Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 61

61 - باب النهي عن البخل والشح قَالَ الله تَعَالَى: {وَأَمَا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ بِالحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى} [الليل: 8 - 11]، وقال تَعَالَى: {وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفسِهِ فَأولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [التغابن: 16].<br>وأما الأحاديث فتقدمت جملة مِنْهَا في الباب السابق. 562 - وعن جابر - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَاتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ». رواه مسلم.

Bab 61. Melarang Sifat Bakhil Dan Kikir&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, juga mendustakan dengan apa-apa yang baik -keterangan agama dan lain-lain-, maka Kami memudahkan untuknya dalam menempuh jalan kesukaran -maksudnya ialah kejahatan, kesengsaraan dan akhirnya menuju ke neraka-. Hartanya tidaklah akan berguna untuknya apabila ia telah jatuh -binasa-.&quot; (al-Lail: 8-11)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran jiwanya, maka mereka itulah orang-orang yang berbahagia.&quot; (at-Taghabun: 16)&nbsp;Adapun Hadis-hadisnya, maka sebagian besar daripadanya telah diuraikan dalam bab di muka sebelum ini.&nbsp;561. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Takutlah engkau semua -yakni jauhkanlah dirimu semua- dari perbuatan penganiayaan -zhalim-, sebab sesungguhnya menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat. Takutlah engkau semua dari perbuatan kikir, sebab sesungguhnya kikir itu telah membinasakan orang-orang -yakni umat- yang sebelummu. Kikir itulah yang menyebabkan mereka suka mengalirkan darah-darah sesama mereka dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan pada mereka.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 61)
No Hadist 62

62 - باب الإيثار والمواساة قَالَ الله تَعَالَى: {وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ} [الحشر: 9]، وقال تَعَالَى: {وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا} [الدهر: 8].<br>563 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: إنِّي مَجْهُودٌ ، فَأرسَلَ إِلَى بَعْضِ نِسَائِهِ، فَقالت: وَالَّذي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا عِنْدِي إِلاَّ مَاءٌ، ثُمَّ أرْسَلَ إِلَى أُخْرَى، فَقَالَتْ مِثلَ ذَلِكَ، حَتَّى قُلْنَ كُلُّهُنَّ مِثلَ ذَلِكَ: لا وَالَّذِي بَعَثَكَ بالحَقِّ مَا عِنْدِي إِلاَّ مَاءٌ. فَقَالَ النبي - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ يُضيفُ هَذَا اللَّيْلَةَ؟» فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأنْصَارِ: أنَا يَا رسولَ الله، فَانْطَلَقَ بِهِ إِلَى رَحْلِهِ، فَقَالَ لامْرَأَتِهِ: أكرِمِي ضَيْفَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم. وفي روايةٍ قَالَ لامْرَأَتِهِ: هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ؟ فقَالَتْ: لاَ، إِلاَّ قُوتَ صِبيَانِي. قَالَ: فَعَلِّليهم بِشَيْءٍ وَإذَا أرَادُوا العَشَاءَ فَنَوِّمِيهمْ، وَإِذَا دَخَلَ ضَيْفُنَا فَأطْفِئي السِّرَاجَ، وَأريهِ أنَّا نَأكُلُ. فَقَعَدُوا وَأكَلَ الضَّيْفُ وَبَاتَا طَاوِيَيْنِ، فَلَمَّا أصْبَحَ غَدَا عَلَى النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «لَقَدْ عَجبَ الله مِنْ صَنِيعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا اللَّيْلَةَ». متفقٌ عَلَيْهِ. 564 - وعنه، قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «طَعَامُ الاثْنَيْنِ كَافِي الثَّلاَثَةِ، وَطَعَامُ الثَّلاَثَةِ كَافِي الأربَعَةِ». متفقٌ عَلَيْهِ. وفي رواية لمسلمٍ عن جابر - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «طَعَامُ الوَاحِدِ يَكْفِي الاثْنَيْنِ، وَطَعَامُ الاثْنَيْنِ يَكْفِي الأَرْبَعَةَ، وَطَعَامُ الأَرْبَعَة يَكْفِي الثَّمَانِية». 565 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ فِي سَفَرٍ مَعَ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - إذْ جَاءَ رَجُلٌ عَلَى رَاحِلَةٍ لَهُ، فَجَعَلَ يَصرِفُ بَصَرَهُ يَمينًا وَشِمَالًا، فَقَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَليَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهرَ لَهُ، وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ زَادٍ، فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ»، فَذَكَرَ مِنْ أصْنَافِ المالِ مَا ذكر حَتَّى رَأيْنَا أنَّهُ لاَ حَقَّ لأحَدٍ مِنَّا في فَضْلٍ. رواه مسلم. 566 - وعن سهل بن سعدٍ - رضي الله عنه: أنَّ أمْرَأةً جَاءَتْ إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بِبُرْدَةٍ مَنْسُوجَةٍ، فَقَالَتْ: نَسَجْتُها بِيَدَيَّ لأَكْسُوكَهَا، فَأَخَذَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - مُحْتَاجًا إِلَيْهَا، فَخَرَجَ إِلَيْنَا وَإنَّهَا إزَارُهُ، فَقَالَ فُلانٌ: اكْسُنِيهَا مَا أحْسَنَهَا! فَقَالَ: «نَعَمْ» فَجَلَسَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - في المَجْلِسُ، ثُمَّ رَجَعَ فَطَواهَا، ثُمَّ أرْسَلَ بِهَا إِلَيْهِ: فَقَالَ لَهُ الْقَومُ: مَا أحْسَنْتَ! لَبِسَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - مُحتَاجًا إِلَيْهَا، ثُمَّ سَألْتَهُ وَعَلِمْتَ أنَّهُ لا يَرُدُّ سَائِلًا، فَقَالَ: إنّي وَاللهِ مَا سَألْتُهُ لألْبِسَهَا، إنَّمَا سَألْتُهُ لِتَكُونَ كَفنِي. قَالَ سَهْلٌ: فَكَانَتْ كَفَنَهُ. رواه البخاري. 567 - وعن أَبي موسى - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ الأشْعَرِيِّينَ إِذَا أرْمَلُوا في الغَزْوِ، أَوْ قَلَّ طَعَامُ عِيَالِهِمْ بالمَديِنَةِ، جَمَعُوا مَا كَانَ عِنْدَهُمْ في ثَوْبٍ وَاحِدٍ، ثُمَّ اقْتَسَمُوهُ بَيْنَهُمْ في إنَاءٍ وَاحدٍ بالسَّوِيَّةِ، فَهُمْ مِنِّي وَأنَا مِنْهُمْ». متفقٌ عَلَيْهِ. «أرْمَلُوا»: فَرَغَ زَادُهُمْ أَوْ قَارَبَ الفَرَاغَ.

