Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 681

وعن عمران بن حصينٍ رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ». متفقٌ عَلَيْهِ. وفي رواية لمسلمٍ: «الحياءُ خَيْرٌ كُلُّهُ» أَوْ قَالَ: «الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ».

Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Sifat malu itu baik seluruh akibatnya." Atau beliau s.a.w. bersabda: "Malu itu semuanya baik akibatnya." Yang dimaksud itu ialah malu mengerjakan kejahatan atau hal-hal yang tidak sopan menurut pandangan umum. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama. (HR.Riyadhus Shalihin : 681)
No Hadist 682

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الإيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً: فَأفْضَلُهَا قَوْلُ: لاَ إلهَ إِلاَّ الله، وَأدْنَاهَا إمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمَانِ». متفقٌ عَلَيْهِ. «البِضْعُ» بكسر الباءِ ويجوز فتحها: وَهُوَ مِنَ الثَّلاَثَةِ إِلَى الْعَشَرَةِ. وَ «الشُّعْبَةُ»: القِطْعَةُ وَالْخَصْلَةُ. وَ «الإمَاطَةُ»: الإزَالَةُ. وَ «الأَذَى»: مَا يُؤْذِي كَحَجَرٍ وشوك وَطِينٍ ورماد وَقَذَرٍ وَنَحْو ذَلِكَ.

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Keimanan itu ada tujuh puluh lebih -tiga sampai sembilan- atau keimanan itu cabangnya ada enam puluh lebih -tiga sampai sembilan-. Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, ranting, paku, kayu, tumpahan minyak oli, lumpur, abu kotoran dan lain-lain sebagainya- dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 682)
No Hadist 683

وعن أَبي سعيدٍ الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ في خِدْرِهَا، فَإذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ في وَجْهِه. متفقٌ عَلَيْهِ. قَالَ العلماءُ: حَقِيقَةُ الحَيَاءِ خُلُقٌ يَبْعَثُ عَلَى تَرْكِ القَبِيحِ، وَيَمْنَعُ مِنَ التَّقْصِيرِ في حَقِّ ذِي الحَقِّ. وَرَوَيْنَا عَنْ أَبي القاسم الْجُنَيْدِ رَحِمَهُ اللهُ، قَالَ: الحَيَاءُ: رُؤيَةُ الآلاءِ - أيْ النِّعَمِ - ورُؤْيَةُ التَّقْصِيرِ، فَيَتَوَلَّدُ بَيْنَهُمَا حَالَةٌ تُسَمَّى حَيَاءً . وَالله أعلم.

Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat persembunyiannya -yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya-. Ia -perawan tersebut- amat sangat malu kepada suaminya itu. Jikalau beliau s.a.w. melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya." [Muttafaq 'alaih]Para alim ulama berkata: "Hakikat sifat malu itu ialah suatu budi pekerti yang menyebabkan seorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan menyebabkan ia tidak mau lengah untuk menunaikan haknya seorang yang mempunyai hak." Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al-Junaid rahimahullah, katanya: "Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu tumbuhlah diantara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan yang dinamakan sifat malu." Wallahu a'lam (HR.Riyadhus Shalihin : 683)
No Hadist 684

وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ القِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى الْمَرْأةِ وتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا». رواه مسلم.

Dari Abu Said al-Khudri r.a, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya pada hari kiamat ialah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istrinya itupun menyetubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia istrinya itu," misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. [Riwayat Muslim] (HR.Riyadhus Shalihin : 684)
No Hadist 685

وعن عبدِ الله بن عمر رضي الله عنهما: أنَّ عمرَ - رضي الله عنه - حِيْنَ تأيَّمَتْ بِنْتُهُ حَفْصَةُ، قَالَ: لَقِيتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفّانَ - رضي الله عنه - فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَفْصَةَ، فَقُلْتُ: إنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفْصَةَ بِنْتَ عُمَرَ؟ قَالَ: سأَنْظُرُ فِي أمْرِي. فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ ثُمَّ لَقِيَنِي، فَقَالَ: قَدْ بَدَا لِي أَنْ لاَ أتَزَوَّجَ يَوْمِي هَذَا. فَلَقِيتُ أَبَا بَكْرٍ - رضي الله عنه - فقلتُ: إنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفْصَةَ بنْتَ عُمَرَ، فَصَمتَ أَبُو بَكْرٍ - رضي الله عنه - فَلَمْ يَرْجِعْ إلَيَّ شَيْئًا! فَكُنْتُ عَلَيْهِ أَوْجَدَ مِنِّي عَلَى عُثْمَانَ، فَلَبِثَ لَيَالِيَ ثُمَّ خَطَبَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - فَأنْكَحْتُهَا إيَّاهُ. فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: لَعَلَّكَ وَجَدْتَ عَلَيَّ حِيْنَ عَرَضْتَ عَلَيَّ حَفْصَةَ فَلَمْ أرْجِعْ إِلَيْكَ شَيْئًا؟ فقلتُ: نَعَمْ، قَالَ: فَإنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أرْجِعَ إِلَيْك فِيمَا عَرَضْتَ عَلَيَّ إِلاَّ أنِّي كُنْتُ عَلِمْتُ أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - ذَكَرَهَا، فَلَمْ أكُنْ لأُفْشِيَ سِرَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَلَوْ تَرَكَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - لَقَبِلْتُهَا. رواه البخاري. «تَأَيَّمَتْ» أيْ: صَارَتْ بِلاَ زَوْجٍ، وَكَانَ زَوْجُهَا تُوُفِّيَ - رضي الله عنه. «وَجَدْتَ»: غَضِبْتَ.

