَةِ وَالغَرِيبِ: مَعْنَى «قُوتًا» أيْ: مَا يَسُدُّ الرَّمَقَ.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad ini makanan sekadar menutup kelaparan." [Muttafaq 'alaih]Ahli lughat dan gharib -yakni yang memperbincangkan mufradat dari al-Quran dan al-Hadis- mengatakan, bahwa artinya qut ialah sesuatu yang dimakan untuk menutup sisa hidup. (HR.Riyadhus Shalihin : 500)