Bab 62. Mengutamakan Orang Lain Dan Memberi Pertolongan Agar Menjadi Contoh -Ikutan atau Panutan-&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman; &quot;Mereka -orang-orang yang beriman- itu sama menggutamakan orang lain lebih dari dirinya sendiri, meskipun mereka itu sebenarnya adalah dalam kemiskinan.&quot; (al-Hasyr: 9)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Mereka -orang-orang yang baik- itu sama memberikan makanan dengan kasih-sayangnya kepada orang miskin, anak yatim serta orang yang tertawan,&quot; sampai akhirnya beberapa ayat. (al-Insan: 8)&nbsp;562. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: &quot;Sesungguhnya saya ini adalah seorang yang sedang dalam kesengsaraan.&quot; Beliau s.a.w. menyuruh ke tempat sebagian istri-istrinya -untuk meminta sesuatu yang hendak disedekahkan-, lalu istri-istrinya itu berkata: &quot;Demi Zat yang mengutus Tuan dengan benar, saya tidak mempunyai sesuatu melainkan air.&quot; Kemudian beliau s.a.w. menyuruh lagi ke tempat istrinya yang lain, maka yang inipun mengatakan sebagaimana di atas itu. Jadi mereka itu semuanya mengatakan seperti itu pula, yaitu: &quot;Tidak ada, demi Zat yang mengutus Tuan dengan benar, saya tidak mempunyai sesuatu melainkan air.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: -kepada sahabat-sahabatnya-: &quot;Siapakah yang akan membawa orang ini sebagai tamunya pada malam ini?&quot; Seorang lelaki dari golongan Anshar berkata: &quot;Saya, ya Rasulullah.&quot; Orang itu berangkat dengan tamunya ke tempat kediamannya, lalu berkata kepada istrinya: &quot;Muliakanlah tamu Rasulullah s.a.w. ini.&quot; Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Orang itu berkata kepada istrinya: &quot;Apakah engkau mempunyai sesuatu jamuan?&quot; Istrinya menjawab: &quot;Tidak ada, kecuali makanan untuk anak-anakku.&quot; Lelaki itu berkata pula: &quot;Buatlah sesuatu hal kepada anak-anak itu dengan sesuatu -sehingga terlupa dari makan malamnya-. Jadi kalau sudah waktunya mereka makan malam, maka tidurkanlah mereka. Jikalau tamu kita telah masuk rumah, lalu padamkanlah lampunya dan perhatikanlah padanya bahwa kita juga makan. Demikianlah lalu mereka duduk-duduk -yakni tuan rumah dengan tamunya-, tamu itupun makan dan keduanya lelaki dan istrinya -semalam itu dalam keadaan perut kosong-. Ketika menjelang pagi harinya, orang itu -yang menjadi tuan rumah- pergi kepada Nabi s.a.w. -untuk menerangkan peristiwa malam harinya- lalu beliau s.a.w. bersabda: &quot;Benar-benar Allah menjadi heran -kagum- dari kelakuanmu berdua -suami-istri- terhadap tamumu tadi malam itu.&quot; [53] (Muttafaq 'alaih) &nbsp;563. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Makanan untuk dua orang itu cukup untuk tiga orang dan makanan tiga orang itu cukup untuk empat orang.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Makanan seorang itu cukup untuk dua orang dan makanan dua orang itu cukup untuk empat orang, sedang makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang.&nbsp;564. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: &quot;Pada suatu ketika kita semua dalam berpergian bersama Nabi s.a.w., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dengan menaiki kendaraannya, lalu mulailah ia menengokkan wajahnya ke arah kanan dan kiri. Kemudian bersabdalah Rasulullah s.a.w.: &quot;Barangsiapa yang mempunyai kelebihan kendaraan -yakni lebih dari apa yang diperlukannya sendiri-, hendaklah bersedekah dengan kelebihannya itu kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan -memboncengkan orang lain- dan barangsiapa yang mempunyai kelebihan bekal makanan, maka hendaklah bersedekah kepada orang yang tidak mempunyai bekal makanan apa-apa.&quot; Selanjutnya beliau s.a.w. menyebutkan berbagai macam harta benda dengan segala apa saja yang dapat disebutkan, sehingga kita semua mengerti bahwa tidak seorangpun dari kita semua itu yang mempunyai hak dalam apa-apa yang kelebihan -sebab segala macam yang merupakan kelebihan diperintahkan untuk disedekahkan-.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;565. Dari Sahal bin Sa'ad r.a. bahwasanya ada seorang wanita datang kepada Nabi s.a.w. dengan membawa selembar burdah yang ditenun, kemudian wanita itu berkata: &quot;Saya sendiri menenun pakaian ini dengan tanganku untuk saya berikan kepada Tuan agar Tuan gunakan sebagai pakaian.&quot; Nabi s.a.w. mengambilnya dan memang beliau membutuhkannya. Beliau keluar pada kita dan burdah tadi dikenakan sebagai sarungnya. Kemudian ada orang berkata: &quot;Berikanlah burdah itu untuk saya pakai, alangkah baiknya.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Baiklah.&quot; Selanjutnya Nabi s.a.w. duduklah dalam suatu majlis lalu burdah tadi dilipatnya kemudian dikirimkan kepada orang yang memintanya tadi. Kaum -para sahabat- berkata kepada yang meminta itu: &quot;Alangkah baiknya perbuatanmu itu. Burdah itu dipakai oleh Nabi s.a.w., sedangkan beliau membutuhkan untuk dipakainya dan engkau juga tahu bahwa beliau itu tidak akan menolak permintaan siapapun yang memintanya.&quot; Orang tadi menjawab: &quot;Sesungguhnya saya, demi Allah, tidaklah saya memintanya itu karena saya membutuhkannya, sesungguhnya saya memintanya tadi ialah untuk saya jadikan kafanku -yakni kalau meninggal dunia-.&quot; Sahal -yang meriwayatkan hadis ini- berkata: &quot;Maka burdah tersebut sungguh-sungguh dijadikan kafannya.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;566. Dari Abu Musa r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w, bersabda: &quot;Sesungguhnya kaum Asy'ariyin itu apabila habis bekal-bekalnya dalam sesuatu peperangan atau tinggal sedikit makanan untuk para keluarganya di Madinah, maka mereka sama mengumpulkan apa-apa yang masih mereka punyai dalam selembar kain pakaian, lalu mereka bagi-bagikanlah itu antara sesama mereka dalam ukuran satu wadah dengan sama rata. Mereka itu adalah termasuk golonganku dan saya termasuk golongan mereka pula.&quot; (Muttafaq 'alaih) Armalu artinya sudah habis bekal mereka atau sudah mendekati kehabisannya.Catatan Kaki:&nbsp;[53] Menurut penafsiran al-Qadhi 'lyadh, yaitu bahwa yang dimaksudkan dengan &quot;keheranan Allah Ta'ala&quot; itu ialah keridhaanNya terhadap perbuatan suami-istri tersebut, atau akan diberi balasan pahala yang berlipat ganda, tetapi dapat pula berarti bahwa Allah amat mengagungkan perilaku mereka. Namun demikian dapat juga diartikan bahwa yang menjadi keheranan terhadap kelakuan kedua suami-istri itu ialah para malaikatnya Allah, tetapi disebutkannya bahwa &quot;Allah yang menjadi heran&quot; itu semata-mata sebagai tanda kemuliaan yang dilimpahkan kepada tuan rumah dan istrinya di atas. &nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 62)
No Hadist 63

63 - باب التنافس في أمور الآخرة والاستكثار مما يتبرك بِهِ قَالَ الله تَعَالَى: {وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ} [المطففين: 26].<br>568 - وعن سَهْلِ بن سَعدٍ - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أُتِيَ بِشَرابٍ، فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلاَمٌ، وَعَنْ يَسَارِهِ الأشْيَاخُ، فَقَالَ لِلغُلاَمِ: «أتَأَذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ هؤُلاء؟» فَقَالَ الغُلامُ: لاَ وَاللهِ يَا رسولَ الله، لاَ أُوْثِرُ بِنَصِيبي مِنْكَ أحَدًا. فَتَلَّهُ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - في يَدِهِ. متفقٌ عَلَيْهِ . «تَلَّهُ» بالتاءِ المثناة فوق: أيْ وَضَعَهُ. وَهذَا الغُلامُ هُوَ ابنُ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما. 569 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «بَيْنَا أيُّوبُ - عليه السلام - يَغْتَسِلُ عُرْيَانًا، فَخَرَّ عَلَيْهِ جَرَادٌ مِنْ ذَهَبٍ، فَجَعَلَ أيُّوبُ يَحْثِي في ثَوْبِهِ، فَنَادَاهُ رَبُّهُ - عز وجل: يَا أيُّوبُ، ألَمْ أكُنْ أَغْنَيتُكَ عَمَّا تَرَى؟! قَالَ: بَلَى وَعِزَّتِكَ وَلَكِنْ لاَ غِنى بِي عن بَرَكَتِكَ». رواه البخاري.

Bab 63. Berlomba-lomba Dalam Perkara Akhirat -Amal Kebaikan- Dan Mengambil Sebanyak-banyaknya Dari Apa-apa Yang Dapat Menyebabkan Keberkahan&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan dalam hal yang sedemikian ini -yakni hal-hal kebaikan- maka hendaknya berlomba-lombalah orang-orang yang ingin berlomba-lomba.&quot; (al-Muthaffifin: 26)&nbsp;567. Dari Sahal bin Sa'ad r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. diberi minuman lalu beliau meminumnya dan di sebelah kanannya ada seorang anak, sedang di sebelah kirinya ada orang-orang tua. Lalu beliau bersabda -kepada anak itu-: &quot;Adakah engkau izinkan kalau -minuman- ini saya berikan kepada orang-orang tua itu?&quot; Anak itu menjawab: &quot;Tidak, demi Allah, ya Rasulullah, saya tidak akan mengalahkan diriku dalam memperoleh bagianku daripada Tuan itu sehingga memberikannya kepada orang lain.&quot;&nbsp;Keterangan:Disebabkan anak itu ingin memperoleh keberkahan dari sisa minuman Rasulullah s.a.w., maka ia tetap memintanya dan tidak suka mengalah sekalipun kepada orang-orang tua dan anak itu memang yang berhak, sebab berada di sebelah kanannya. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. meletakkan minuman itu di tangan anak tadi. Tallahu dengan ta' mutsannat di atas artinya meletakkannya. Anak yang tersebut di atas itu ialah Ibnu Abbas, radhiallahu 'anhuma.&nbsp;568. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Pada suatu ketika Nabi Ayyub 'alaihis salam mandi dengan telanjang, lalu jatuhlah padanya seekor belalang dari emas, lalu beliau mengibas-ngibaskan pada bajunya. Kemudian Tuhannya Azzawajalla memanggilnya: &quot;Hai Ayyub, bukankah Aku telah membuatmu menjadi kaya -dalam jiwanya- dari apa yang engkau lihat itu?&quot; Ayyub menjawab: &quot;Benar, demi keagunganMu, tetapi saya sama sekali tidak dapat merasa kaya -yakni masih amat membutuhkan- pada keberkahanMu.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 63)
No Hadist 64

