Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 21

21 - باب في التعاون على البر والتقوى قَالَ الله تَعَالَى: {وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى} [المائدة: 2]، وَقالَ تَعَالَى: {وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ} [العصر: 1 - 2] قَالَ الإمام الشافعي - رَحِمَهُ الله - كلامًا معناه: إنَّ النَّاسَ أَوْ أكثرَهم في غفلة عن تدبر هذِهِ السورة . 177 - وعن أَبي عبد الرحمان زيد بن خالد الجهني - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا في سَبيلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا، وَمَنْ خَلَفَ غَازيًا في أهْلِهِ بِخَيرٍ فَقَدْ غَزَا». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 178 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بعث بعثًا إِلَى بني لِحْيَان مِنْ هُذَيْلٍ، فَقَالَ: «لِيَنْبَعِثْ مِنْ كُلِّ رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا وَالأجْرُ بَيْنَهُمَا». رواه مسلم. 179 - وعن ابن عباس رضي الله عنهما: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - لَقِيَ رَكْبًا بالرَّوْحَاءِ ، فَقَالَ: «مَنِ القَوْمُ؟» قالوا: المسلمون، فقالوا: من أنتَ؟ قَالَ: «رَسُول الله»، فرفعت إِلَيْه امرأةٌ صبيًا، فَقَالَتْ: ألِهَذَا حَجٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَلَكِ أجْرٌ». رواه مسلم. 180 - وعن أَبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - أنَّه قَالَ: «الخَازِنُ المُسْلِمُ الأمِينُ الَّذِي يُنفِذُ مَا أُمِرَ بِهِ فيُعْطيهِ كَامِلًا مُوَفَّرًا طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ، أحَدُ المُتَصَدِّقين». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: «الَّذِي يُعْطِي مَا أُمِرَ بِهِ» وضبطوا «المُتَصَدِّقَينِ» بفتح القاف مَعَ كسر النون عَلَى التثنية، وعكسه عَلَى الجمعِ وكلاهما صحيح.

Bab 21. Tolong-menolong Dalam Kebaikan Dan KetaqwaanAllah Ta'ala berfirman: "Dan tolong menolonglah engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan." (al-Maidah: 2)Allah Ta'ala juga berfirman: "Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan shalih, juga suka saling pesan memesan dengan kebenaran serta saling pesan memesan dengan kesabaran." [13] (al-'Ashr: 1-3) Imam as-Syafi'i rahimahullah mengucapkan suatu uraian yang maksudnya ialah bahwasanya seluruh manusia atau sebagian besar dari mereka itu terlalai untuk memikir-mikirkan isi kandungan surat ini.178. Dari Abdur Rahman bin Zaid bin Khalid al-Juhani r.a., katanya: "Nabiyullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memberikan persiapan -bekal- untuk seseorang yang berperang fisabilillah, maka dianggaplah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang -yakni sama pahalanya dengan orang yang ikut berperang itu-. Dan barangsiapa yang meninggalkan kepada keluarga orang yang berperang -fisabilillah- berupa suatu kebaikan -apa-apa yang dibutuhkan untuk kehidupan keluarganya itu-, maka dianggap pulalah ia sebagai orang yang benar-benar ikut berperang." (Muttafaq 'alaih)179. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan suatu pasukan sebagai utusan untuk memerangi Bani Lihyan dari suku Hudzail, lalu beliau bersabda: "Hendaklah dari setiap dua orang berangkat salah seorang saja dari keduanya itu -maksudnya setiap golongan supaya mengirim jumlah separuhnya-, sedang separuhnya yang tidak ikut berangkat adalah yang menjamin kehidupan keluarga dari orang yang ikut berangkat berperang itu, dan pahalanya adalah antara keduanya -artinya pahalanya sama antara yang berangkat dengan yang menjamin keluarga yang berangkat tadi-." (Riwayat Muslim)180. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bertemu dengan sekelompok orang yang berkendaraan di Rawha' -sebuah tempat di dekat Madinah-, lalu beliau bertanya "Siapakah kaum ini?" Mereka menjawab: "Kita kaum Muslimin." Kemudian mereka bertanya: "Siapakah Tuan?" Beliau menjawab: "Saya Rasulullah." Kemudian ada seorang wanita yang mengangkat seorang anak kecil di hadapan beliau lalu bertanya: "Adakah anak ini perlu beribadah haji?" Beliau menjawab: "Ya dan untukmu -wanita itu- juga ada pahalanya." (Riwayat Muslim) 181. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a. dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. bersabda: "Juru simpan yang Muslim dan dapat dipercaya yang dapat melangsungkan apa yang diperintahkan padanya, kemudian memberikan harta yang disimpannya dengan lengkap dan cukup, juga memberikannya itu dengan hati yang baik -tidak kesal atau iri hati pada orang yang diberi-, selanjutnya menyampaikan harta itu kepada apa yang diperintah padanya, maka dicatatlah ia -juru simpan tersebut- sebagai salah seorang dari dua orang yang bersedekah -juru simpan dan pemiliknya-." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Yang memberikan untuk apa saja yang ia diperintahkan." Para ulama lafaz almutashaddiqain dengan fathah qaf serta nun kasrah, karena tatsniyah atau sebaliknya, kasrahnya qaf serta fathahnya nun, karena jamak. Keduanya shahih.Catatan Kaki: [13] Saling pesan memesan dengan kebenaran, yakni tetap dalam ketaatan, keimanan dan keIslaman, sedang pesan memesan dengan kesabaran, yakni sabar untuk melakukan berbakti kepada Tuhan, melaksanakan perintah-perintahNya, juga sabar meninggalkan kemaksiatan, kemungkaran serta menjauhi larangan-laranganNya.  (HR.riyadhus_shalihin : 21)
No Hadist 22

22 - باب في النصيحة قَالَ تَعَالَى: {إِنَّمَا المُؤْمِنُونَ إخْوَةٌ} [الحجرات: 10]، وَقالَ تَعَالَى: إخبارًا عن نوحٍ - صلى الله عليه وسلم: {وَأنْصَحُ لَكُمْ} [الأعراف: 62]، وعن هود - صلى الله عليه وسلم: {وَأنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أمِينٌ} [الأعراف: 68].<br>وأما الأحاديث: 181 - فالأول: عن أَبي رُقَيَّةَ تَمِيم بن أوس الداريِّ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الدِّينُ النَّصِيحةُ» قلنا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأئِمَّةِ المُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ ». رواه مسلم. 182 - الثاني: عن جرير بن عبد الله - رضي الله عنه - قَالَ: بَايَعْتُ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - عَلَى إقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، والنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 183 - الثالث: عن أنس - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لا يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحبُّ لِنَفْسِهِ» مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Bab 22. NasihatAllah Ta'ala berfirman: &quot;Sesungguhnya sekalian orang yang beriman itu adalah sebagai saudara-saudara.&quot; (al-Hujurat: 10)Allah Ta'ala berfirman sebagai pemberitahuan tentang keadaan Nuh a.s.: &quot;Dan saya memberikan nasihat kepadamu semua.&quot; (al-A'raf: 62)Dan tentang Hud a.s., firmanNya: &quot;Dan saya adalah penasihat untukmu semua yang terpercaya.&quot; (al-A'raf: 68)Adapun Hadis-hadisnya ialah:182. Pertama: Dari Abu Ruqayyah yaitu Tamin bin Aus ad-Dari r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Agama itu adalah merupakan nasihat.&quot; Kita semua bertanya: &quot;Untuk siapa?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Bagi Allah, bagi kitabNya, bagi rasulNya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin serta bagi segenap umumnya umat Islam.&quot; (Riwayat Muslim)Keterangan: Sendi pokok dan tiang utama dalam Agama Islam adalah nasihat. Kata &quot;nasihat&quot; itu meliputi seluruh makna dan pengertian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan kebahagiaan bagi orang yang dinasihati. Dalam hadis di atas dijelaskan intisari dan pengertian nasihat itu, yakni: Bagi Allah yakni dengan iman pada Allah dan tampaknya tanda-tanda kemuliaan Allah, bagi kitab Allah yakni dengan mengenang-ngenangkan -mengingat-ngingat- arti-artinya serta mengamalkan, apa saja yang tercantum di dalamnya. Bila ini sudah diamalkan, maka orang itu telah dinasihati oleh jiwanya sendiri. Bagi Rasul Allah yakni dengan mengikuti segala perintah-perintahnya serta tunduk dan menjauhi larangan-larangannya. Bagi pemimpin-pemimpin Islam yakni dengan meminta nasihat-nasihat dan fatwa-fatwa mereka yang mengenai hukum-hukum agama yang semuanya itu tentu diambil dari pokok-pokoknya yakni al-Quran dan Hadis, dan bagi segenap umat Islam yakni memimpin mereka ini pada jalan yang benar serta diridhai Allah, juga menunjukkan kepada mereka ini mana-mana yang baik (benar) dan mana-mana yang jelek (salah).183. Kedua: Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: &quot;Saya membaiat kepada Rasulullah s.a.w. untuk mendirikan shalat, memberikan zakat dan memberi nasihat kepada setiap orang Islam.&quot; (Muttafaq 'alaih) 184. Ketiga: Dari Anas [14] r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Tidak sempurnalah keimanan seorang itu sehingga ia mencintai kepada saudaranya -sesama muslim- perihal apa-apa yang ia mencintai untuk dirinya sendiri.&quot; (Muttafaq 'alaih)Keterangan: Saudara yang dimaksud di sini, kalau menurut uraian Ibnul 'Imaad ialah bukan hanya sesama Islam saja, tetapi umum, sehingga orang kafirpun masuk di dalamnya, yakni harus kita cintai sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Cinta kepada saudara yang kafir ialah dengan menginsafkan dan agar segera masuk Islam supaya selamat dirinya, di dunia dan akhirat. Karena itu disunnahkan mendoakan orang kafir itu agar mendapat petunjuk. Adapun cinta pada saudara yang muslim ialah dengan terus menerus ikut mengusahakan agar ia senantiasa tetap dalam keIslamannya.Catatan Kaki:&nbsp; [14] Salah seorang sahabat Nabi s.a.w. yakni Sayidina Anas r.a. itu pernah menjadi khadam -pembantu- Rasulullah s.a.w. Mula-mulanya ialah, pada suatu ketika ibunya datang pada beliau s.a.w. sewaktu beliau baru datang di Madinah. Ibunya berkata: &quot;Wahai Rasulullah, ambillah dia (Anas) sebagai khadam yang akan melayani Tuan.&quot; Nabi s.a.w. lalu menerimanya. Usia Anas saat itu kira-kira 9 atau 10 tahun. Anas berkata: &quot;Aku melayani Rasulullah s.a.w. selama 9 atau 10 tahun. Selama masa yang sekian itu belum pernah beliau berkata pada saya: &quot;Mengapa engkau kerjakan ini?&quot; atau &quot;Mengapa tidak engkau lakukan itu?&quot; Tetapi beliau selalu bersabda: &quot;Allah yang menakdirkan, apa yang dikehendaki olehNya, pasti akan dilakukan dan yang ditakdirkan pasti terjadi!&quot;&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 22)