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a. pada suatu ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah. Umar berkata: "Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya akan Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau Anda suka, akan saya kawinkan Anda dengan Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan dulu persoalanku ini," -yakni suka mengawini atau tidaknya-. Saya -Umar- berdiam diri beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari-, kemudian ia menemui saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam pendirian saya bahwa saya tidak akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu dengan Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau Anda suka, saya akan mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan seterusnya ia tidak kembali padaku sama sekali -yakni tidak memberikan jawaban apa-apa perihal ya atau tidaknya-. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka saya lebih sangat marahnya kepada Abu Bakar daripada terhadap Usman. Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinang oleh Nabi s.a.w. lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w. Setelah itu Abu Bakar menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali Anda marah kepada saya ketika Anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan jawaban apapun pada Anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu berkata lagi: "Sebenarnya tidak ada yang menghalang-halangi saya untuk kembali -memberikan jawaban- kepada Anda itu perihal apa yang Anda tawarkan pada saya, hanya saja karena saya telah mengerti bahwa Nabi s.a.w. pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan akan mengawininya-. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahasia Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya -yakni tidak ada keinginan mengawininya-, sesungguhnya saya menerimanya -yakni suka mengawininya-. [Riwayat Bukhari]Taayyamat yaitu menjadi tidak bersuami lagi -yakni janda-, karena suaminya r.a. telah wafat. Wajad-ta artinya marah. (HR.Riyadhus Shalihin : 685)
No Hadist 686

وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: كُنَّ أزْوَاجُ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - عِنْدَهُ، فَأقْبَلَتْ فَاطِمَةُ رضي الله عنها تَمْشِي، مَا تُخْطِئُ مِشيتُها مِنْ مشْيَةِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - شَيْئًا، فَلَمَّا رَآهَا رَحَّبَ بِهَا، وقال: «مَرْحَبًا بِابْنَتِي»، ثُمَّ أجْلَسَهَا عَنْ يَمِينِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ، ثُمَّ سَارَّهَا فَبَكتْ بُكَاءً شَديدًا، فَلَمَّا رَأى جَزَعَهَا، سَارَّهَا الثَّانِيَةَ فَضَحِكَتْ، فقلتُ لَهَا: خَصَّكِ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - مِنْ بَيْنِ نِسَائِهِ بالسِّرَارِ، ثُمَّ أنْتِ تَبْكِينَ! فَلَمَّا قَامَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - سَألْتُهَا: مَا قَالَ لَكِ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم -؟ قالت: مَا كُنْتُ لأُفْشِي عَلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - سِرَّهُ، فَلَمَّا تُوُفِّيَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قُلْتُ: عَزَمْتُ عَلَيْكِ بِمَا لِي عَلَيْكِ مِنَ الحَقِّ، لَمَا حَدَّثْتِنِي مَا قَالَ لَكِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم؟ فقالَتْ: أمَّا الآن فَنَعَمْ، أمَّا حِيْنَ سَارَّنِي في المَرَّةِ الأُولَى فأخْبَرَنِي أنّ جِبْريلَ كَانَ يُعَارِضُهُ القُرآنَ في كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ، وَأنَّهُ عَارَضَهُ الآنَ مَرَّتَيْنِ، وَإنِّي لا أُرَى الأجَلَ إِلاَّ قَدِ اقْتَرَبَ، فَاتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي، فَإنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أنَا لَكِ، فَبَكَيْتُ بُكَائِي الَّذِي رَأيْتِ، فَلَمَّا رَأى جَزَعِي سَارَّنِي الثَّانِيَةَ، فَقَالَ: «يَا فَاطِمَةُ، أمَا تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ المُؤُمِنِينَ، أَوْ سَيَّدَةَ نِساءِ هذِهِ الأُمَّةِ؟» فَضَحِكتُ ضَحِكِي الَّذِي رَأيْتِ. متفقٌ عَلَيْهِ، وهذا لفظ مسلم.