64 - باب فضل الغَنِيّ الشاكر وهو من أخذ المال من وجهه وصرفه في وجوهه المأمور بِهَا قَالَ الله تَعَالَى: {فَأَمَّا مَنْ أعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِليُسْرَى} [الليل: 5 - 7]، وقال تَعَالَى: {وَسَيُجَنَّبُهَا الأَتْقَى الَّذِي يُؤْتِي مَالَهُ يَتَزَكَّى وَمَا لأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَى إِلاَّ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الأَعْلَى وَلَسَوْفَ يَرْضَى} [الليل: 17 - 21]، وقال تَعَالَى: {إنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِي وَإنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الفُقراءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} [البقرة: 271]، وقال تَعَالَى: {لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمٌ} [آل عمران: 92] والآيات في فضلِ الإنفاقِ في الطاعاتِ كثيرة معلومة.<br>570 - وعن عبدِ الله بن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «لاَ حَسَدَ إِلاَّ في اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا، فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا». متفقٌ عَلَيْهِ. وتقدم شرحه قريبًا. 571 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لاَ حَسَدَ إِلاَّ في اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ القُرْآنَ، فَهُوَ يَقُومُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا، فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ». متفقٌ عَلَيْهِ. «الآناء»: السَّاعاتُ. 572 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ فُقَراءَ المُهَاجِرينَ أتَوْا رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالُوا: ذَهَبَ أهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ العُلَى، وَالنَّعِيم المُقيم، فَقَالَ: «وَمَا ذَاك؟» فَقَالوا: يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلاَ نَتَصَدَّقُ، وَيَعْتِقُونَ وَلاَ نَعْتِقُ، فَقَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «أفَلا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ، وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلاَ يَكُونُ أحَدٌ أفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ؟» قالوا: بَلَى يَا رسول الله، قَالَ: «تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمِدُونَ، دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاثًا وَثَلاثِينَ مَرَّةً» فَرَجَعَ فُقَرَاء المُهَاجِرِينَ إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - فقالوا: سَمِعَ إخْوَانُنَا أهلُ الأمْوالِ بِمَا فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثلَهُ؟ فَقَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ». متفقٌ عَلَيْهِ، وَهَذا لفظ رواية مسلم. «الدُّثُور»: الأمْوَالُ الكَثِيرَةُ، وَالله أعلم.

Bab 64. Keutamaan Orang Kaya Yang Bersyukur, Yakni Orang Yang Mengambil Harta Dari Arah Yang Diridhai Dan Membelanjakannya Ke Arah-arah Yang Diperintahkan&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Maka barangsiapa memberi -untuk kebaikan- dan bertaqwa, serta membenarkan -mempercayai- apa-apa yang baik, maka Kami akan memudahkan padanya untuk menempuh jalan yang mudah -yaitu mengerjakan kebaikan, keimanan dan akhirnya ke syurga-.&quot; (al-Lail: 5-7)&nbsp;Allah Ta'ala berfrman pula: &quot;Dan akan dihindarkan dari neraka itu orang yang bertaqwa, yang memberikan hartanya -untuk kebaikan-, agar menjadi bersih -jiwanya-. Dan tiada seorangpun dari kenikmatan yang ada padanya akan diberi pembalasan, melainkan karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan orang itu nantinya akan lega.&quot; (al-Lail: 17-21)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Jikalau engkau semua memberikan sedekah dengan terang-terangan, maka itu adalah baik, tetapi jikalau engkau semua menyembunyikannya -yakni tidak dengan cara terang-terangan dilihat orang lain-, kepada orang-orang fakir, maka hal itu adalah lebih baik lagi untukmu semua dan dapat menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahanmu dan Allah adalah Maha mengetahui apa-apa yang engkau semua lakukan.&quot; (al-Baqarah: 271)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Tidak sekali-kali engkau semua akan memperoleh kebajikan sehingga engkau semua suka menafkahkan sebagian dari apa yang engkau semua cintai. Dan apa saja yang engkau semua nafkahkan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya.&quot; (Ali-Imran: 92)&nbsp;Ayat-ayat yang menerangkan keutamaan bernafkah dalam berbagai ketaatan itu banyak sekali dan dapat dimaklumi.&nbsp;569. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tiada kehasudan -iri- yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu: Seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta, kemudian ia mempergunakan guna menafkahkannya itu untuk apa-apa yang hak -kebenaran- dan seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan ilmu pengetahuan, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu -antara dua orang atau dua golongan yang berselisih- serta mengajarkannya pula.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Keterangan hadis di atas baru saja diuraikan di muka -lihat hadis no.542-.&nbsp;570. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Tiada kehasudan -iri- yang dibolehkan, melainkan dua macam perkara, yaitu: seorang yang dikaruniai oleh Allah kepandaian dalam al-Quran -membaca, mengartikan dan lain-lain-, kemudian ia suka shalat dengan membaca al-Quran itu pada waktu malam dan siang, juga seorang yang dikarunia oleh Allah akan harta lalu ia menafkahkannya pada waktu malam dan siang.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;571. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan sahabat-sahabat Muhajirin sama mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: &quot;Orang-orang yang berharta banyak itu sama pergi -yakni meninggal dunia- dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi serta kenikmatan yang kekal.&quot; Rasulullah s.a.w. bertanya: &quot;Mengapa demikian?&quot; Orang-orang itu menjawab: &quot;Karena mereka dapat shalat sebagaimana kita juga shalat, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, mereka bersedekah, sedangkan kita tidak dapat bersedekah dan sedangkan mereka dapat memerdekakan -hamba sahaya- dan kita tidak dapat memerdekakan itu.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Sukakah engkau semua saya beritahukan akan sesuatu amalan yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang mendahuluimu dan pula dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang menjadi lebih utama daripadamu semua, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang engkau semua lakukan ini?&quot; Para sahabat menjawab: &quot;Baiklah, ya Rasulullah.&quot; Beliau kemudian bersabda lagi: &quot;Bacalah tasbih -Subhanallah-, takbir -Allah Akbar- dan tahmid -Alhamdulillah- setiap selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali masing-masing.&quot; Selanjutnya kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: &quot;Saudara-saudara kita golongan yang hartawan-hartawan itu telah mendengar mengenai apa yang kita kerjakan ini, oleh sebab itu merekapun mengerjakan sebagai yang kita lakukan itu.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Yang sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang dlkaruniakan oleh Nya kepada siapa saja yang dikehendaki.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaz riwayat Imam Muslim. (HR.riyadhus_shalihin : 64)
No Hadist 65

65 - باب ذكر الموت وقصر الأمل قَالَ الله تَعَالَى: {كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الحَياةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]، وقال تَعَالَى: {وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْري نَفْسٌ بأيِّ أرْضٍ تَمُوتُ} [لقمان: 34]، وقال تَعَالَى: {فَإذَا جَاءَ أجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ} [النحل: 61]، وقال تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أمْوَالُكُمْ وَلاَ أوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ الله وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولئِكَ هم الْخَاسِرُونَ وَأنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأتِيَ أَحَدَكُمُ المَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَريبٍ فَأصَّدَّقَ وأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ} [المنافقون: 9 - 11]، وقال تَعَالَى: {حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ المَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلّي أعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلاَّ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يبْعَثُونَ فَإذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلاَ أنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَومَئِذٍ وَلاَ يَتَسَاءلُونَ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأولئِكَ الَّذِينَ خَسرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ تَلْفَحُ وَجَوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ} إِلَى قَوْله تَعَالَى: { ... كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْئَلِ العَادِّينَ قَالَ إنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُم تَعْلَمُونَ أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ} [المؤمنون: 99 - 115]، وقال تَعَالَى: {أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلاَ يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِم الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ} [الحديد: 16]، وَالآيات في الباب كَثيرةٌ معلومة.<br>573 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قَالَ: أخذ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بِمِنْكَبي، فَقَالَ: «كُنْ في الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ». وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رضي الله عنهما، يقول: إِذَا أمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أصْبَحتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. رواه البخاري. 574 - وعنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ، لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ، يَبيتُ لَيْلَتَيْنِ إِلاَّ وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ». متفقٌ عَلَيْهِ، هَذَا لفظ البخاري. وفي روايةٍ لمسلمٍ: «يَبِيتُ ثَلاَثَ لَيَالٍ» قَالَ ابن عمر: مَا مَرَّتْ عَلَيَّ لَيْلَةٌ مُنْذُ سَمِعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ ذَلِكَ إِلاَّ وَعِنْدِي وَصِيَّتِي. 575 - وعن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: خَطَّ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - خُطُوطًا، فَقَالَ: «هَذَا الإنْسَانُ، وَهَذَا أجَلُهُ، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إذْ جَاءَ الخَطُّ الأَقْرَبُ». رواه البخاري. 576 - وعن ابن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: خَطَّ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - خَطًّا مُرَبَّعًا، وَخَطَّ خَطًّا في الوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ، وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي في الْوَسَطِ مِنْ جَانِبهِ الَّذِي في الوَسَط، فَقَالَ: «هَذَا الإنْسَانُ، وَهذَا أجَلُهُ مُحيطًا بِهِ - أَوْ قَدْ أحَاطَ بِهِ - وَهذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أمَلُهُ، وَهذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الأَعْرَاضُ، فَإنْ أخْطَأَهُ هَذَا، نَهَشَهُ هَذَا، وَإنْ أخْطَأَهُ هَذَا، نَهَشَهُ هَذَا». رواه البخاري . وَهذِهِ صُورَتُهُ: ............ الأجل ... الأعراض 577 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «بَادِرُوا بِالأعْمَالِ سَبْعًا، هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا، أَوْ غِنَىً مُطْغِيًا، أَوْ مَرَضًا مُفْسدًا، أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا، أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، أَوْ الدَّجّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، أَوْ السَّاعَةَ وَالسَّاعَةُ أدْهَى وَأمَرُّ؟!». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 578 - وعنه، قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «أكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ» يَعْنِي: المَوْتَ. رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن». 579 - وعن أُبَيِّ بن كعبٍ - رضي الله عنه: كَانَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ قَامَ، فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، اذْكُرُوا اللهَ، جَاءتِ الرَّاجِفَةُ، تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ، جَاءَ المَوْتُ بِمَا فِيهِ» قُلْتُ: يَا رسول الله، إنِّي أُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَيْكَ، فَكَمْ أجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِي؟ فَقَالَ: «مَا شِئْتَ» قُلْتُ: الرُّبُع، قَالَ: «مَا شِئْتَ، فَإنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ» قُلْتُ: فَالنِّصْف؟ قَالَ: «مَا شِئْتَ، فَإنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ» قُلْتُ: فالثُّلُثَيْنِ؟ قَالَ: «مَا شِئْتَ، فَإنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ» قُلْتُ: أجعَلُ لَكَ صَلاَتِي كُلَّهَا؟ قَالَ: «إذًا تُكْفى هَمَّكَ، وَيُغْفَر لَكَ ذَنْبكَ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن».