No Hadist 23

23 - باب في الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر قَالَ الله تَعَالَى: {وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [آل عمران: 104]، وَقالَ تَعَالَى: {كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَر} [آل عمران: 110]، وَقالَ تَعَالَى: {خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199]، وَقالَ تَعَالَى: {وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ} [التوبة:71]، وَقالَ تَعَالَى: {لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرائيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ} [المائدة: 78]، وَقالَ تَعَالَى: {وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ} [الكهف:29]، وَقالَ تَعَالَى: {فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَر} [الحجر:94]، وَقالَ تَعَالَى: {فأَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [الأعراف: 165] وَالآيات في الباب كثيرة معلومة.<br>(1) - وأما الأحاديث: 184 - فالأول: عن أبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أضْعَفُ الإيمَانِ». رواه مسلم. 185 - الثاني: عن ابن مسعود - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَا مِنْ نَبيٍّ بَعَثَهُ اللهُ في أمَّة قَبْلِي إلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأصْحَابٌ يَأخُذُونَ بِسنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لاَ يُؤْمَرونَ، فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلبِهِ فَهُوَ مُؤمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلسَانِهِ فَهُوَ مُؤمِنٌ، وَلَيسَ وَرَاءَ ذلِكَ مِنَ الإيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَل». رواه مسلم. 186 - الثالث: عن أبي الوليدِ عبادة بن الصامِت - رضي الله عنه - قَالَ: بَايَعْنَا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - عَلَى السَّمْعِ والطَّاعَةِ في العُسْرِ واليُسْرِ، والمَنْشَطِ وَالمَكْرَهِ، وَعَلَى أثَرَةٍ عَلَيْنَا، وَعَلَى أَنْ لاَ نُنَازِعَ الأمْرَ أهْلَهُ إلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ تَعَالَى فِيهِ بُرْهَانٌ، وَعَلَى أَنْ نَقُولَ بالحَقِّ أيْنَمَا كُنَّا، لاَ نَخَافُ في اللهِ لَوْمَةَ لاَئِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. «المَنْشَطُ وَالمَكْرَهُ» بفتح ميمَيْهِما: أي في السهل والصعب. وَ «الأثَرَةُ»: الاختِصاص بالمشترَكِ وقد سبق بيانها. «بَوَاحًا» بفتح الباءِ الموحدة بعدها واو ثُمَّ ألف ثُمَّ حاءٌ مهملة: أي ظاهِرًا لا يحتمل تأويلًا. 187 - الرابع: عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَثَلُ القَائِمِ في حُدُودِ اللهِ وَالوَاقعِ فِيهَا، كَمَثَلِ قَومٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَصَارَ بَعْضُهُمْ أعْلاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، وَكَانَ الَّذِينَ في أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أنَّا خَرَقْنَا في نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤذِ مَنْ فَوقَنَا، فَإِنْ تَرَكُوهُمْ وَمَا أرَادُوا هَلَكُوا جَميعًا، وَإنْ أخَذُوا عَلَى أَيدِيهِمْ نَجَوا وَنَجَوْا جَميعًا». رواه البخاري. «القَائِمُ في حُدُودِ اللهِ تَعَالَى» معناه: المنكر لَهَا، القائم في دفعِها وإزالتِها، وَالمُرادُ بالحُدُودِ: مَا نَهَى الله عَنْهُ. «اسْتَهَمُوا»: اقْتَرَعُوا. 188 - الخامس: عن أُمِّ المؤمنين أم سلمة هند بنت أَبي أمية حذيفة رضي الله عنها، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - أنه قَالَ: «إنَّهُ يُسْتَعْمَلُ عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ فَتَعرِفُونَ وتُنْكِرُونَ، فَمَنْ كَرِهَ فَقَدْ بَرِئَ، وَمَنْ أنْكَرَ فَقَدْ سَلِمَ، وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ» قَالوا: يَا رَسُول اللهِ، ألا نُقَاتِلهم؟ قَالَ: «لا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاَةَ». رواه مسلم. معناه: مَنْ كَرِهَ بِقَلْبهِ وَلَمْ يَسْتَطِعْ إنْكَارًا بِيَدٍ وَلا لِسَانٍ فقَدْ بَرِىءَ مِنَ الإِثْمِ، وَأَدَّى وَظيفَتَهُ، وَمَنْ أَنْكَرَ بحَسَبِ طَاقَتِهِ فَقَدْ سَلِمَ مِنْ هذِهِ المَعْصِيَةِ وَمَنْ رَضِيَ بِفِعْلِهِمْ وَتَابَعَهُمْ فَهُوَ العَاصِي. 189 - السادس: عن أم المؤمنين أم الحكم زينب بنتِ جحش رَضِي الله عنها: أن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - دخل عَلَيْهَا فَزِعًا، يقول: «لا إلهَ إلاّ الله، وَيلٌ للْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأجُوجَ وَمَأجُوجَ مِثلَ هذِهِ»، وحلّق بأُصبُعيهِ الإبهامِ والتي تليها، فقلتُ: يَا رَسُول الله، أنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: «نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 190 - السابع: عن أَبي سعيد الخُدري - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إيَّاكُمْ وَالجُلُوسَ في الطُّرُقَاتِ!» فقالوا: يَا رَسُول الله، مَا لنا مِنْ مجالِسِنا بُدٌّ، نتحدث فِيهَا. فَقَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «فَإذَا أبَيْتُمْ إلاَّ المَجْلِسَ، فَأَعْطُوا الطَّريقَ حَقَّهُ». قالوا: وما حَقُّ الطَّريقِ يَا رسولَ الله؟ قَالَ: «غَضُّ البَصَرِ، وَكَفُّ الأَذَى، وَرَدُّ السَّلامِ، وَالأمْرُ بِالمَعْرُوفِ، والنَّهيُ عن المُنْكَرِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 191 - الثامن: عن ابن عباس رضي الله عنهما: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - رأى خاتَمًا مِنْ ذهبٍ في يدِ رجلٍ فنَزعه فطرحه، وَقالَ: «يَعْمدُ أحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا في يَدِهِ!».‍‍‍‍‍‍ فقِيلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَمَا ذهب رَسُول اللهِ - صلى الله عليه وسلم: خُذْ خَاتَمَكَ انْتَفِعْ بِهِ. قَالَ: لاَ واللهِ لا آخُذُهُ أبَدًا وَقَدْ طَرَحَهُ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم. رواه مسلم. 192 - التاسع: عن أَبي سعيد الحسن البصري: أن عائِذَ بن عمرو - رضي الله عنه - دخل عَلَى عُبَيْدِ اللهِ بنِ زياد، فَقَالَ: أي بُنَيَّ، إني سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ شَرَّ الرِّعَاءِ الحُطَمَةُ » فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ، فَقَالَ لَهُ: اجلِسْ فَإِنَّمَا أنْتَ مِنْ نُخَالَةِ أصْحَابِ مُحَمَّد - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: وهل كَانَتْ لَهُم نُخَالَةٌ إِنَّمَا كَانَتِ النُّخَالَةُ بَعْدَهُمْ وَفي غَيْرِهِمْ. رواه مسلم. 193 - العاشر: عن حذيفة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «وَالَّذِي نَفْسي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلا يُسْتَجَابُ لَكُمْ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن». 194 - الحادي عشر: عن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أفْضَلُ الجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائرٍ». رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ: «حديث حسن». 195 - الثاني عشر: عن أَبي عبدِ الله طارِقِ بن شِهاب البَجَليِّ الأَحْمَسِيّ - رضي الله عنه: أنَّ رجلًا سأل النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - وقد وضع رِجله في الغَرْزِ: أيُّ الجِهادِ أَفضلُ؟ قَالَ: «كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائرٍ». رواه النسائي بإسناد صحيح. «الغرز» بغين معجمة مفتوحة ثُمَّ راء ساكنة ثُمَّ زاي: وَهُوَ ركاب كَوْرِ الجملِ إِذَا كَانَ من جلد أَوْ خشب وقيل: لا يختص بجلد وخشب. 196 - الثالث عشر: عن ابن مسعود - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ أوَّلَ مَا دَخَلَ النَّقْصُ عَلَى بَنِي إسْرَائِيلَ أنَّهُ كَانَ الرَّجُلُ يَلْقَى الرَّجُلَ، فَيَقُولُ: يَا هَذَا، اتَّقِ الله ودَعْ مَا تَصْنَعُ فَإِنَّهُ لاَ يَحِلُّ لَكَ، ثُمَّ يَلْقَاهُ مِنَ الغَدِ وَهُوَ عَلَى حَالِهِ، فَلا يَمْنَعُهُ ذلِكَ أَنْ يَكُونَ أكِيلَهُ وَشَريبَهُ وَقَعيدَهُ، فَلَمَّا فَعَلُوا ذلِكَ ضَرَبَ اللهُ قُلُوبَ بَعْضِهِمْ بِبَعْضٍ» ثُمَّ قَالَ: {لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرائيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ} - إِلَى قوله - {فاسِقُونَ} [المائدة: 78 - 81] ثُمَّ قَالَ: «كَلاَّ، وَاللهِ لَتَأمُرُنَّ بالمَعْرُوفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ، وَلَتَأخُذُنَّ عَلَى يَدِ الظَّالِمِ، وَلَتَأطِرُنَّهُ عَلَى الحَقِّ أطْرًا، وَلَتَقْصُرُنَّه عَلَى الحَقِّ قَصْرًا، أَوْ لَيَضْرِبَنَّ اللهُ بقُلُوبِ بَعْضِكُمْ عَلَى بَعْضٍ، ثُمَّ ليَلْعَننكُمْ كَمَا لَعَنَهُمْ». رواه أَبُو داود والترمذي، وَقالَ: «حديث حسن». هَذَا لفظ أَبي داود، ولفظ الترمذي، قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «لَمَّا وَقَعَتْ بَنُو إسْرَائِيلَ في المَعَاصي نَهَتْهُمْ عُلَمَاؤهُمْ فَلَمْ يَنْتَهُوا، فَجَالَسُوهُمْ في مَجَالِسِهمْ، وَوَاكَلُوهُمْ وَشَارَبُوهُمْ، فَضَربَ اللهُ قُلُوبَ بَعضِهِمْ بِبعْضٍ، وَلَعَنَهُمْ عَلَى لِسانِ دَاوُد وعِيسَى ابنِ مَرْيَمَ ذلِكَ بما عَصَوا وَكَانُوا يَعتَدُونَ» فَجَلَسَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وكان مُتَّكِئًا، فَقَالَ: «لا، والَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى تَأطِرُوهُمْ عَلَى الحَقِّ أطْرًا». قوله: «تَأطِرُوهم»: أي تعطفوهم. «ولتقْصُرُنَّهُ»: أي لتحبِسُنَّه. 197 - الرابع عشر: عن أَبي بكر الصديق - رضي الله عنه - قَالَ: يَا أيّها النَّاس، إنّكم لتَقرؤُون هذِهِ الآية: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [المائدة: 105] وإني سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يأخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أوشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ». رواه أَبُو داود والترمذي والنسائي بأسانيد صحيحة.