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para istri Nabi s.a.w. sedang berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian menghadaplah puterinya yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan berjalan dan -cara- berjalannya itu tidak ada salahnya sama sekali -yakni sama persis- dengan cara jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun menyambutnya dengan baik dan bersabda: "Marhaban hai puteriku." Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau -menurut riwayat lain- di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya sekali lagi, lalu Fathimah tertawa." Saya -Aisyah- berkata kepada Fathimah: "Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah s.a.w. diantara sekalian istri-istrinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu saya -Aisyah- bertanya kepada Fathimah: "Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah menjawab: "Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah s.a.w." Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: "Saya bersengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau meberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah menjawab: "Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, yaitu beliau s.a.w. memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang yang mendahului ialah saya mendahuluimu." Karena itu lalu saya menangis sebagaimana tangisku yang Anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu -pemimpin- dari seluruh wanita dari kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan umat ini?" Oleh karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang Anda lihat dulu itu." [Muttafaq 'alaih]Ini adalah lafaznya Imam Muslim. (HR.Riyadhus Shalihin : 686)
No Hadist 687

وعن ثَابِتٍ، عن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: أتَى عَلَيَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَأنَا ألْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ، فَسَلمَ عَلَيْنَا، فَبَعَثَني إِلَى حاجَةٍ، فَأبْطَأتُ عَلَى أُمِّي. فَلَمَّا جِئْتُ، قالت: مَا حَبَسَكَ؟ فقلتُ: بَعَثَني رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - لِحَاجَةٍ، قالت: مَا حَاجَتُهُ؟ قُلْتُ: إنَّهاَ سرٌّ. قالت: لا تُخْبِرَنَّ بِسرِّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أحَدًا، قَالَ أنَسٌ: وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أحَدًا لَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَا ثَابِتُ. رواه مسلم وروى البخاري بعضه مختصرًا.

Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w. mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah saya datang, ibu lalu bertanya: "Apakah yang menahanmu -sampai terlambat datangnya ini-?" Saya berkata: "Saya diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu bertanya: "Apakah hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah rahasia." Ibu berkata: "Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapapun juga." Anas berkata: "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai Tsabit." Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari meriwayatkan sebagian dengan diringkaskan. (HR.Riyadhus Shalihin : 687)
No Hadist 688

وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ». متفقٌ عَلَيْهِ. زَادَ في روايةٍ لمسلم: «وإنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أنَّهُ مُسْلِمٌ».

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tandanya orang munafik itu ada tiga, yaitu: jikalau ia berbicara berdusta, jikalau ia berjanji menyalahi dan jikalau ia dipercaya berkhianat." [Muttafaq 'alaih]Ia menambahkannya dalam riwayat Imam Muslim: "Sekalipun orang itu berpuasa dan shalat dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Muslim." (HR.Riyadhus Shalihin : 688)
No Hadist 689

وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ». متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara itu semuanya ada di dalam dirinya, maka orang itu adalah seorang munafik yang murni -yakni munafik yang sebenar-benarnya- dan barangsiapa yang di dalam dirinya ada satu perkara dari empat perkara tersebut, maka orang itu memiliki pula satu macam perkara dari kemunafikan sehingga ia meninggalkannya, yaitu: jikalau dipercaya berkhianat, jikalau berbicara berdusta, jikalau berjanji bercidera -yakni tidak menepati- dan jikalau bertengkar maka ia berbuat kecurangan -yakni tidak melalui jalan yang benar lagi-." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 689)
No Hadist 690

وعن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ لي النبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «لَوْ قَدْ جَاءَ مَالُ الْبَحْرَيْنِ أعْطَيْتُكَ هكَذَا وَهَكَذَا وَهكَذَا» فَلَمْ يَجِئْ مَالُ الْبَحْرَينِ حَتَّى قُبِضَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - فَلَمَّا جَاءَ مَالُ الْبَحْرَيْنِ أمَرَ أَبُو بَكْرٍ - رضي الله عنه - فَنَادَى: مَنْ كَانَ لَهُ عِنْدَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عِدَةٌ أَوْ دَيْنٌ فَلْيَأتِنَا، فَأتَيْتُهُ وَقُلْتُ لَهُ: إنَّ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ لي كَذَا وَكَذَا، فَحَثَى لي حَثْيَةً فَعَدَدْتُهَا، فَإذَا هِيَ خَمْسُمِئَةٍ، فَقَالَ لِي: خُذْ مِثْلَيْهَا. متفقٌ عَلَيْهِ.

Dari Jabir r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepada saya: "Andaikata harta dari daerah Albahrain itu benar-benar telah tiba, tentulah saya akan memberimu sekian, sekian dan sekian." Tetapi harta dari Albahrain itu tidak pernah datang sampai Nabi s.a.w. wafat. Kemudian setelah harta dari Albahrain itu datang, Abu Bakar r.a. menyuruh supaya diserukan: "Barangsiapa yang di sisi Rasulullah s.a.w. mempunyai suatu janji atau hutang, maka hendaklah datang ke tempat kami." Saya lalu mendatangi Abu Bakar r.a., dan saya berkata: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. pernah bersabda kepada saya demikian, demikian." Abu Bakar r.a. lalu memberikan kepada saya suatu pemberian, kemudian saya menghitungnya, tiba-tiba jumlahnya itu ialah lima ratus dirham dan Abu Bakar r.a. berkata: "Ambillah dua kalinya itu lagi." [Muttafaq 'alaih] (HR.Riyadhus Shalihin : 690)