Bab 65. Mengingat-ingat Kematian Dan Memperpendek Angan-angan&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan harta benda tipuan belaka.&quot; (Ali-Imran: 185)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Seseorang itu tidak akan mengetahui apa yang akan dikerjakan pada esok harinya dan seorangpun tidak akan mengetahui pula di bumi mana ia akan mati.&quot; (Luqman: 34)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Maka apabila telah tiba waktu ajal mereka, tidaklah mereka itu dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak kuasa pula mendahuluinya.&quot; (an-Nahl: 61)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Hai sekalian orang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu itu melalaikan engkau semua dari mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh kerugian. Dan nafkahkanlah -untuk kebaikan- sebagian dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua sebelum kematian mendatangi seseorang dari engkau semua, lalu ia berkata: &quot;Ya Tuhanku mengapa aku tidak Engkau beri tangguh barang sedikit waktu, supaya aku dapat memberikan sedekah dan aku dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Allah sama sekali tidak akan memberikan tangguhan waktu kepada sesuatu jiwa jikalau telah tiba ajalnya dan Allah adalah Maha Periksa perihal apa saja yang engkau semua lakukan.&quot; (al-Munafiqun: 9-11)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Sehingga dikala kematian telah tiba pada seorang diantara mereka, iapun berkatalah: &quot;Ya Tuhanku, kembalikanlah saya hidup -kedunia- supaya saya dapat mengerjakan amalan yang baik yang telah saya tinggalkan&quot;. Janganlah begitu. Sesungguhnya perkataan itu hanyalah sekedar yang dapat ia ucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan. Selanjutnya, apabila ditiup sangkakala, maka pada hari itu tiada lagi pertalian -kekerabatan dan persahabatan- diantara mereka dan antara satu dengan lainnya tidak dapat tanya menanya. Maka barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung dan barangsiapa yang ringan timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka tetap berada di dalam neraka jahanam. Api neraka itu membakar muka mereka dan mereka di dalamnya bermuka masam. Bukankah ayat-ayatKu telah pernah dibacakan kepadamu semua, tetapi engkau semua mendustakannya.&quot; Sehingga pada firman Allah Ta'ala: &quot;Dia berfirman: &quot;Berapa tahunkah lamanya engkau semua menetap di bumi?&quot; Mereka menjawab: &quot;Kita semua menetap sehari atau setengah hari saja, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang pandai menghitung.&quot;&nbsp;Allah berfirman lagi: &quot;Engkau semua tidaklah menetap di situ -didunia- melainkan dalam waktu sebentar saja, andaikata engkau semua mengetahuinya. Adakah engkau semua mengira bahwa Kami menciptakan engkau semua itu dengan main-main belaka dan bahwasanya engkau semua tidak akan dikembalikan kepada Kami?&quot; (al-Mu'minun: 99-115)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman:&nbsp; &quot;Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman supaya hati mereka tunduk untuk mengingat kepada Allah serta kebenaran yang telah turun pada mereka -agama Allah Ta'ala-. Janganlah mereka menjadi serupa dengan orang-orang yang telah diberi Kitab pada masa dahulu, tetapi mereka telah melalui masa yang panjang, kemudian menjadi keras -kasar- hati mereka itu. Dan sebagian banyak dari mereka itu adalah orang-orang yang fasik -tidak dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan-.&quot; (al-Hadid: 16)&nbsp;Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya dan dapat dimaklumi.&nbsp;572. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. menepuk bahuku lalu bersabda: &quot;Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau itu orang gharib -orang yang berada di suatu negeri yang bukan negerinya sendiri- atau sebagai orang yang melalui jalan.&quot; Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata: &quot;Jikalau engkau bersore-sore, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu sore -yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin-. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sehat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;573. Dari Ibnu Umar r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tidak ada hak seorang Muslim yang ada sesuatu harta baginya yang hendak diwasiatkan, ia bermalam dua malam, melainkan wasiatnya itu sudah tertulis di sisinya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Maksudnya seorang yang berharta dan ingin memberikan wasiat perihal hartanya itu, hendaklah surat wasiatnya ditulis sesegera mungkin, sebab siapa tahu bahwa ajalnya akan datang pada malam hari sewaktu ia tertidur. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: &quot;Bermalam tiga malam.&quot; Ibnu Umar berkata: &quot;Tidak pernah berlalu semalam pun atas diri saya sejak saya mendengar sabda Rasulullah s.a.w. sebagaimana di atas itu, melainkan wasiatku telah ada di sisiku.&quot;&nbsp;574. Dari Anas r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. menggariskan beberapa garis, lalu beliau bersabda: &quot;Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian -yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi-, tiba-tiba datanglah garis yang terpendek -yakni garis yang memotongnya yaitu kematian-.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;&nbsp;575. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: &quot;Nabi s.a.w. menggariskan suatu garis berbentuk persegi empat dan menggariskan lagi suatu garis di tengah-tengahnya yang keluar dari kalangan persegi empat tadi, juga menggariskan lagi beberapa garis kecil-kecil yang menuju ke arah garis di tengah-tengah itu dan keluar dari arah tepinya yang tengah, lalu beliau s.a.w. bersabda:&nbsp; &quot;Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya meliputi diri manusia tadi, atau memang telah meliputinya. Garis yang keluar dari kalangan ini adalah angan-angannya, sedang garis-garis kecil-kecil ini adalah barang-barang baru yang mendatanginya -yakni apa-apa yang dapat ia ambil dari keduniaan-, berupa kebaikan atau keburukan. Jikalau ia terluput dari yang ini -yakni bencana yang satu-, tentu ia terkena oleh yang ini -bencana yang lainnya- dan jikalau ia terluput dari yang ini -bencana yang satunya lagi-, maka ia tentu akan terkena oleh yang ini -bencana yang lainnya pula-.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;&nbsp;576. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Bersegeralah engkau semua dengan melakukan amalan-amalan yang baik sebelum datangnya tujuh macam perkara ini, yaitu: Apakah engkau semua menantikan -dalam meninggalkan bersegera itu- melainkan dengan datangnya kefakiran yang melalaikan, ataupun kekayaan yang menyebabkan kecurangan, ataupun sakit yang merusakkan tubuh, ataupun ketua bangkaan yang menyebabkan kurangnya akal fikiran -yakni akal menjadi tidak normal lagi-, ataupun kematian yang cepat, ataupun Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruknya makhluk ghaib yang dinantikan, ataupun datangnya hari kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit deritanya.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. [Baca Status Hadis Disini]&nbsp;577. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Perbanyaklah olehmu semua akan mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan -yaitu kematian-. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.&nbsp;578. Dari Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. itu setelah berlalu sepertiga malam, beliaupun bangunlah, kemudian bersabda: &quot;Hai sekalian manusia, ingatlah engkau semua kepada Allah, datanglah kegoncangan besar -yakni tiupan pertama- yang diikuti oleh peristiwa dahsyat -yakni tiupan kedua- dan antara kedua tiupan itu ada empat puluh tahun lamanya. Kematian itu datang dengan segala macam kesengsaraannya, kematian itu datang dengan segala macam kesukarannya -yakni ketika datangnya sakaratul maut-.&quot; Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memperbanyakkan bacaan shalawat atas Tuan, maka seberapakah yang perlu saya jadikan untuk Tuan itu dari doaku?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Sekehendakmu sajalah.&quot; Saya bertanya: &quot;Seperempat?&quot; Beliau menjawab: &quot;Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu?&quot; Saya bertanya lagi: &quot;Separuh bagaimanakah?&quot; Beliau menjawab: &quot;Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik lagi untukmu.&quot; Saya bertanya pula: &quot;Kalau begitu, dua pertiganya bagaimanakah?&quot; Beliau menjawab: &quot;Sekehendakmu sajalah, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu.&quot; Saya berkata: &quot;Saya akan menjadikan semua doaku itu untuk Tuan.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Jikalau demikian engkau akan dicukupi perihatinmu -yakni urusanmu di dunia dan akhirat akan dipenuhi seluruhnya- serta diampunilah dosamu.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. (HR.riyadhus_shalihin : 65)
No Hadist 66