Bab 23. Memerintah Dengan Kebaikan Dan Melarang Dari KemungkaranAllah Ta'ala berfirman: &quot;Hendaklah ada diantara engkau semua itu suatu umat -golongan- yang mengajak kepada kebaikan, memerintah dengan kebaikan serta melarang dari kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang berbahagia.&quot; (Ali-Imran: 104) Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Adalah engkau sekalian itu sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk seluruh manusia, karena engkau semua memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran.&quot; (Ali-Imran: 110)Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Berikanlah pengampunan, perintahlah dengan kebaikan dan janganlah menghiraukan pada orang-orang yang bodoh.&quot; (al-A'raf: 199)Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana..&quot; (at-Taubah: 71)Allah Ta'ala berfirman: &quot;Orang-orang kafir dari kaum Bani Israil itu terkena laknat dari lidah Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Hal itu disebabkan karena mereka durhaka dan melanggar aturan. Mereka tidak saling larang-melarang kemungkaran yang mereka kerjakan, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka lakukan itu.&quot; (al-Maidah: 78-79)Lagi Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu semua. Maka barangsiapa yang suka, maka baiklah ia beriman dan barangsiapa yang suka maka baiklah ia menjadi kafir.&quot; (al-Kahf: 29)Juga Allah Ta'ala berfirman: &quot;Maka laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.&quot; (al-Hijr: 94)Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang dari keburukan dan Kami menerapkan hukuman kepada orang-orang yang menganiaya dengan siksaan yang pedih dengan sebab mereka berbuat kefasikan.&quot; (al-A'raf: 165)Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali serta dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya ialah:185. Pertama: Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa diantara engkau semua melihat sesuatu kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau tidak dapat, maka dengan lisannya dengan jalan menasihati orang yang melakukan kemungkaran tadi -dan jikalau tidak dapat juga- dengan lisannya, maka dengan hatinya -maksudnya hatinya mengingkari serta tidak menyetujui perbuatan itu. Yang sedemikian itu -yakni dengan hati saja- adalah selemah-lemahnya keimanan.&quot; (Riwayat Muslim)Keterangan: Kemungkaran itu jangan didiamkan saja merajalela. Bila kuasa harus diperingatkan dengan perbuatan agar terhenti kemungkaran tadi seketika itu juga. Bila tidak sanggup, maka dengan lisan (dengan nasihat peringatan atau perkataan yang sopan santun), sekalipun ini agak lambat berubahnya. Tetapi kalau masih juga tidak sanggup, maka cukuplah bahwa hati kita tidak ikut-ikut menyetujui adanya kemungkaran itu. Hanya saja yang terakhir ini adalah suatu tanda bahwa iman kita sangat lemah sekali. Karena dengan hati itu hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, sedang dengan perbuatan atau nasihat itu dapat bermanfaat untuk kita dan masyarakat umum, hingga kemungkaran itu tidak terus menjadi-jadi.186. Kedua: Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tiada seorang nabipun yang diutus oleh Allah sebelumku -Muhammad s.a.w., melainkan ia mempunyai beberapa orang hawari -penolong atau pengikut setia- dari kalangan umatnya, juga beberapa sahabat, yang mengambil teladan dengan sunnahnya serta mentaati perintahnya. Selanjutnya sesudah mereka ini akan menggantilah beberapa orang pengganti yang suka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan, bahkan juga melakukan apa yang mereka tidak diperintahkan. Maka barangsiapa yang berjuang melawan mereka itu -yakni para penyeleweng dari ajaran-ajaran nabi yang sebenarnya ini- dengan tangan -atau kekuasaannya, maka ia adalah seorang mu'min, barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan lisannya, iapun seorang mu'min dan barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan hatinya, juga seorang mu'min, tetapi jikalau semua itu tidak -dengan tangan, lisan dan hati, maka tiada keimanan sama sekali sekalipun hanya sebiji sawi.&quot; (Riwayat Muslim)187. Ketiga: Dari Abulwalid, yaitu 'Ubadah bin as-Shamit r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. membai'at kepada kita semua untuk tetap mendengar -patuh- serta taat, baik dalam keadaan sukar ataupun mudah, juga dalam keadaan lapang dan payah -tertekan, juga agar kita semua lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Selain itu pula supaya kita semua tidak mencabut sesuatu perkara -jabatan -dari orang yang memegangnya, kecuali jikalau engkau semua melihat orang itu masuk dalam kekafiran yang nyata, yang bagimu ada bukti dari Allah dalam perkara kekafirannya tadi. Dibai'at pula agar kita semua berkata dengan hak -kebenaran- di mana saja kita berada, tidak perlu takut untuk mengatakan hak itu akan celaan dari orang yang suka mencela.&quot; (Muttafaq 'alaih)188. Keempat: Dari Annu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Perumpamaan orang yang berdiri tegak -untuk menentang orang-orang yang melanggar- pada had-had Allah -yakni apa-apa yang dilarang olehNya- dan orang yang menjerumuskan diri di dalam had-had Allah -yakni senantiasa melanggar larangan-laranganNya- adalah sebagai perumpamaan sesuatu kaum yang berserikat -yakni bersama-sama- ada dalam sebuah kapal, maka yang sebagian dari mereka itu ada di bagian atas kapal, sedang sebagian lainnya ada di bagian bawah kapal. Orang-orang yang berada di bagian bawah kapal itu apabila hendak mengambil air, tentu saja melalui orang-orang yang ada di atasnya -maksudnya naik keatas dan oleh sebab hal itu dianggap sukar-, maka mereka berkata: &quot;Bagaimanakah andaikata kita membuat lobang saja di bagian bawah kita ini, suatu lobang itu tentunya tidak mengganggu orang yang ada di atas kita.&quot; Maka jika sekiranya orang yang bagian atas itu membiarkan saja orang yang bagian bawah menurut kehendaknya, tentulah seluruh isi kapal akan binasa. Tetapi jikalau orang bagian atas itu mengambil tangan orang yang bagian bawah -melarang mereka dengan kekerasan- tentulah mereka selamat dan selamat pulalah seluruh penumpang kapal itu.&quot; (Riwayat Bukhari)189. Kelima: Dari Ummul mu'minin yaitu Ummu Salamah yakni Hindun binti Abu Umayyah yakni Hudzaifah radhiallahu 'anha, dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau s.a.w. bersabda: &quot;Bahwasanya nanti itu akan digunakanlah beberapa pemimpin negara -amir-amir, maka engkau semua akan menyetujui mereka, karena kelakuan mereka itu sebagian ada yang sesuai dengan syariat agama, tetapi engkau semuapun akan mengingkari mereka-sebab ada pula kelakuan-kelakuan mereka yang melanggar syariat agama. Maka barangsiapa yang benci -dengan hatinya, ia terlepaslah dari dosa, juga barangsiapa yang mengingkari, iapun selamat -dari siksa akhirat. Tetapi barangsiapa yang ridha serta mengikuti -pemimpin-pemimpin di atas, itulah yang bermaksiat.&quot; Para sahabat bertanya: &quot;Ya Rasulullah, apakah tidak perlu kita memerangi mereka itu?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat bersamamu semua.&quot; (Riwayat Muslim) Maknanya ialah bahwa barangsiapa yang membenci kepada pemimpin-pemimpin yang suka melanggar syariat agama itu dengan hatinya, karena tidak kuasa mengingkari mereka dengan tangan atau lisannya, maka ia telah terlepas dari dosa dan ia telah pula menunaikan tugasnya. Juga barangsiapa yang mengingkari dengan sekedar kekuatannya, iapun selamat dari kemaksiatan ini. Tetapi barangsiapa yang ridha dengan kelakuan-kelakuan mereka serta mengikuti jejak mereka, maka itulah orang yang bermaksiat.190. Keenam: Dari Ummul mu'minin yakni Ummul Hakam, yaitu Zainab binti Jahsy radhiallahu 'anha, bahwasanya Rasulullah s.a.w. masuk dalam rumahnya dengan rasa ketakutan. Beliau s.a.w. mengucapkan: &quot;La ilaha illallah, celaka bagi bangsa Arab, karena adanya keburukan yang telah dekat. Hari itu telah terbuka tabir Ya'juj dan Ma'juj [15], seperti ini,&quot; dan beliau s.a.w. mengolongkan kedua jarinya sebagai bulatan, yakni ibu jari dan jari sebelahnya -jari telunjuk. Saya -Zainab- lalu berkata: &quot;Ya Rasulullah, apakah kita akan binasa, sedangkan di kalangan kita masih ada orang-orang yang shalih?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Ya jikalau keburukan itu telah banyak.&quot; (Muttafaq 'alaih)Keterangan: Hadis ini menunjukkan bahwa manakala di dalam suatu tempat atau negeri sudah terlampau banyak keburukan, kemungkaran, kefasikan dan kecurangan, maka kebinasaan dan kerusakan akan merata di daerah itu dan tidak hanya mengenai orang jahat-jahat saja, tetapi orang-orang shalih tidak akan dapat menghindarkan diri dari azab Allah itu, sekalipun jumlah mereka itu cukup banyak. Oleh sebab itu segala macam kemaksiatan dan kemungkaran hendaklah segera dibasmi dan segala keburukan segera dimusnahkan, agar jangan sampai terjadi malapetaka sebagaimana yang diuraikan di atas.191. Ketujuh: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Hindarilah olehmu semua duduk-duduk di jalan-jalan.&quot; Para sahabat berkata: &quot;Ya Rasulullah, kita tidak dapat meninggalkan duduk-duduk kita, sebab kita semua bercakap-cakap di situ.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Jikalau engkau semua enggan, melainkan tetap ingin duduk-duduk di situ, maka berikanlah jalan itu haknya.&quot; Mereka bertanya: &quot;Apakah haknya jalan itu, ya Rasulullah?&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Yaitu memejamkan mata, menahan diri membuat sesuatu yang berbahaya, menjawab salam, memerintah dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran.&quot; (Muttafaq 'alaih)192. Kedelapan: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. melihat seutas cincin -emas- pada jari seorang, kemudian beliau melepaskannya lalu meletakkannya dan bersabda: &quot;Seorang dari engkau semua sengaja menuju kepada bara api dari neraka, maka ia menjadikannya dalam tangannya.&quot; Kemudian setelah Rasulullah s.a.w. pergi, kepada orang yang memiliki cincin itu dikatakan: &quot;Ambillah cincinmu. Manfaatkanlah ia -untuk dijual dan keperluan lain.&quot; Orang itu menjawab: &quot;Tidak, demi Allah, saya tidak akan mengambil cincin ini selama-lamanya. Bukankah ia telah diletakkan oleh Rasulullah s.a.w.