66 - باب استحباب زيارة القبور للرجال وما يقوله الزائر 580 - عن بُرَيْدَة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عن زِيَارَةِ القُبُورِ فَزُوروها». رواه مسلم. وفي رواية: «فَمَنْ أرَادَ أَنْ يَزُورَ القُبُورَ فَلْيَزُرْ؛ فإنَّهَا تُذَكِّرُنَا الآخِرَةَ». 581 - وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: كَانَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - كلَّما كَانَ لَيْلَتُهَا مِنْ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ إِلَى البَقِيعِ، فَيقولُ: «السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ، غَدًا مُؤَجَّلُونَ، وَإنَّا إنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأهْلِ بَقِيعِ الغَرْقَدِ ». رواه مسلم. 582 - وعن بريدة - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ النبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يُعَلِّمُهُمْ إِذَا خَرَجُوا إِلَى المَقَابِرِ أَنْ يَقُولَ قَائِلُهُمْ: «السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أهلَ الدِّيَارِ مِنَ المُؤْمِنينَ وَالمُسلمينَ، وَإنَّا إنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ للاَحِقونَ، أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ العَافِيَةَ». رواه مسلم. 583 - وعن ابن عباسٍ رضي الله عنهما، قَالَ: مرَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - بِقُبورٍ بالمدِينَةِ فَأقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ، فَقَالَ: «السَّلامُ عَلَيْكُمْ يَا أهْلَ القُبُورِ، يَغْفِرُ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ، أنْتُمْ سَلَفُنَا وَنَحنُ بالأثَرِ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن».

Bab 66. Sunnahnya Berziarah Kubur Bagi Orang-orang Lelaki Dan Apa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Berziarah&nbsp;&nbsp;579. Dari Buraidah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Saya telah pernah -dahulu- melarang engkau semua perihal ziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah ke kubur itu!&quot; (Riwayat Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Maka barangsiapa yang hendak berziarah kubur, maka baiklah berziarah, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kepada akhirat.&quot;&nbsp;580. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. itu setiap malam gilirannya di tempat Aisyah, beliau s.a.w. lalu keluar pada akhir malam ke makam Baqi', kemudian mengucapkan -yang artinya-: &quot;Keselamatan atasmu semua hai perkampungan kaum mu'minin, akan datang padamu semua apa-apa yang engkau semua dijanjikan besok yakni masih ditangguhkan waktunya. Sesungguhnya kita semua ini Insya Allah menyusul engkau semua pula. Ya Allah, ampunilah para penghuni makam Baqi' Algharqad ini.&quot;[54] (Riwayat Muslim)&nbsp;581. Dari Buraidah r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. mengajarkan kepada mereka -para sahabat- jikalau mereka keluar berziarah ke kubur supaya seseorang dari mereka mengucapkan -yang artinya-: &quot;Keselamatan atasmu semua hai para penghuni perkampungan-perkampungan -yakni kubur-kubur- dari kaum mu'minin dan Muslimin. Sesungguhnya kita semua Insya Allah menyusul engkau semua. Saya memohonkan kepada Allah untuk kita dan untukmu semua akan keselamatan.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;582. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. berjalan melalui kubur-kubur Madinah lalu beliau menghadap kepada mereka -penghuni-penghuni kubur-kubur- itu dengan wajahnya, kemudian mengucapkan -yang artinya-: &quot;Keselamatan atasmu semua hai para ahli kubur, semoga Allah memberikan pengampunan kepada kita dan kepadamu semua. Engkau semua mendahului kita dan kita akan mengikuti jejakmu.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. [Baca Status Hadis Disini]Catatan Kaki:&nbsp; [54] Algharqad adalah semacam pohon-pohonan yang banyak durinya. Baqi' Gharqad adalah tempat pemakaman orang-orang di Madinah dan disebut demikian, sebab di situ banyak pohon gharqadnya.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 66)
No Hadist 67

67 - بابُ كراهة تمنّي الموت بسبب ضُرّ نزل بِهِ وَلاَ بأس بِهِ لخوف الفتنة في الدين 584 - عن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لا يَتَمَنَّ أحَدُكُمُ المَوْتَ، إمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ، وَإمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ». متفقٌ عَلَيْهِ، وهذا لفظ البخاري. وفي رواية لمسلم عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لاَ يَتَمَنَّ أَحَدُكُمُ المَوْتَ، وَلاَ يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأتِيَهُ؛ إنَّهُ إِذَا مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ، وَإنَّهُ لاَ يَزِيدُ المُؤْمِنَ عُمُرُهُ إِلاَّ خَيْرًا». 585 - وعن أنسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أحَدُكُمُ المَوْتَ لِضُرٍّ أصَابَهُ، فَإنْ كَانَ لاَ بُدَّ فَاعِلًا، فَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِني مَا كَانَتِ الحَيَاةُ خَيْرًا لي، وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَت الوَفَاةُ خَيرًا لي». متفقٌ عَلَيْهِ. 586 - وعن قيسِ بن أَبي حازم، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى خَبَّاب بن الأرَتِّ - رضي الله عنه - نَعُودُهُ وَقَدِ اكْتَوَى سَبْعَ كَيَّاتٍ، فَقَالَ: إنَّ أَصْحَابَنَا الَّذِينَ سَلَفُوا مَضَوْا، وَلَمْ تَنْقُصْهُمُ الدُّنْيَا، وَإنَّا أَصَبْنَا مَا لاَ نَجِدُ لَهُ مَوْضِعًا إِلاَّ التُّرَابَ وَلولا أنَّ النبي - صلى الله عليه وسلم - نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالمَوْتِ لَدَعَوْتُ بِهِ. ثُمَّ أتَيْنَاهُ مَرَّةً أُخْرَى وَهُوَ يَبْنِي حَائِطًا لَهُ، فَقَالَ: إنَّ المُسْلِمَ لَيُؤْجَرُ فِي كُلِّ شَيْءٍ يُنْفِقُهُ إِلاَّ فِي شَيْءٍ يَجْعَلُهُ في هَذَا التُّرَابِ. متفقٌ عَلَيْهِ، وهذا لفظ رواية البخاري.

Bab 67. Makruhnya Mengharapkan Kematian Dengan Sebab Adanya Bahaya Yang Menimpanya, Tetapi Tidak Mengapa Jika Karena Takut Akan Adanya Fitnah Dalam Agama&nbsp;&nbsp;583. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian. Jikalau ia seorang yang dapat berbuat baik, maka barangkali kebaikannya itu dapat ditambahkan olehnya dan jikalau ia berbuat keburukan, maka barangkali ia bertaubat kepada Allah.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: &quot;Janganlah seorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa untuk didatangi kematian itu sebelum kematian itu sendiri datang padanya -tanpa didoakan-, sebab sesungguhnya orang itu apabila telah mati, maka terputuslah amalannya dan bahwasanya tidaklah seorang mu'min itu bertambah banyak umurnya, melainkan akan menjadi kebaikan untuknya.&quot;&nbsp;584. Dari Anas r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah seorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian karena adanya bahaya yang menimpa dirinya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus berbuat demikian, maka hendaklah ia mengucapkan: &quot;Ya Allah, hidupkanlah saya terus, selama hidup itu menjadi kebaikan untukku dan matikanlah saya jikalau mati itu adalah lebih untukku.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;585. Dari Qais bin Abu Hazim, katanya: &quot;Kita semua masuk ke tempat Khabbab bin al-Aratti r.a. untuk meninjaunya, sedang ia -yang ditinjau itu- telah berselar -yakni diberi pengobatan dengan memiciskan api di tubuhnya- sebanyak tujuh kali, kemudian Khabbab berkata: &quot;Sesungguhnya sahabat-sahabat kita yang telah lalu itu sudah terdahulu. Mereka itu tidak dikurangi -derajat-derajatnya di akhirat- oleh kecintaan kepada dunia, sedangkan kita inipun telah memperoleh harta benda yang kita tidak menemukan tempat untuk menyimpannya itu kecuali tanah -artinya karena banyaknya dan berlebih-lebihan dari kebutuhan, maka untuk menyimpannya itu harus digalikan tanah-. Andaikata Nabi s.a.w. tidak pernah melarang kita untuk berdoa agar segera mendapat kematian, sesungguhnya saya berdoa untuk itu -artinya hendak berdoa agar segera mati, sebab sudah jemu di dunia ini-. Selanjutnya pada ketika yang lainnya lagi kita mendatangi Khabbab lagi dan ia sedang membangunkan suatu dinding, lalu ia berkata: &quot;Sesungguhnya seorang Muslim itu pastilah akan diberi pahala dalam segala apa yang dinafkahkannya, melainkan dalam benda yang diletakkannya dalam tanah ini -yakni apa-apa yang disimpannya karena berlebih-lebihan dari kebutuhannya-.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaz menurut Imam Bukhari. (HR.riyadhus_shalihin : 67)
No Hadist 68

68 - باب الورع وترك الشبهات قَالَ اللهُ تَعَالَى: {وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيمٌ} [النور: 15]، وقال تَعَالَى: {إنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ} [الفجر: 14].<br>587 - وعن النعمان بن بشيرٍ رضي الله عنهما، قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ، وَإنَّ الحَرامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبَهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ، اسْتَبْرَأَ لِدِينهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ في الحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، ألاَ وَإنَّ لكُلّ مَلِكٍ حِمَىً، ألاَ وَإنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، ألاَ وَإنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَت صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، ألاَ وَهِيَ القَلْبُ». متفقٌ عَلَيْهِ، وروياه مِنْ طرقٍ بِألفَاظٍ متقاربةٍ. 588 - وعن أنسٍ - رضي الله عنه: أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - وَجَدَ تَمْرَةً فِي الطَّرِيقِ، فَقَالَ: «لَوْلاَ أنِّي أخَافُ أَنْ تَكُونَ مِنَ الصَّدَقَة لأَكَلْتُهَا». متفقٌ عَلَيْهِ. 589 - وعن النَّواسِ بن سمعان - رضي الله عنه - عن النبيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «البِرُّ: حُسْنُ الخُلُقِ، وَالإِثْمُ: مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ». رواه مسلم. «حَاكَ» بِالحاءِ المهملةِ والكافِ: أيْ تَرَدَّدَ فِيهِ. 590 - وعن وَابِصَةَ بن مَعبدٍ - رضي الله عنه - قَالَ: أتَيْتُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «جئتَ تَسْألُ عَنِ البِرِّ؟» قُلْتُ: نَعَمْ، فَقَالَ: «اسْتَفْتِ قَلْبَكَ، البرُّ: مَا اطْمَأنَّت إِلَيْهِ النَّفسُ، وَاطْمأنَّ إِلَيْهِ القَلْبُ، وَالإثْمُ: مَا حَاكَ في النَّفْسِ، وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ، وَإنْ أفْتَاكَ النَّاسُ وَأفْتُوكَ» حديث حسن، رواه أحمد والدَّارمِيُّ في مُسْنَدَيْهِمَا. 591 - وعن أَبي سِرْوَعَةَ - بكسر السين المهملة وفتحها - عُقبَةَ بنِ الحارِثِ - رضي الله عنه: أنَّهُ تَزَوَّجَ ابنَةً لأبي إهَابِ بن عزيزٍ، فَأتَتْهُ امْرَأةٌ، فَقَالَتْ: إنّي قَدْ أرضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي قَدْ تَزَوَّجَ بِهَا. فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ: مَا أَعْلَمُ أنَّك أرضَعْتِنِي وَلاَ أخْبَرْتِني، فَرَكِبَ إِلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ِ بِالمَدِينَةِ، فَسَأَلَهُ: فَقَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «كَيْفَ وَقَد قِيلَ؟» فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُ. رواه البخاري. «إهَابٌ» بكسر الهمزة وَ «عَزيزٌ» بفتح العين وبزاي مكررة. 592 - وعن الحسن بن علي رضي الله عنهما، قَالَ: حَفِظتُ من رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «دَعْ مَا يَريبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن صحيح». معناه: اتْرُكْ مَا تَشُكُّ فِيهِ، وَخُذْ مَا لاَ تَشُكُّ فِيهِ. 593 - وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: كَانَ لأبي بَكر الصديق - رضي الله عنه - غُلاَمٌ يُخْرِجُ لَهُ الخَرَاجَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأكُلُ مِنْ خَرَاجِهِ، فَجَاءَ يَوْمًا بِشَيءٍ، فَأكَلَ مِنْهُ أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ لَهُ الغُلامُ: تَدْرِي مَا هَذَا؟ فَقَالَ أَبُو بكر: وَمَا هُوَ؟ قَالَ: كُنْتُ تَكَهَّنْتُ لإنْسَانٍ في الجَاهِلِيَّةِ وَمَا أُحْسِنُ الكَهَانَةَ، إِلاَّ أَنّي خَدَعْتُهُ، فَلَقِيَنِي، فَأعْطَانِي لِذلِكَ، هَذَا الَّذِي أَكَلْتَ مِنْهُ، فَأدْخَلَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ فَقَاءَ كُلَّ شَيْءٍ فِي بَطْنِهِ. رواه البخاري. «الخَرَاجُ»: شَيْءٌ يَجْعَلُهُ السَّيِّدُ عَلَى عَبْدِهِ يُؤدِّيهِ كُلَّ يَومٍ، وَبَاقِي كَسْبِهِ يَكُونُ لِلْعَبْدِ. 594 - وعن نافِع: أن عُمَرَ بن الخَطّاب - رضي الله عنه - كَانَ فَرَضَ لِلمُهَاجِرينَ الأَوَّلِينَ أَرْبَعَةَ الآفٍ وَفَرَضَ لابْنِهِ ثَلاَثَة آلافٍ وَخَمْسَمئَةٍ، فَقيلَ لَهُ: هُوَ مِنَ المُهَاجِرينَ فَلِمَ نَقَصْتَهُ؟ فَقَالَ: إنَّمَا هَاجَرَ بِهِ أبُوهُ. يقول: لَيْسَ هُوَ كَمَنْ هَاجَرَ بِنَفْسِهِ. رواه البخاري. 595 - وعن عَطِيَّةَ بن عُروة السَّعْدِيِّ الصحابيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «لاَ يَبْلُغُ الْعَبدُ أَنْ يَكُونَ مِنَ المُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأسَ بِهِ، حَذَرًا مِمَّا بِهِ بَأسٌ» رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن».