&quot; (Riwayat Muslim)193. Kesembilan: Dari Abu Said al-Hasan al-Bishri bahwasanya 'Aidz bin 'Amr r.a masuk ke tempat 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: &quot;Hai anakku, saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya seburuk-buruk penggembala ialah orang yang tidak belas kasihan -pada gembalanya,&quot; maka janganlah engkau termasuk golongan penggembala yang semacam itu.&quot; 'Ubaidullah bin Ziad lalu berkata: &quot;Duduklah, karena sesungguhnya engkau itu adalah termasuk antah dari golongan sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. -maksudnya bukan termasuk sahabat pilihan atau yang utama, 'Aidz bin 'Amr menjawab: &quot;Apakah di kalangan sahabat-sahabat ada yang termasuk golongan antah? Yang termasuk antah ialah orang-orang yang datang sesudah sahabat-sahabat beliau s.a.w. itu atau yang memang bukan sahabat.&quot; (Riwayat Muslim)Keterangan:Huthamah, artinya manusia yang bersikap keras kepala gembalanya, baik cara menggiringnya ke ladang yakni tempat penggembalaan, dalam cara memberikan makanan dan minuman dan lain-lain lagi, sehingga yang digembalakan itu terdesak-desak antara yang satu dengan yang lain. Juga sering kali ia memukulnya sehingga menyakitkan sekali. Hadis di atas bukan hanya khusus untuk penggembala ternak saja, tetapi juga penggembala rakyat, yakni para penguasa yang memimpin negara, para majikan terhadap kaum buruhnya, komandan terhadap pasukannya, guru terhadap muridnya dan lain-lain sebagainya.&nbsp; Semua itu diperintahkan oleh agama Islam agar bersikap sebagai kedua orang tua yang amat kasih sayang kepada anaknya.194. Kesepuluh: Dari Hudzaifah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya engkau semua memerintahkan dengan kebaikan dan melarang dari kemungkaran atau kalau tidak, maka hampir-hampir saja Allah akan menurunkan siksa kepadamu semua, kemudian engkau semua berdoa kepadaNya, tetapi tidak akan dikabulkan untukmu semua doa itu.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.195. Kesebelas: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Seutama-utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan seorang sultan -pemegang kekuasaan negara yang menyeleweng.&quot;&nbsp; Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.Keterangan:Sebabnya berkata adil dan hak (benar) kepada sultan (penguasa negara) yang curang itu dianggap jihad atau perjuangan yang paling utama, karena memang jarang sekali yang berani melaksanakan, sebab takut balas dendamnya. Yang dimaksudkan kalimat adil dan hak itu seperti menasihati jikalau sultan atau penguasa itu bertindak sewenang-wenang, menyeleweng dari tuntunan yang benar atau ia sendiri berbuat kemaksiatan dan kemungkaran. Juga termasuk di dalamnya apabila orang bawahan sultan atau penguasa tadi memberikan laporan, artinya apa yang dilaporkan itu wajiblah menurut kenyataan. Rakyat miskin jangan dilaporkan makmur, umat mengeluh jangan dilaporkan gembira, hasil tanaman rusak jangan dilaporkan memuaskan dan sebagainya. Jikalau semua itu dilaksanakan baik-baik, maka berartilah bahwa orang yang suka melakukannya tersebut telah menunaikan jihad atau perjuangan yang seutama-utamanya.196. Keduabelas: Dari Abu Abdillah, yaitu Thariq bin Syihab al-Bajali al-Ahmasi r.a. bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi s.a.w. dan ia telah meletakkan kakinya pada sanggur ditempat berpijak pada kendaraan unta atau lain-lain yang terbuat dari kulit atau kayu, katanya: &quot;Manakah jihad itu yang lebih utama?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Yaitu mengucapkan kata-kata yang hak di hadapan sultan yang menyeleweng.&quot; Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan isnad shahih.197. Ketigabelas: Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya pertama kali cela yang mengenai kaum Bani Israil ialah bahwasanya ada seorang lelaki yang bertemu dengari lelaki lainnya, kemudian orang tadi berkata kepada kawannya: &quot;Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah apa yang engkau kerjakan, sebab hal itu tidak halal untukmu.&quot; Kemudian orang itu menemui kawannya pada esok harinya, sedang kawannya itu masih mengerjakan sebagaimana keadaannya kemarin, tetapi perbuatannya yang sedemikian itu tidak menyebabkan ia enggan untuk tetap menjadi kawannya makan, minum dan duduk bersama. Ketika kaum Bani Israil sudah sama melakukan yang seperti tadi, Allah lalu memukulkan -membencikan- hati setengah mereka kepada setengahnya, kemudian beliau mengucapkan ayat -yang artinya: &quot;Orang-orang kafir dari kaum Bani Israil itu dilaknat atas lisannya Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan (78). Mereka tidak saling larang melarang pada kemungkaran yang mereka kerjakan, alangkah buruknya apa yang mereka lakukan itu (79). Engkau melihat kebanyakan mereka itu mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin, sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kirimkan lebih dulu untuk diri mereka [16], sehingga firmanNya: &quot;Kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.&quot; (al-Maidah: 78-81) Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: &quot;Jangan demikian, demi Allah, sesungguhnya engkau semua itu wajib memerintahkan kebaikan, melarang dari kemungkaran, mengambil tangan orang yang zalim -yakni menghentikan kezalimannya- serta mengembalikannya atas kebenaran yang sesungguhnya, juga membasmi tindakannya kepada yang hak saja dengan pembatasan yang sesungguh-sungguhnya. Atau jikalau semua itu tidak dilakukan, maka sesungguhnya Allah akan memukulkan -membencikan- hati setengahmu terhadap setengahnya kemudian melaknati -mengutuk- engkau semua sebagaimana Dia mengutuk mereka -Bani Israil.&quot; Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. Ini adalah menurut lafaznya Imam 'Abu Dawud. Adapun lafaznya Imam Tirmidzi ialah: Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Ketika kaum Bani Israil sudah terjerumus dalam berbagai kemaksiatan, lalu alim ulama mereka itupun melarang mereka, tetapi mereka tidak menghentikan perbuatan mereka itu. Kemudian alim ulama tadi mengawani mereka dalam duduk, makan dan minumnya -sebagai menyetujui kemungkaran yang dilakukan itu. Karena itu Allah lalu memukulkan -membencikan- hati setengah mereka terhadap setengahnya serta melaknat mereka atas lidahnya Nabi Dawud dan Isa anak Maryam. Yang sedemikian itu adalah karena mereka telah melanggar aturan.&quot; Kemudian Rasulullah s.a.w. duduk dan sebelum itu beliau s.a.w. bersandar, lalu meneruskan sabdanya: &quot;Jangan demikian. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya. Laknat itu pasti datang, sehingga engkau semua mengembalikan orang-orang yang berbuat kemungkaran itu kepada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.&quot; [Baca Status Hadis Disini]198. Keempatbelas: Dari Abu Bakar as-Shiddiq r.a. katanya: &quot;Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua tentu membaca ayat ini -yang artinya: &quot;Hai sekalian orang-orang yang beriman, jagalah dirimu sendiri, tidaklah akan membikin bahaya kepadamu semua orang yang sesat itu, jikalau engkau telah memperoleh petunjuk.&quot; (al-Maidah: 105), tetapi sesungguhnya saya juga mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya para manusia itu apabila melihat orang yang zalim, lalu tidak mengambil atas kedua tangannya -tidak menghentikan perbuatannya [17], maka hampir saja Allah akan meratakan terhadap seluruh manusia tadi dengan menurunkan siksaNya.&quot; Diriwayatkan oleh Imam-Imam Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa'i dengan isnad-isnad yang shahih.Catatan Kaki:&nbsp; [15]Ya'juj dan Ma'juj adalah dua bangsa yang dahulu banyak membuat kerusakan di atas bumi, lalu batas daerah kediaman mereka itu ditutup dengan cor-coran besi bercampur tembaga, sehingga mereka tidak dapat keluar dari situ, sebab tembok besi bercampur tembaga tadi amat tebal dan licinnya, pula sangat tinggi. Nanti apabila sudah dekat sekali tibanya hari kiamat kedua bangsa itu akan dapat keluar, sebab temboknya pecah-pecah dan hancur. Keluarnya kedua bangsa itu merupakan alamat besar bahwa hari kiamat sudah dekat sekali tibanya.&nbsp;[16] Sampai kata-kata &quot;diri mereka&quot; itu belum selesai ayat 80 dari surah al-Maidah. Lanjutan ialah: Allah memurkai mereka dan mereka pasti kekal dalam siksaan (80). Jikalau mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan apa-apa yang diwahyukan padanya, tentulah mereka tidak mengambil orang-orang kafir itu menjadi pemimpin. Tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (kurang sempurna akalnya)&quot; (81).&nbsp; [17] Yakni mencegahnya dari penganiayaan yang dilakukan baik dengan tangan atau kekuasaan, dengan lisan atau nasihat atau pun dengan mengingkari dalam hati, maka dengan cepat atau lambat, Allah akan menurunkan siksanya. Siksa itu akan dijatuhkan kepada orang yang zalim, sebab kezalimannya, juga kepada orang-orang lain yang tidak ikut melakukan kezaliman, sebab mereka berdiam saja, padahal dapat mencegah atau kuasa menghentikan perilaku si zalim tadi, tetapi berhubung pertimbangan ini atau itu, ia enggan melarangnya, misalnya karena takut hilang kedudukannya, merasa canggung dan tidak enak karena dia teman kita, dan sebab-sebab lainnya.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 23)
No Hadist 24

24 - باب تغليظ عقوبة من أمر بمعروف أَوْ نهى عن منكر وخالف قوله فعله قَالَ الله تَعَالَى: {أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ} [البقرة: 44]، وَقالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ} [الصف: 2 - 3]، وَقالَ تَعَالَى إخبارًا عن شعيب - صلى الله عليه وسلم: {وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ} [هود:88].<br>198 - وعن أَبي زيد أسامة بن حارثة رضي الله عنهما، قَالَ: سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «يُؤْتَى بالرَّجُلِ يَوْمَ القيَامَةِ فَيُلْقَى في النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أقْتَابُ بَطْنِهِ فَيدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الحِمَارُ في الرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْه أهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلانُ، مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُ تَأمُرُ بالمعْرُوفِ وَتنهَى عَنِ المُنْكَرِ؟ فَيقُولُ: بَلَى، كُنْتُ آمُرُ بِالمَعْرُوفِ وَلا آتِيهِ، وأنْهَى عَنِ المُنْكَرِ وَآتِيهِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. قوله: «تَنْدلِقُ» هُوَ بالدالِ المهملةِ، ومعناه تَخرُجُ. وَ «الأَقْتَابُ»: الأمعاءُ، واحدها قِتْبٌ.

Bab 24.Memperkeraskan Siksaan Orang Yang Memerintahkan Kebaikan Atau Melarang Dari Kemungkaran, Tetapi Ucapannya Tidak Tepat Dengan KelakuannyaAllah Ta'ala berfirman: "Adakah engkau semua memerintahkan kepada kebaikan, sedangkan engkau semua melalaikan dirimu sendiri, padahal engkau semua juga membaca Alkitab, apakah engkau semua tidak menggunakan akal?" (al-Baqarah: 44)Allah Ta'ala berfirman pula: "Hai sekalian orang-orang yang beriman, mengapa engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua lakukan? Besar sekali dosanya di sisi Allah, jikalau engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua lakukan." (as-Shaf: 2-3)Allah Ta'ala berfirman lagi dalam memberitahukan perihal Syu'aib s.a.w. yaitu: "Dan saya tidak hendak menyalahi engkau semua dalam hal yang engkau semua dilarang mengerjakannya." (Hud: 88)199. Dari Abu Zaid yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya -usus-ususnya-, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya: "Mengapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?" Orang tersebut menjawab: "Benar, saya dahulu memerintahkan kepada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya." (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 24)
No Hadist 25

25 - باب الأمر بأداء الأمانة قَالَ الله تَعَالَى: {إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا} [النساء: 58]، وَقالَ تَعَالَى: {إِنَّا عَرَضْنَا الأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا} [الأحزاب: 72].<br>199 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «آيةُ المُنافقِ ثلاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعدَ أخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية : «وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أنَّهُ مُسْلِمٌ». 200 - وعن حذيفة بن اليمان - رضي الله عنه - قَالَ: حدثنا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - حدِيثَينِ قَدْ رأيْتُ أحَدَهُمَا وأنا أنتظرُ الآخر: حدثنا أن الأمانة نَزلت في جَذرِ قلوبِ الرجال، ثُمَّ نزل القرآن فعلموا مِنَ القرآن، وعلِموا من السنةِ، ثُمَّ حدّثنا عن رفع الأمانة، فَقَالَ: «يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبهِ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ الوَكْتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّومَةَ فَتُقْبَضُ الأَمَانَةُ مِنْ قَلْبهِ، فَيَظَلُّ أثَرُهَا مِثلَ أَثَرِ المَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَفِطَ، فَتَرَاهُ مُنْتَبرًا وَلَيسَ فِيهِ شَيءٌ». ثُمَّ أخَذَ حَصَاةً فَدَحْرَجَهُ عَلَى رِجْلِهِ «فَيُصْبحُ النَّاسُ يَتَبَايعُونَ، فَلا يَكَادُ أحدٌ يُؤَدّي الأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ: إنَّ في بَني فُلان رَجُلًا أمينًا، حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ: مَا أجْلَدَهُ! مَا أَظْرَفَهُ! مَا أعْقَلَهُ! وَمَا في قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّة مِن خَرْدَل مِنْ إيمَان». وَلَقدْ أتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا أُبَالِي أيُّكُمْ بَايَعْتُ: لَئن كَانَ مُسْلِمًا لَيَرُدَّنَّهُ عليَّ دِينهُ، وَإنْ كَانَ نَصْرانِيًّا أَوْ يَهُودِيًا لَيَرُدَّنَّهُ عَلَيَّ سَاعِيهِ، وَأَمَّا اليَوْمَ فَمَا كُنْتُ أُبَايعُ مِنْكُمْ إلاَّ فُلانًا وَفُلانًا ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. قوله: «جَذْرُ» بفتح الجيم وإسكان الذال المعجمة: وَهُوَ أصل الشيء وَ «الوكت» بالتاء المثناة من فوق: الأثر اليسير. وَ «المَجْلُ» بفتح الميم وإسكان الجيم: وَهُوَ تَنَفُّطٌ في اليدِ ونحوها من أثرِ عمل وغيرِهِ. قوله: «مُنْتَبرًا»: مرتفِعًا. قوله: «ساعِيهِ»: الوالي عَلَيهِ. 201 - وعن حُذَيفَة وأبي هريرة رضي الله عنهما، قالا: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «يَجمَعُ اللهُ تبَارَكَ وَتَعَالَى النَّاسَ فَيَقُومُ المُؤمِنُونَ حَتَّى تُزْلَفَ لَهُمُ الجَنَّةُ، فَيَأتُونَ آدَمَ صَلَواتُ اللهِ عَلَيهِ، فَيقُولُونَ: يَا أَبَانَا اسْتَفْتِحْ لَنَا الجَنَّةَ، فَيقُولُ: وَهَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنَ الجَنَّةِ إلاَّ خَطيئَةُ أبيكُمْ! لَسْتُ بِصَاحِبِ ذلِكَ، اذْهَبُوا إِلَى ابْنِي إِبْراهيمَ خَلِيل اللهِ. قَالَ: فَيَأتُونَ إبرَاهِيمَ فَيَقُولُ إبراهيم: لَسْتُ بِصَاحِبِ ذلِكَ إِنَّمَا كُنْتُ خَليلًا مِنْ وَرَاءَ وَرَاءَ، اعْمَدُوا إِلَى مُوسَى الَّذِي كَلَّمَهُ الله تَكليمًا. فَيَأتُونَ مُوسَى، فَيَقُولُ: لستُ بِصَاحِبِ ذلِكَ، اذْهَبُوا إِلَى عِيسى كلمةِ اللهِ ورُوحه، فيقول عيسى: لستُ بصَاحبِ ذلِكَ، فَيَأتُونَ مُحَمَّدًا - صلى الله عليه وسلم - فَيَقُومُ فَيُؤذَنُ لَهُ، وتُرْسَلُ الأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ فَيَقُومانِ جَنْبَتَي الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أوَّلُكُمْ كَالبَرْقِ» قُلْتُ: بأبي وَأمِّي، أيُّ شَيءٍ كَمَرِّ البَرقِ؟ قَالَ: «ألَمْ تَرَوا كَيْفَ يمُرُّ وَيَرْجِعُ في طَرْفَةِ عَيْن، ثُمَّ كَمَرّ الرِّيحِ، ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ، وَشَدِّ الرِّجَال تَجْري بهمْ أعْمَالُهُمْ، وَنَبيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّراطِ، يَقُولُ: رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ، حَتَّى تَعْجِزَ أعْمَالُ العِبَادِ، حَتَّى يَجِيء الرَّجُلُ لا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إلاَّ زَحْفًا، وَفي حَافَتي الصِّراطِ كَلاَلِيبُ معَلَّقَةٌ مَأمُورَةٌ بِأخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ، فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ، وَمُكَرْدَسٌ في النَّارِ» وَالَّذِي نَفْسُ أَبي هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ، إنَّ قَعْرَ جَهَنَّمَ لَسَبْعُونَ خَرِيفًا . رواه مسلم. قوله: «وراء وراء» هُوَ بالفتح فيهما. وقيل: بالضم بلا تنوين ومعناه: لست بتلك الدرجة الرفيعة، وهي كلمة تذكر عَلَى سبيل التواضع. وقد بسطت معناها في شرح صحيح مسلم ، والله أعلم. 202 - وعن أَبي خُبيب - بضم الخاء المعجمة - عبد الله بن الزبير رضي الله عنهما، قَالَ: لَمَّا وَقفَ الزُّبَيْرُ يَوْمَ الجَمَل دَعَانِي فَقُمْتُ إِلَى جَنْبه، فَقَالَ: يَا بُنَيَّ، إنَّهُ لاَ يُقْتَلُ اليَومَ إلاَّ ظَالِمٌ أَوْ مَظْلُومٌ، وَإنِّي لاَ أراني إلاَّ سَأُقْتَلُ اليومَ مظلومًا، وإنَّ مِنْ أكبرَ هَمِّي لَدَيْنِي، أفَتَرَى دَيْننا يُبقي من مالِنا شَيئًا؟ ثُمَّ قَالَ: يَا بُنَيَّ، بِعْ مَا لَنَا وَاقْضِ دَيْنِي، وَأَوْصَى بِالثُّلُثِ وَثُلُثِهِ لِبَنِيهِ، يعني لبني عبد الله بن الزبير ثُلُثُ الثُّلُث. قَالَ: فَإنْ فَضَلَ مِنْ مَالِنَا بَعْدَ قَضَاءِ الدَّينِ شَيء فَثُلُثُه لِبَنِيكَ. قَالَ هِشَام: وَكَانَ بَعْضُ وَلَدِ عَبْدِ اللهِ قَدْ وَازى بَعْضَ بَنِي الزُّبَيْرِ خُبيبٍ وَعَبَّادٍ، وَلهُ يَوْمَئذٍ تِسْعَةُ بَنينَ وَتِسْعُ بَنَات. قَالَ عَبدُ الله: فَجَعلَ يُوصينِي بدَيْنِهِ وَيَقُولُ: يَا بُنَيَّ، إنْ عَجَزْتَ عَن شَيْءٍ مِنْهُ فَاسْتَعِنْ عَلَيهِ بِمَوْلاَيَ. قَالَ: فَوَاللهِ مَا دَرَيْتُ مَا أرَادَ حَتَّى قُلْتُ: يَا أبَتِ مَنْ مَوْلاَكَ؟ قَالَ: الله. قَالَ: فَوَاللهِ مَا وَقَعْتُ في كُرْبةٍ مِنْ دَيْنِهِ إلاَّ قُلْتُ: يَا مَوْلَى الزُّبَيْرِ اقْضِ عَنْهُ دَيْنَهُ فَيَقْضِيَهُ. قَالَ: فَقُتِلَ الزُّبَيْرُ وَلَم يَدَعْ دِينَارًا وَلاَ دِرْهمًا إلاَّ أرَضِينَ، مِنْهَا الغَابَةُ وإحْدَى عَشْرَةَ دَارًا بالمَدِينَةِ، وَدَارَيْنِ بالبَصْرَةِ، ودَارًا بالكُوفَةِ، ودَارًا بمِصْرَ. قَالَ: وَإِنَّمَا كَانَ دَيْنُهُ الَّذِي كَانَ عَلَيهِ أنَّ الرَّجُلَ كَانَ يَأتِيهِ بالمال، فَيَسْتَودِعُهُ إيَّاهُ، فَيَقُولُ الزُّبَيْرُ: لا، وَلَكِنْ هُوَ سَلَفٌ إنِّي أخْشَى عَلَيهِ الضَّيْعَةَ . وَمَا وَليَ إمَارَةً قَطُّ وَلا جِبَايَةً ولا خراجًا وَلاَ شَيئًا إلاَّ أَنْ يَكُونَ في غَزْوٍ مَعَ رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - أَوْ مَعَ أَبي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ - رضي الله عنهم - قَالَ عَبدُ الله: فَحَسَبْتُ مَا كَانَ عَلَيهِ مِن الدَّيْنِ فَوَجَدْتُهُ ألْفيْ ألْفٍ وَمئَتَي ألْف! فَلَقِيَ حَكِيمُ بنُ حِزَام عَبْدَ الله بْنَ الزُّبَيْرِ، فَقَالَ: يَا ابْنَ أخِي، كَمْ عَلَى أخي مِنَ الدَّيْنِ؟ فَكَتَمْتُهُ وَقُلْتُ: مِائَةُ ألْف. فَقَالَ حَكيمٌ: واللهِ مَا أرَى أمْوَالَكُمْ تَسَعُ هذِهِ. فَقَالَ عَبْدُ اللهِ: أرَأيْتُكَ إنْ كَانَتْ ألْفَي ألف وَمئَتَيْ ألْف؟ قَالَ: مَا أرَاكُمْ تُطيقُونَ هَذَا، فَإنْ عَجَزْتُمْ عَنْ شَيءٍ مِنْهُ فَاسْتَعِينُوا بي، قَالَ: وَكَانَ الزُّبَيرُ قَد اشْتَرَى الغَابَةَ بِسَبْعِينَ ومئة ألف، فَبَاعَهَا عَبدُ اللهِ بِألْفِ ألْف وَسِتّمِئَةِ ألْف، ثُمَّ قَامَ فَقَالَ: مَنْ كَانَ لَهُ عَلَى الزُّبَيرِ شَيْء فَلْيُوافِنَا بِالغَابَةِ، فَأتَاهُ عَبدُ اللهِ بنُ جَعفَر، وَكَانَ لَهُ عَلَى الزُّبَيرِ أرْبَعمئةِ ألْف، فَقَالَ لعَبدِ الله: إنْ شِئْتُمْ تَرَكْتُهَا لَكمْ؟ قَالَ عَبدُ الله: لا، قَالَ: فَإنْ شِئتُمْ جَعَلْتُمُوهَا فِيمَا تُؤَخِّرُونَ إنْ إخَّرْتُمْ، فَقَالَ عَبدُ الله: لا، قَالَ: فَاقْطَعُوا لِي قطْعَةً، قَالَ عَبدُ الله: لَكَ مِنْ هاهُنَا إِلَى هَاهُنَا. فَبَاعَ عَبدُ اللهِ مِنهَا فَقَضَى عَنْهُ دَينَه وَأوْفَاهُ، وَبَقِيَ مِنْهَا أرْبَعَةُ أسْهُم وَنِصْفٌ، فَقَدِمَ عَلَى مُعَاوِيَة وَعنْدَهُ عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، وَالمُنْذِرُ بْنُ الزُّبَيْرِ، وَابْنُ زَمْعَةَ، فَقَالَ لَهُ مُعَاويَةُ: كَمْ قُوِّمَتِ الغَابَةُ؟ قَالَ: كُلُّ سَهْم بمئَة ألف، قَالَ: كَمْ بَقِيَ مِنْهَا؟ قَالَ: أرْبَعَةُ أسْهُم وَنصْفٌ، فَقَالَ المُنْذِرُ بْنُ الزُّبَيرِ: قَدْ أخَذْتُ مِنْهَا سَهمًا بِمئَةِ ألف، قَالَ عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ: قَدْ أخَذْتُ مِنْهَا سَهْمًا بمئَةِ ألْف. وَقالَ ابْنُ زَمْعَةَ: قَدْ أخَذْتُ سَهْمًا بِمئَةِ ألْف، فَقَالَ مُعَاويَةُ: كَمْ بَقِيَ مِنْهَا؟ قَالَ: سَهْمٌ ونصْفُ سَهْم، قَالَ: قَدْ أخَذْتُهُ بخَمْسِينَ وَمئَةِ ألْف. قَالَ: وَبَاعَ عَبدُ الله بْنُ جَعفَر نَصيبهُ مِنْ مَعَاوِيَةَ بستِّمِئَةِ ألْف، فَلَمَّا فَرَغَ ابْنُ الزُّبَيرِ مِنْ قَضَاءِ دَيْنِهِ، قَالَ بَنُو الزُّبَيرِ: اقسمْ بَينَنَا ميراثَنا، قَالَ: وَاللهِ لا أقْسِمُ بَيْنَكُمْ حَتَّى أنَادِي بالمَوْسم أرْبَعَ سنينَ: ألا مَنْ كَانَ لَهُ عَلَى الزُّبَيرِ دَيْنٌ فَلْيَأتِنَا فَلْنَقْضِهِ. فَجَعَلَ كُلّ سَنَةٍ يُنَادِي في المَوْسِمِ، فَلَمَّا مَضَى أرْبَعُ سنينَ قَسَمَ بيْنَهُمْ وَدَفَعَ الثُّلُثَ. وَكَانَ للزُّبَيْرِ أرْبَعُ نِسْوَةٍ، فَأصَابَ كُلَّ امرَأةٍ ألْفُ ألف وَمِئَتَا ألْف، فَجَميعُ مَالِه خَمْسُونَ ألف ألْف وَمِئَتَا ألْف. رواه البخاري.