Bab 68. Kewara'an Dan Meninggalkan Apa-apa Yang Syubhat&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Engkau semua mengira bahwa persoalan itu adalah remeh -ringan- saja, padahal di sisi Allah ia adalah persoalan yang besar -amat penting-.&quot; (an-Nur: 15)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Sesungguhnya Tuhanmu selalu mengawasi -segala perbuatanmu-.&quot; (al-Fajr: 14)&nbsp;586. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya apa-apa yang halal itu jelas dan sesungguhnya apa-apa yang haram itupun jelas pula. Di antara kedua macam hal itu -yakni antara halal dan haram- ada beberapa hal yang syubhat -samar-samar atau tidak diketahui secara pasti halal dan haramnya-. Tidak dapat mengetahui apa-apa yang syubhat itu sebagian besar manusia. Maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan syubhat, maka ia telah melepaskan dirinya dari melakukan sesuatu yang mencemarkan agama serta kehormatannya. Dan barangsiapa yang telah jatuh dalam kesyubhatan-kesyubhatan, maka jatuhlah ia dalam keharaman, sebagaimana halnya seorang penggembala yang menggembala di sekitar tempat yang terlarang, hampir saja ternaknya itu makan dari tempat larangan tadi. Ingatlah bahwasanya setiap raja itu mempunyai larangan-larangan. Ingatlah bahwasanya larangan-larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan olehNya. Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah beku, apabila benda ini baik, maka baiklah seluruh badan, tetapi apabila benda ini rusak -jahat-, maka rusak -jahat- pulalah seluruh badan. Ingatlah bahwa benda itu adalah hati.&quot; (Muttafaq 'alaih) Imam-imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis di atas dari beberapa jalan, pula dengan lafaz-lafaz yang hampir bersamaan.&nbsp;587. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. menemukan sebiji buah kurma di jalanan, lalu beliau s.a.w. bersabda: &quot;Andaikata saya tidak takut bahwa kurma ini termasuk golongan benda sedekah, pastilah saya akan memakannya.&quot; Suatu tanda sangat berhati-hatinya beliau s.a.w. dalam hal yang syubhat. (Muttafaq 'alaih)&nbsp;588. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Kebajikan ialah baiknya budi pekerti dan dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwamu dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;589. Dari Wabishah bin Ma'bad r.a., katanya: &quot;Saya mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: &quot;Engkau datang ini hendak menanyakan perihal kebajikan?&quot; Saya menjawab: &quot;Ya.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: &quot;Mintalah fatwa -keterangan atau pertimbangan- pada hatimu sendiri. Kebajikan itu ialah yang jiwa itu menjadi tenang padanya -diwaktu melakukan dan setelah selesainya-, juga yang hatipun tenang pula merasakannya, sedang dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwa serta bolak-balik -yakni ragu-ragu- dalam dada -hati-, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu. Ya, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu.&quot; Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam-imam Ahmad dan ad-Darimi dalam kedua musnadnya.&nbsp;Keterangan:Dua hadis di atas itu menegaskan apa yang disebut kebajikan dan apa yang disebut dosa itu. Kebajikan ialah: Budi pekerti yang baik. Juga sesuatu yang dirasa tentram dalam jiwa dan tenang dalam hati. Untuk mengetahui ini cukuplah bertanya kepada hati kita sendiri. Misalnya berkata jujur, bagaimanakah hati kita setelah melakukannya? Tenang bukan. Nah, itulah kebajikan. Tetapi berkata dusta, tenangkah jiwa kita setelah melakukannya? Pasti tidak, sebab takut ketahuan orang kedustaannya itu. Nah, tentu itu bukan kebajikan tetapi kejahatan dan dosa.Selanjutnya yang disebut kejahatan dan dosa itu ialah: Sesuatu yang membekas dalam hati yakni setelah melakukannya, hati itu selalu mengangan-angankan akibat yang buruk dari kelakuan tadi itu, jelasnya hati senantiasa gelisah kalau kelakuannya tadi diketahui oleh orang lain. Misalnya menipu, membunuh, korupsi, merampas hak orang, berbuat zalim dan penganiayaan, tidak jujur, memalsu dan lain-lain sebagainya. Sesuatu yang kecuali membekas dalam jiwa, juga hati sudah bimbang dan ragu-ragu di saat melakukannya itu, sebab kalau ketahuan orang, tentu akan mendapatkan hukuman, berat atau ringan, misalnya mencuri, membunuh dan lain-lain lagi. Sesuatu yang ditakutkan kalau diketahui orang lain, baik takut akan menjadi malu, sebab apa yang dilakukan itu merupakan hal yang tercela di kalangan masyarakat atau takut jatuh namanya, takut hukumannya dan lain-lain.Rasulullah s.a.w. menandaskan perihal kejahatan dan dosa itu dengan diberi tambahan kalimat: &quot;Sekalipun orang-orang lain sama memfatwakan itu padamu serta membenarkan tindakanmu itu.&quot; Artinya sekalipun banyak yang mendukung tindakanmu dan banyak pembelamu serta semuanya menyetujui, tetapi kalau sifatnya membekas dalam hati dan meragu-ragukan, itulah suatu tanda bahwa apa yang kamu lakukan itu suatu kejahatan atau dosa. Soal orang yang memberikan fatwa itu belum tentu benar, mungkin orang itu hanya menginginkan supaya kamu banyak menghadiahkan sesuatu padanya atau menginginkan kepangkatan kalau justeru kamu sebagai pemegang kekuasaan atau fatwanya itu hanya ditilik dari segi lahiriyahnya saja, sedang yang terkandung dalam hatimu tidak atau belum diketahui olehnya. Oleh sebab itu, tepatlah kalau Rasulullah s.a.w. mengingatkan kita agar kita lebih-lebih mengutamakan untuk meminta fatwa atau keterangan dari hati kita sendiri.&nbsp;590. Dari Abu Sirwa'ah -dengan kasrahnya sin muhmalah- yaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a. bahwasanya ia mengawini anak perempuannya Abu Ihab bin 'Aziz. Kemudian datanglah seorang wanita, lalu berkata: &quot;Sesungguhnya saya benar-benar telah menyusui 'Uqbah serta perempuan yang dikawin olehnya itu -jadi keduanya adalah saudara sesusuan yang haram menjadi suami istri-.&quot; Kemudian 'Uqbah berkata kepada wanita tadi: &quot;Saya tidak mengerti bahwa Anda telah menyusui saya dan Anda tidak pernah memberitahukan hal itu padaku.&quot; 'Uqbah lalu menaiki kendaraan untuk menuju kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah, kemudian menanyakan perkara itu padanya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Bagaimana&nbsp; lagi, sedangkan persoalannya sudah dikatakan demikian.&quot; Selanjutnya 'Uqbah lalu menceraikan istrinya itu dan mengawini wanita lain lagi. (Riwayat Bukhari)&nbsp;591. Dari al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Saya hafal sesuatu sabda dari Rasulullah s.a.w.: &quot;Tinggalkanlah apa-apa yang meragu-ragukan padamu untuk beralih kepada apa-apa yang tidak meragu-ragukan padamu.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih. Artinya ialah: Tinggalkanlah apa-apa yang engkau merasa bimbang untuk dilaksanakan dan ambil sajalah apa-apa yang engkau tidak merasa bimbang sama sekali dalam melaksanakannya.&nbsp;Keterangan:Hal-hal yang meragu-ragukan itu pada umumnya ada dua macam, yaitu: Meragu-ragukan karena dipandang dari segi hukumnya seperti barang-barang yang hukumnya syubhat (tidak jelas perihal halal atau haramnya). Meragu-ragukan karena dipandang dari akibatnya seperti sesuatu usaha atau tindakan. Kalau yang pertama memang sebaiknya kita tinggalkan saja dan beralih kepada yang tidak meragu-ragukan. Tetapi kalau yang kedua wajiblah kita tinjau dahulu, yaitu sekiranya hati kita yakin akan kebenaran usaha atau tindakan kita itu, maka keragu-raguan wajiblah dilenyapkan dan usaha atau tindakan itu wajib dilaksanakan terus. Misalnya dalam cita-cita menegakkan Agama Islam di atas bumi ini, terutama di tanah air sendiri, lalu kita ragu-ragu kalau tidak berhasil, banyak yang menentangnya, badan dapat sengsara sebab disiksa, dipenjarakan dan lain-lain. Maka keragu-raguan semacam ini, bukanlah pada tempatnya. Orang yang meragu-ragukan semacam ini, sama halnya dengan orang yang ingin menyeberangi jalan, tetapi takut tertabrak mobil atau ingin makan durian, tetapi takut tertusuk durinya. Jadi keragu-raguan tersebut wajib dilenyapkan dari hati sanubari setiap kaum mu'minin, sebab keragu-raguan itu tidak sewajarnya.&nbsp;592. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Abu Bakar as-Shiddiq r.a. itu mempunyai seorang hamba sahaya lelaki yang mengeluarkan -memberikan- kepadanya pendapatan wajibnya -alkharaj-. Abu Bakar makan dari hasil kharaj tadi. Pada suatu hari hamba sahaya itu datang padanya dengan membawa sesuatu, kemudian Abu Bakar juga memakannya. Selanjutnya hamba sahaya itu berkata pada Abu Bakar: &quot;Adakah Anda tahu, hasil dari apakah ini?&quot; Abu Bakar bertanya: &quot;Hasil apa ini?&quot; Ia menjawab: &quot;Dahulu pada zaman jahiliyah saya memberikan sesuatu ramalan pada seseorang, padahal saya sendiri sebenarnya tidak pandai dalam persoalan kahanah -pendukunan- itu, melainkan saya hanyalah menipunya belaka. Tadi ia menemui saya lalu memberikan pada saya sesuatu yang Anda makan itu. Abu Bakar lalu memasukkan tangannya -dalam kerongkongannya-, lalu memuntahkan segala sesuatu yang ada dalam perutnya.&quot; (Riwayat Bukhari) Alkharaj ialah sesuatu yang ditetapkan oleh seorang tuan -pemilik - kepada hamba sahayanya untuk memberikan hasil yang ditetapkan tadi kepada tuannya setiap hari, sedangkan sisa dari hasil kerjanya itu untuk hamba sahaya itu sendiri.&nbsp;593. Dari Nafi' bahwasanya Umar r.a. menentukan untuk kaum muhajirin yang pertama-tama sebanyak empat ribu dirham setahun, ia juga menetapkan untuk anaknya sendiri -yang juga termasuk kaum muhajirin yang pertama-tama- sebanyak tiga ribu lima ratus. Ia ditanya; &quot;Ia adalah termasuk kaum muhajirin, mengapa engkau kurangi pemberiannya?&quot; Umar berkata: &quot;Sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang berhijrah dengan membawanya serta.&quot; Umar menyambung ucapannya lagi, yaitu: &quot;Jadi ia tidaklah dapat disamakan seperti orang yang berhijrah dengan dirinya sendiri.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;594.Dari Athiyyah bin 'Urwah as-Sa'di as-Shababi r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Seorang hamba itu belum sampai kepada tingkat menjadi orang yang termasuk kaum yang bertaqwa, sehingga ia suka meninggalkan sesuatu yang tidak ada larangannya karena takut kalau-kalau dalam hal itu ada larangannya -yaitu hal-hal yang syubhat-.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. [Baca Status Hadis Disini] (HR.riyadhus_shalihin : 68)
No Hadist 69