&nbsp; Bab 25. Perintah Menunaikan Amanat &nbsp; Allah Ta'ala berfirman: &quot;Sesungguhnya Allah itu memerintahkan kepada engkau semua supaya engkau semua menunaikan -memberikan- amanat kepada ahlinya -pemiliknya.&quot; (an-Nisa': 58) &nbsp; Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Sesungguhnya Kami [18] telah memberikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka enggan memikulnya dan merasa takut terhadap itu, sedang manusia suka memikulnya, sesungguhnya manusia itu amat menganiaya serta bodoh sekalian.” (al-Ahzab: 72) &nbsp; 200. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tanda orang munafik itu tiga macam yaitu jikalau berkata dusta, jikalau berjanji menyalahi -tidak menepati- dan jikalau diamanati -dipercaya untuk memegang sesuatu amanat- lalu berkhianat.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan -dengan tambahan: &quot;Sekalipun ia berpuasa, bershalat dan menyangka bahwa ia seorang muslim.&quot; &nbsp; 201. Dari Hudzaifah bin al-Yaman r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w., memberitahukan kepada kita dua hadis, yang sebuah sudah saya ketahui sedang yang lainnya saya menanti-nantikan. Beliau s.a.w. memberitahukan kepada kita bahwasanya amanat itu turun dalam dasar asli dari hati orang-orang, kemudian turunlah al-Quran. Orang-orang itu lalu mengetahuinya dari al-Quran dan mengetahuinya pula dari as-Sunnah. Selanjutnya beliau s.a.w. memberitahukan kepada kita tentang lenyapnya amanat itu, beliau s.a.w. bersabda: “seorang itu tidur setiduran, lalu diambillah amanat itu dari hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya itu bagaikan bekas yang ringan. Selanjutnya ia tidur seketiduran lagi, lalu diambillah amanat itu dari hatinya, kemudian tertinggallah bekasnya bagaikan lepuhnya tangan -sehabis mengerjakan sesuatu. Jadi seperti suatu bara api yang engkau gelindingkan pada kakimu, kemudian melepuhlah, engkau lihat ia meninggi, tetapi tidak ada apa-apanya.&quot; Di kala menceritakan ini beliau s.a.w. mengambil sebuah kerikil lalu digelindingkan ke arah kakinya. &quot;Kemudian berpagi-pagi orang-orang sama berjual beli, maka hampir saja tiada seorangpun yang suka menunaikan amanat, sampai-sampai dikatakan: &quot;Bahwasanya di kalangan Bani Fulan itu ada seorang yang amat baik memegang amanat -terpercaya, sehingga kepada orang tersebut dikatakan: &quot;Alangkah giatnya ia bekerja, alangkah indah pekerjaannya, alangkah pula cerdiknya. Padahal dalam hatinya sudah tidak ada lagi keimanan sekalipun hanya seberat timbangan biji sawi. &quot;Sesungguhnya akan datang padaku suatu zaman, sayapun tidak memperdulikan, manakah diantara engkau semua yang saya beri bai'at. Jikalau ia seorang muslim, hendaklah kembali saja agamanya itu kepadaku -supaya tidak berkhianat- dan jikalau ia seorang&nbsp;Nasrani atau Yahudi, baiklah walinya saja yang kembali padaku -supaya amanat itu dipikulnya dan lenyaplah tanggungan beliau s.a.w. daripadanya. Adapun pada hari ini, maka saya tidak pernah membai'at seorang diantara engkau semua, melainkan si Fulan dan si Fulan itu saja.&quot; (Muttafaq 'alaih) &nbsp; 202. Dari Hudzaifah dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Allah Tabarakawa Ta'ala mengumpulkan seluruh manusia lalu berdirilah kaum mu'minin sehingga didekatkanlah syurga untuk mereka. Mereka mendatangi Adam shalawatullah 'alaih, lalu berkata: &quot;Hai bapak kita, mohonkanlah untuk kita supaya syurga itu dibuka.&quot; Adam menjawab: &quot;Bukankah yang menyebabkan keluarnya engkau semua dari syurga itu, tiada lain kecuali kesalahan bapakmu semua ini. Bukan aku yang dapat berbuat sedemikian itu. Pergilah ke tempat anakku Ibrahim, kekasih Allah.&quot; Beliau s.a.w. meneruskan: &quot;Selanjutnya Ibrahim berkata: &quot;Bukannya aku yang dapat berbuat sedemikian itu, sesungguhnya aku ini sebagai kekasih dari belakang itu, dari belakang itu -maksudnya untuk sampai ke tingkat yang setinggi itu tidak dapat aku melakukannya [19]. Pergilah menuju Musa yang Allah telah berfirman kepadanya secara langsung.&quot; Mereka mendatangi Musa, lalu Musa berkata: &quot;Bukannya aku yang dapat berbuat sedemikian itu. Pergilah ke tempat Isa, sebagai kalimatullah -disebut demikian karena diwujudkan dengan firman Allah: Kunduna abin artinya &quot;Jadilah tanpa ayah -dan juga sebagai ruhullah- maksudnya mempunyai ruh dari Allah dan dengannya dapat menghidupkan orang mati atau hati yang mati.&quot; Seterusnya setelah didatangi Isa berkata: &quot;Bukan aku yang dapat berbuat sedemikian itu.&quot; Kemudian mereka mendatangi Muhammad s.a.w., lalu Muhammad berdiri -di bawah 'Arasy- dan untuknya diizinkan memohonkan sesuatu. Pada saat itu amanat dan kekeluargaan dikirimkan, keduanya berdiri di kedua tepi Ash-Shirath -jembatan, yaitu sebelah kanan dan kiri. Maka orang yang pertama-tama dari engkau semua itu melaluinya sebagai cepatnya kilat.&quot; Saya -yang merawikan hadis- bertanya: &quot;Bi abi wa ummi -Demi ayah dan ibuku-, bagaimanakah benda yang berlalu secepat kilat?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Tidakkah engkau semua mengetahui, bagaimana ia berlalu dan kemudian kembali dalam sekejap mata. Kemudian yang berikutnya dapat melalui Ash-Shirath sebagai jalannya angin, kemudian sebagai terbangnya burung, lalu sebagai seorang yang berlari kencang. Bersama mereka itu berjalan pulalah amalan-amalan mereka sedang Nabimu ini -Muhammad s.a.w.- berdiri di atas Ash-Shirath tadi sambil mengucapkan: &quot;Ya Tuhanku, selamatkanlah, selamatkanlah.&quot; Demikian itu hingga hamba-hamba yang lemah amalan-amalannya, sampai-sampai ada seorang lelaki yang datang dan tidak dapat berjalan melainkan dengan merangkak -sebab ketiadaan kekuatan amalnya untuk membuat ia dapat berjalan baik.&quot; Pada kedua tepi Ash-shirath itu ada beberapa kait yang digantungkan dan diperintah untuk menyambar orang yang diperintah untuk disambarnya. Maka dari itu ada orang yang tergaruk tubuhnya, tetapi lepas lagi -selamat- dan ada yang terpelanting ke dalam neraka -yang sebagian menindihi sebagian orang yang lain. Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya dasar bawah neraka Jahanam sejauh tujuh puluh tahun perjalanan.&quot; (Riwayat Muslim) Ucapannya Waraa-a, Waraa-a, itu dibaca dengan fathahnya kedua hamzah dan ada yang mengatakan bahwa kedua hamzahnya didhammahkan tanpa ditanwinkan. Adapun maknanya ialah: &quot;Bukannya aku yang dapat menempati derajat yang setinggi itu.&quot; Ini adalah kata-kata yang disebutkan untuk menyatakan tawadhu' yakni merendahkan diri. Hal ini telah saya (Imam an-Nawawi) kupas maknanya dalam syarah kitab Shahih Muslim. Wallaahu a'lam. &nbsp; 203. Dari Abu Khubaib, dengan dhammahnya kha' mu'jamah, yaitu Abdullah bin Zubair radhtallahu 'anhuma, katanya: &quot;Ketika Zubair berdiri -menghadapi musuh- di waktu hari perang Jamal -antara sesama kaum Muslimin yakni pasukan Ali r.a. dan Aisyah radhiallahu 'anha yang saat itu mengendarai unta, maka disebut perang Jamal- Zubair memanggil saya lalu sayapun berdiri didekatnya. Ia berkata: &quot;Hai anakku, sesungguhnya pada hari ini tidak ada seorangpun yang terbunuh, melainkan ia adalah seorang yang menganiaya atau seorang yang dianiaya -dan bahwasanya aku merasakan bahwa aku akan dibunuh pada hari ini sebagai seorang yang dianiaya- karena membela yang benar dan ia ada di barisan Ali r.a. [20]. Sesungguhnya salah satu daripada kedukaanku yang terbesar adalah hutangku. Adakah engkau menyangka bahwa hutangku itu akan masih dapat meninggalkan sesuatu harta kita? -maksudnya karena amat banyak sekali, maka apakah kiranya masih ada yang tertinggal jikalau semua itu digunakan untuk melunasinya,&quot; Zubair melanjutkan ucapannya: &quot;Hai anakku, jual sajalah harta kita itu dan lunasilah seluruh hutangku.&quot; Zubair mewasiatkan dengan sepertiga, dan sepertiga dari sepertiga diperuntukkan anak-anak Abdullah -yakni bahwa yang diwasiatkan untuk anak-anaknya Abdullah bin Zubair ialah sepertiganya dari sepertiga (sepersembilan). Zubair berkata: &quot;Jikalau ada kelebihan dari harta kita -setelah digunakan melunasi hutangnya, maka yang sepertiganya sepertiga adalah untuk anak-anakmu.&quot; Hisyam berkata: &quot;Anak Abdullah itu ada yang menentang -tidak sesuai dalam sesuatu hal- kepada anak-anaknya Zubair, yakni Khubaib dan 'Abad, sedang Zubair pada hari itu mempunyai sembilan orang anak lelaki dan sembilan orang anak perempuan.&quot; Abdullah bin Zubair berkata: &quot;Maka mulailah Zubair mewasiatkan kepadaku perihal hutangnya dan ia berkata: &quot;Hai anakku, jikalau engkau merasa lemah untuk melaksanakan sesuatu daripada melunasi hutang itu -artinya tidak ada lagi harta untuk mencukupinya maka mintalah pertolongan kepada yang menguasai diriku?&quot;&nbsp; Abdullah berkata: &quot;Demi Allah, saya tidak mengerti sama sekali apa yang dimaksudkan olehnya -dengan kata-kata yang menguasainya itu-, maka saya berkata: &quot;Hai ayahku, siapakah yang menguasai ayah ini?&quot; Ia berkata: &quot;Yaitu Allah.&quot; Abdullah berkata: &quot;Maka demi Allah, tiada satu waktupun saya merasa jatuh dalam kedukaan karena memikirkan hutang ayah itu, melainkan saya tentu berkata: &quot;Wahai yang menguasai Zubair, tunaikanlah hutang Zubair ini!&quot; Maka Tuhan menunaikannya. Abdullah berkata: &quot;Selanjutnya Zubair terbunuh -dalam peperangan- dan ia tidak meninggalkan sedinar atau sedirhampun melainkan ada beberapa bidang tanah, diantaranya ialah Ghabah -sebidang tanah yang terkenal namanya di dekat Madinah, yakni di sebelah utaranya, sebelas buah rumah di Madinah, dua buah rumah di Bashrah dan sebuah rumah di Kufah, juga sebuah rumah di Mesir.&quot;&nbsp; Abdullah berkata: &quot;Sebenarnya yang menyebabkan Zubair mempunyai hutang -sebanyak- itu ialah karena apabila ada seorang lelaki datang padanya dengan membawa harta, lalu harta itu dimaksudkan olehnya akan dititipkan -diamanahkan- kepada Zubair, tetapi Zubair lalu berkata: &quot;Jangan dititipkan, tetapi bolehlah itu menjadi pinjaman saja, karena sesungguhnya saya sendiri takut kalau harta itu hilang. Zubair tidak pernah menjabat sebagai penguasa negara sama sekali, tidak pula pernah mengusahakan pengolahan tanah ataupun memperoleh hasil pertanian, bahkan tidak pernah juga bekerja sesuatu apapun, melainkan ia pernah mengikuti peperangan beserta Rasulullah s.a.w. atau bersama Abu Bakar, Umar atau Usman radhiallahu 'anhum -dan dengan demikian memperoleh bagian harta rampasan perang atau ghanimah.&quot; Abdullah berkata: &quot;Kemudian saya menghitung hutang yang menjadi tanggungannya. lalu saya dapatkan itu adalah sebanyak dua juta dua ratus ribu -dirham-.&quot; Hakim bin Hizam lalu menemui Abdullah bin Zubair dan berkata: &quot;Hai anak saudaraku, berapa jumlahnya hutang yang menjadi tanggungan saudaraku -yakni Zubair- itu?&quot; Saya -Abdullah- menyembunyikannya jumlah itu dan saya berkata: &quot;Seratus ribu.&quot; Hakim berkata: &quot;Demi Allah, saya mengira bahwa hartamu tidak akan mencukupi untuk melunasi hutang sebanyak itu.&quot; Abdullah berkata: &quot;Kalau begitu, bagaimana pengiraanmu, jikalau hutangnya yang sebenarnya itu ada dua juta dua ratus ribu?&quot; Ia berkata: &quot;Saya kira, Anda tidak akan kuat melunasi itu semua, tetapi jikalau Anda merasa lemah -merasa sukar/sulit- untuk melunasi sesuatu dari hutang Zubair itu, hendaklah meminta pertolongan padaku.&quot; Abdullah berkata: &quot;Zubair itu pernah membeli tanah Ghabah dengan harga seratus tujuh puluh ribu.&quot; Tanah Ghabah lalu dijual oleh Abdullah dengan harga sejuta enam ratus ribu, kemudian ia berkata -kepada umum-: &quot;Barangsiapa yang merasa memberikan hutang kepada Zubair, hendaklah suka kamu lunasi dengan perhitungan harga tanah Ghabah.&quot; Kemudian datanglah Abdullah bin Ja'far dan ia pernah memberi hutang kepada Zubair sebanyak empat ratus ribu. Abdullah bin Ja'far berkata kepada Abdullah bin Zubair: &quot;Jikalau Anda suka, hutang itu saya tinggalkan untuk Anda -yakni tidak usah dikembalikan.&quot; Abdullah bin Zubair berkata: 'Tidak -yakni hutang itu akan dilunasi-.&quot; Abdullah bin Ja'far berkata: &quot;Sekiranya Anda suka, pelunasan itu hendak Anda belakangkan juga boleh Anda belakangkan -yakni tidak tergesa-gesa dikembalikan.&quot; Abdullah bin Zubair menjawab: &quot;Jangan -yakni akan segera dilunasi.&quot; Katanya lagi: &quot;Kalau begitu., potongkan sajalah sebahagian dari tanah Ghabah itu!&quot; Abdullah bin Zubair berkata: &quot;Untuk Anda ialah tanah dari batas ini sampai ke batas itu.&quot; Dengan demikian Abdullah bin Zubair telah menjual sebagian tanah Ghabah itu dan ia melunasi sebagian hutang ayahnya. Kini yang tertinggal ialah empat setengah bagian. Ia datang kepada Mu'awiyah dan di sisinya terdapatlah Amr bin Usman, Mundzir bin Zubair dan Ibnu Zam'ah. Mu'awiyah bertanya padanya: &quot;Berapa diperkirakan harga tanah Ghabah itu?&quot; Abdullah berkata: &quot;Tiap sebagian berharga seratus ribu.&quot; Ia bertanya pula: &quot;Kini tinggal berapa bagiannya?&quot; Jawabnya: &quot;Empat setengah bagian.&quot; Mundzir bin Zubair berkata: &quot;Baiklah, untuk saya ambil satu bagiannya dengan harga seratus ribu.&quot; Amr bin Usman juga berkata: &quot;Saya ambil satu bagiannya pula dengan harga seratus ribu.&quot; Ibnu Zam'ah juga berkata: &quot;Saya ambil satu bagiannya dengan harga seratus ribu.&quot; Selanjutnya Mu'awiyah berkata: &quot;Berapa bagian kini yang tertinggal?&quot; Jawabnya: &quot;Satu setengah bagian.&quot; Ia berkata: &quot;Baiklah, saya ambil satu setengah bagian dengan harga seratus limapuluh ribu.&quot; Abdullah bin Zubair berkata: &quot;Abdullah bin Ja'far menjual bagiannya kepada Mu'awiyah dengan harga enamratus ribu.&quot; Setelah Abdullah bin Zubair menyelesaikan pelunasan hutang ayahnya, lalu anak-anaknya Zubair berkata: &quot;Bagikanlah bagian warisan kita masing-masing.&quot; Tetapi Abdullah bin Zubair menjawab: &quot;Demi Allah, saya tidak akan membagi-bagikan itu antara engkau semua, sehingga saya memberitahukan secara umum pada setiap musim, yakni selama empat tahun, yaitu dengan ucapan: &quot;Ingatlah, barangsiapa yang pernah memberikan hutang kepada Zubair, hendaklah datang di tempat kita dan kita akan melunasinya.&quot; Demikianlah setiap tahunnya pada waktu musim haji itu diumumkan pemberitahuannya. Setelah selesai empat tahun, lalu harta warisan itu dibagi-bagikan antara anak-anaknya Zubair dan dikurangi sepertiganya. Zubair ketika wafatnya mempunyai empat orang istri, maka setiap istri itu memperoleh sejuta dua ratus ribu. Jadi semua harta Zubair itu ialah lima puluh juta dua ratus ribu. (Riwayat Bukhari) Catatan Kaki: &nbsp; [18] Amanat, artinya segala sesuatu yang diamanatkan atau diperintahkan untuk melaksanakannya, baik berupa perintah larangan, urusan keagamaan atau keduniaan. &nbsp; [19] Kata-kata sedemikian itu diucapkan oleh Nabi Ibrahim a.s. sebagai tanda merendahkan diri. &nbsp; [20] Imam Ibnul Tin berkata: &quot;Sebabnya ada yang dianggap penganiaya atau teraniaya, karena dua pihak seagama yang berperang itu ada yang termasuk golongan sahabat-sahabat Nabi s.a.w. yang dengan ikhlas hendak membela kebenaran kemudian terbunuh, inilah yang dianggap orang yang teraniaya. Ada pula golongan yang bukan termasuk sahabat Nabi s.a.w. yang dapat membunuh lawannya, sedang tujuan ikut berperang hanyalah semata-mata mengharapkan harta dunia. Maka itulah yang dianggap penganiaya. (HR.riyadhus_shalihin : 25)
No Hadist 26