69 - باب استحباب العزلة عند فساد الناس والزمان أَو الخوف من فتنة في الدين ووقوع في حرام وشبهات ونحوها قَالَ الله تَعَالَى: {فَفِرُّوا إِلَى اللهِ إنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مبِينٌ} [الذاريات: 50].<br>596 - وعن سعد بن أَبي وقاص - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ الله يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الغَنِيَّ الْخَفِيَّ». رواه مسلم. والمُرَادُ بـ «الغَنِيّ» غَنِيُّ النَّفْسِ، كَمَا سَبَقَ في الحديث الصحيح. 597 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: أيُّ النَّاسِ أفْضَلُ يَا رسولَ الله؟ قَالَ: «مُؤْمِنٌ مُجَاهِدٌ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ في سَبيلِ اللهِ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ يَعْبُدُ رَبَّهُ». وفي رواية: «يَتَّقِي اللهَ، وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ». متفقٌ عَلَيْهِ. 598 - وعنه، قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَالِ المُسْلِمِ غَنَمٌ يَتَّبعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ، وَمَواقعَ الْقَطْر يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ». رواه البخاري. و «شَعَفُ الجِبَالِ»: أعْلاَهَا. 599 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ» فَقَالَ أصْحَابُهُ: وأنْتَ؟ قَالَ: «نَعَمْ، كُنْتُ أرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ». رواه البخاري. 600 - وعنه، عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أنَّه قَالَ: «مِنْ خَيْرِ مَعَاشِ النَّاسِ لهم رَجُلٌ مُمْسِكٌ عِنَانَ فَرَسِهِ في سَبيلِ الله، يَطيرُ عَلَى مَتْنِهِ كُلَّمَا سَمِعَ هَيْعَةً أَوْ فَزعَةً، طَارَ عَلَيْهِ يَبْتَغِي القَتْلَ، أَوْ المَوْتَ مَظَانَّه، أَوْ رَجُلٌ فِي غُنَيمَةٍ في رَأسِ شَعَفَةٍ مِنْ هذِهِ الشَّعَفِ، أَوْ بَطنِ وَادٍ مِنْ هذِهِ الأَوْدِيَةِ، يُقِيمُ الصَّلاَةَ، وَيُؤتِي الزَّكَاةَ، وَيَعْبُدُ رَبَّهُ حَتَّى يأتِيَهُ اليَقِينُ، لَيْسَ مِنَ النَّاسِ إِلاَّ فِي خَيْرٍ». رواه مسلم. «يَطِيرُ»: أيْ يُسْرعُ. وَ «مَتْنُهُ»: ظَهْرُهُ. وَ «الهَيْعَةُ»: الصوتُ للحربِ. وَ «الفَزعَةُ»: نحوه. وَ «مَظَانُّ الشَيْءِ»: المواضعُ الَّتي يُظَنُّ وجودُهُ فِيهَا. وَ «الغُنَيْمَة» بضم الغين: تصغير الغنم. وَ «الشَّعَفَةُ» بفتح الشين والعين: هي أعلى الجَبَل.

Bab 69. Sunnahnya Memencilkan Diri Di Waktu Rusaknya Keadaan Zaman Atau Karena Takut Fitnah Dalam Agama Dan Jatuh Dalam Keharaman, Kesyubhatan-kesyubhatan Atau Lain-lain Sebagainya&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Maka oleh karena itu, segeralah berlari kepada Allah, sesungguhnya saya adalah pemberi peringatan yang terang -dari Allah padamu-.&quot; (adz-Dzariyat: 50)&nbsp;595. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya Allah itu cinta kepada hamba yang bertaqwa serta kaya dan tersembunyi -yakni tidak sebagai orang masyhur dan tidak dikenal orang karena tidak mempunyai kedudukan-.&quot; (Riwayat Muslim) Yang dimaksud dengan kata alghani yakni kaya itu ialah kaya jiwanya -jadi bukan kaya harta benda-, sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih di muka -lihat hadis no.520-.&nbsp;596.Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: &quot;Ada seorang lelaki berkata: &quot;Manakah orang yang paling utama itu, ya Rasulullah?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Yaitu seorang mu'min yang berjihad dengan badannya dan hartanya fisabilillah.&quot; Kemudian orang itu bertanya lagi: &quot;Selanjutnya siapakah?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Kemudian seseorang yang memencilkan dirinya dalam suatu jalanan di gunung -maksudnya suatu tempat diantara dua gunung yang dapat digunakan sebagai kediaman- dari beberapa tempat di gunung, untuk menyembah kepada Tuhannya.&quot; Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Karena ia bertaqwa kepada Allah dan meninggalkan para manusia dari kejelekannya diri sendiri&quot; -jadi mengasingkan diri dari orang banyak, sehingga tidak akan sampailah kejelekannya diri sendiri itu kepada orang-orang banyak tadi-. (Muttafaq 'alaih)&nbsp;597. Dari Abu Said al-Khudri r.a. pula, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Hampir saja bahwasanya sebaik-baik harta seorang Muslim itu ialah kambing yang diikutinya sampai ke puncak gunung serta tempat-tempat hujan -yaitu tempat-tempat yang banyak rumputnya-. Orang itu lari ke sana dengan membawa agamanya karena takut adanya beberapa macam fitnah.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;598. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Tidak seorang yang diutus oleh Allah sebagai Nabi, melainkan ia tentu pernah menggembala kambing.&quot; Para sahabat beliau s.a.w. bertanya: &quot;Dan tuan sendiri -apakah juga menggembala kambing-?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Ya, sayapun menggembala kambing itu, yaitu di Qararith. Kambing itu kepunyaan penduduk Makkah.&quot; Qararith itu ada yang mengatakan bahwa ia adalah nama tempat penggembalaan di Makkah, tetapi ada yang mengatakan bahwa itu adalah nama bagian dari uang dinar atau dirham, yakni bahwa beliau s.a.w. menggembala itu dengan menerima upah qararith. (Riwayat Bukhari)&nbsp;599. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya ia bersabda: &quot;Setengah daripada sebaik-baik keadaan kehidupan para manusia ialah seseorang yang memegang kendali kudanya untuk melakukan peperangan fisabilillah, ia terbang di atas punggungnya. Setiap kali ia mendengar suara gemuruh atau suara dahsyat di medan peperangan itu ia segera terbang ke sana untuk mencari supaya terbunuh atau kematian yang disangkanya bahwa di tempat suara gemuruh itulah tempatnya. Atau seorang yang memelihara kambing di puncak gunung dari beberapa puncak gunung yang ada, ataupun di suatu lembah dari beberapa lembah ini. Ia mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta menyembah Tuhannya sehingga ia didatangi oleh keyakinan -yakni kematian-. Tidak ada dari para manusia itu kecuali dalam kebaikan.&quot; (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 69)
No Hadist 70

70 - باب فضل الاختلاط بالناس وحضور جُمَعِهم وجماعاتهم، ومشاهد الخير، ومجالس الذكر معهم، وعيادة مريضهم، وحضور جنائزهم، ومواساة محتاجهم، وإرشاد جاهلهم، وغير ذلك من مصالحهم لمن قدر عَلَى الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، وقمع نفسه عن الإيذاء وصبر عَلَى الأذى اعْلم أنَّ الاختلاط بالنَّاسِ عَلَى الوجهِ الَّذِي ذَكَرْتُهُ هُوَ المختارُ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وسائر الأنبياء صلواتُ اللهِ وسلامه عَلَيْهِمْ، وكذلك الخُلفاءُ الرَّاشدون، ومن بعدَهُم مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، ومن بَعدَهُم من عُلَماءِ المُسلمين وأَخْيَارِهم، وَهُوَ مَذْهَبُ أكثَرِ التَّابِعينَ وَمَنْ بَعدَهُمْ، وبه قَالَ الشافعيُّ وأحمدُ وأكثَرُ الفقهاءِ رضي اللهُ عنهم أجمعين. قَالَ اللهُ تَعَالَى: {وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى} [المائدة: 20] والآيات في معنى مَا ذكرته كثيرة معلومة.

Bab 70. Keutamaan Bergaul Dengan Orang Banyak, Menghadiri Shalat-shalat Jum'at Dan Berjamaah Bersama Mereka Serta Mengunjungi Tempat-tempat Kebaikan Dan Majelis-majelis Dzikir, Juga Meninjau Orang Yang Sakit, Menghadiri Jenazah-jenazah, Membantu Yang Mempunyai Hajat, Menunjukkan Yang Bodoh Dan Lain-lain Yang Termasuk Kemaslahatan Mereka Bagi Orang Yang Kuasa Beramar Ma'ruf Dan Nahi Mungkar. Demikian Pula Mencegah Diri Sendiri Dari Berbuat Menyakiti Serta Sabar Atas Sesuatu Yang Menyakitkan -Yang Menimpa Pada Diri Sendiri-&nbsp;&nbsp;Ketahuilah bahwasanya bercampur -bergaul- dengan orang banyak menurut cara yang saya sebutkan diatas itu adalah yang terpilih dan itulah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. serta para Nabi yang lain-lain shalawatullah wa salamuhu 'alaihim, begitu juga dilakukan oleh para khulafa' rasyidun dan orang-orang yang sesudah mereka yaitu dari golongan para sahabat serta para tabi'in dan pula orang-orang yang sesudah mereka dari golongan alim ulama kaum Muslimin dan orang-orang yang pilihan diantara mereka. Yang sedemikian itu adalah mazhabnya sebagian besar kaum tabi'in dan orang-orang yang sesudah mereka. Imam as-Syafi'i dan Imam Ahmad serta sebagian banyak ahli fikih radhiallahu 'annum juga mengucapkan -berpendapat- sebagaimana yang tersebut di atas itu -yakni lebih baik bergaul dengan para manusia untuk beramar ma'ruf nahi mungkar daripada mengasingkan diri sendiri serta menghindari bergaul-.&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan tolong menolonglah engkau semua atas kebajikan dan ketaqwaan.&quot; (al-Maidah: 2)&nbsp;Ayat-ayat yang semakna dengan apa yang saya sebutkan di atas itu amat banyak dan mudah dimaklumi. (HR.riyadhus_shalihin : 70)