26 - باب تحريم الظلم والأمر بردِّ المظالم قَالَ الله تَعَالَى: {مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ} [غافر:18]، وَقالَ تَعَالَى: {وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ} [الحج:71]. وأمّا الأحاديث فمنها: حديث أبي ذر - رضي الله عنه - المتقدم في آخر باب المجاهدة. 203 - وعن جابر - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَاتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ. حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءهُمْ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ». رواه مسلم. 204 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لَتُؤَدُّنَّ الحُقُوقَ إِلَى أهْلِهَا يَومَ القِيَامَةِ، حَتَّى يُقَادَ للشَّاةِ الجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ القَرْنَاءِ». رواه مسلم. 205 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قال: كُنَّا نَتَحَدَّثُ عَنْ حَجَّةِ الوَدَاعِ، والنَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - بَيْنَ أظْهُرِنَا، وَلا نَدْرِي مَا حَجَّةُ الوَدَاعِ حَتَّى حَمِدَ اللهَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - وَأَثْنَى عَلَيهِ، ثُمَّ ذَكَرَ المَسْيحَ الدَّجَّال، فَأطْنَبَ في ذِكْرِهِ، وَقَالَ: «مَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبيٍّ إلاَّ أنْذَرَهُ أُمَّتَهُ، أنْذَرَهُ نُوحٌ وَالنَّبِيُّونَ مِنْ بَعْدِهِ، وَإِنَّهُ إنْ يَخْرُجْ فِيكُمْ فَما خَفِيَ عَليْكُمْ مِنْ شَأنِه فَلَيْسَ يَخْفَى عَليْكُم، إنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ، وإنَّهُ أعْوَرُ عَيْنِ اليُمْنَى، كَأنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ. ألاَ إنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ دِمَاءكُمْ وَأمْوَالَكُمْ كحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، في بلدكم هذا، في شَهْرِكُمْ هَذَا، ألا هَلْ بَلَّغْتُ؟» قالُوا: نَعَمْ، قَالَ: «اللَّهُمَّ اشْهَدْ» ثلاثًا «وَيْلَكُمْ - أَوْ وَيْحَكُمْ -، انْظُروا: لا تَرْجعُوا بَعْدِي كُفّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ». رواه البخاري، وروى مسلم بعضه. 206 - وعن عائشة رضي الله عنها: أن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ ظَلَمَ قيدَ شِبْرٍ مِنَ الأرْضِ، طُوِّقَهُ مِنْ سبْعِ أرَضينَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 207 - وعن أَبي موسى - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ الله لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ، فَإِذَا أخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ»، ثُمَّ قَرَأَ: {وكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ} [هود: 102] مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 208 - وعن معاذ - رضي الله عنه - قَالَ: بَعَثَنِي رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «إنَّكَ تَأتِي قَوْمًا مِنْ أهلِ الكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لا إلَهَ إلاَّ الله، وَأنِّي رسولُ الله، فَإنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذلِكَ، فَأعْلِمْهُمْ أنَّ اللهَ قَدِ افْتَرضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَواتٍ في كُلِّ يَوْمٍ وَلَيلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أطَاعُوا لِذَلِكَ، فَأعْلِمْهُمْ أنَّ اللهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤخَذُ مِنْ أغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإنْ هُمْ أطَاعُوا لِذَلِكَ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ؛ فإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَها وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 209 - وعن أبي حُمَيدٍ عبد الرحمان بن سعد السَّاعِدِي - رضي الله عنه - قَالَ: اسْتَعْمَلَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - رَجُلًا مِنَ الأزْدِ يُقَالُ لَهُ: ابْنُ اللُّتْبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ، فَلَمَّا قَدِمَ، قَالَ: هَذَا لَكُمْ، وَهَذَا أُهْدِيَ إِلَيَّ، فَقَامَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - عَلَى المِنْبَرِ فَحَمِدَ الله وَأثْنَى عَلَيهِ، ثُمَّ قَالَ: «أمَّا بَعدُ، فَإِنِّي أسْتَعْمِلُ الرَّجُلَ منْكُمْ عَلَى العَمَلِ مِمَّا وَلاَّنِي اللهُ، فَيَأتِي فَيَقُولُ: هَذَا لَكُمْ وَهَذَا هَدِيَّةٌ أُهْدِيَتْ إلَيَّ، أفَلاَ جَلَسَ في بيتِ أبِيهِ أَوْ أُمِّهِ حَتَّى تَأتِيَهُ هَدِيَّتُهُ إنْ كَانَ صَادِقًا، واللهِ لاَ يَأخُذُ أحَدٌ مِنْكُمْ شَيئًا بِغَيرِ حَقِّهِ إلاَّ لَقِيَ اللهَ تَعَالَى، يَحْمِلُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، فَلا أَعْرِفَنَّ أحَدًا مِنْكُمْ لَقِيَ اللهَ يَحْمِلُ بَعيرًا لَهُ رُغَاءٌ ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ» ثُمَّ رفع يديهِ حَتَّى رُؤِيَ بَيَاضُ إبْطَيْهِ، فَقَالَ: «اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ». ثلاثًا مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 210 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ، مِنْ عِرضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ قبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ؛ إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلمَتِهِ، وَإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيهِ». رواه البخاري. 211 - وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «المُسْلِمُ منْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 212 - وعنه - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ عَلَى ثَقَل النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ كِرْكِرَةُ، فَمَاتَ، فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «هُوَ في النَّارِ». فَذَهَبُوا يَنْظُرُونَ إِلَيْه، فَوَجَدُوا عَبَاءَةً قَدْ غَلَّهَا. رواه البخاري. 213 - وعن أَبي بكْرة نُفَيْع بن الحارث - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَته يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرضَ: السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلاثٌ مُتَوالِياتٌ: ذُو القَعْدَة، وذُو الحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشعْبَانَ، أيُّ شَهْرٍ هَذَا؟» قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أعْلَمُ، فَسَكَتَ حَتَّى ظَننَّا أنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ، قَالَ: «ألَيْسَ ذَا الحِجَّةِ؟» قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: «فَأيُّ بَلَد هَذَا؟» قُلْنَا: اللهُ ورَسُولُهُ أعْلَمُ، فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيرِ اسْمِهِ. قَالَ: «ألَيْسَ البَلْدَةَ؟» قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: «فَأيُّ يَوْمٍ هَذَا؟» قُلْنَا: اللهُ ورَسُولُهُ أعْلَمُ، فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بغَيرِ اسْمِهِ. قَالَ: «ألَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ؟» قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: «فَإنَّ دِمَاءكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا في بَلَدِكُمْ هَذَا في شَهْرِكُمْ هَذَا، وَسَتَلْقُونَ رَبَّكُمْ فَيَسْألُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ، ألاَ فَلا تَرْجعوا بعدي كُفّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْض، ألا لَيُبَلِّغ الشَّاهِدُ الغَائِبَ، فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يَبْلُغُهُ أَنْ يَكُونَ أوْعَى لَهُ مِنْ بَعْض مَنْ سَمِعَهُ»، ثُمَّ قَالَ: «إلاَّ هَلْ بَلَّغْتُ، ألاَ هَلْ بَلَّغْتُ؟» قُلْنَا: نَعَمْ. قَالَ: «اللَّهُمَّ اشْهَدْ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 214 - وعن أَبي أمامة إياس بن ثعلبة الحارثي - رضي الله عنه: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَن اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِم بيَمِينه، فَقَدْ أَوْجَبَ اللهُ لَهُ النَّارَ، وَحَرَّمَ عَلَيهِ الجَنَّةَ» فَقَالَ رَجُلٌ: وَإنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُول الله؟ فَقَالَ: «وإنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاك». رواه مسلم. 215 - وعن عَدِيّ بن عَميْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ، فَكَتَمَنَا مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ، كَانَ غُلُولًا يَأتِي بهِ يَومَ القِيَامَةِ». فَقَامَ إليه رَجُلٌ أسْوَدُ مِنَ الأنْصَارِ، كَأنِّي أنْظُرُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُول الله، اقْبَلْ عَنِّي عَمَلَكَ، قَالَ: «وَمَا لَكَ؟» قَالَ: سَمِعْتُكَ تَقُولُ كَذَا وكَذَا، قَالَ: «وَأَنَا أقُولُه الآنَ: مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ فَلْيَجِيءْ بقَلِيلِه وَكَثيره، فَمَا أُوتِيَ مِنْهُ أخَذَ، وَمَا نُهِيَ عَنْهُ انْتَهَى». رواه مسلم. 216 - وعن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ خَيبَر أقْبَلَ نَفَرٌ مِنْ أصْحَابِ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - فقَالُوا: فُلاَنٌ شَهِيدٌ، وفُلانٌ شَهِيدٌ، حَتَّى مَرُّوا عَلَى رَجُلٍ، فقالوا: فُلانٌ شَهِيدٌ. فَقَالَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «كَلاَّ، إنِّي رَأيْتُهُ في النَّار في بُرْدَةٍ غَلَّهَا أَوْ عَبَاءة». رواه مسلم. 217 - وعن أَبي قتادة الحارث بن ربعي - رضي الله عنه - عن رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: أَنَّهُ قَامَ فيهم، فَذَكَرَ لَهُمْ أنَّ الجِهَادَ في سبيلِ الله، وَالإِيمَانَ بالله أفْضَلُ الأعْمَالِ، فَقَامَ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله، أرَأيْتَ إنْ قُتِلْتُ في سبيلِ الله، تُكَفَّرُ عَنّي خَطَايَايَ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «نَعَمْ، إنْ قُتِلْتَ في سبيلِ اللهِ، وَأنْتَ صَابرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيرُ مُدْبر». ثُمَّ قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «كَيْفَ قُلْتَ؟» قَالَ: أرَأيْتَ إنْ قُتِلْتُ في سبيلِ الله، أتُكَفَّرُ عَنّي خَطَايَايَ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «نَعمْ، وَأنْتَ صَابرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيرُ مُدْبِرٍ، إلاَّ الدَّيْنَ؛ فإنَّ جِبريلَ - عليه السلام - قَالَ لِي ذلِكَ » رواه مسلم. 218 - وعن أبي هُريرةَ - رضي الله عنه: أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أتدرونَ مَنِ المُفْلِسُ؟» قالوا: المفْلسُ فِينَا مَنْ لا دِرهَمَ لَهُ ولا مَتَاع، فَقَالَ: «إنَّ المُفْلسَ مِنْ أُمَّتي مَنْ يأتي يَومَ القيامَةِ بِصَلاَةٍ وصِيامٍ وَزَكاةٍ، ويأتي وقَدْ شَتَمَ هَذَا، وقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مالَ هَذَا، وسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وهَذَا مِنْ حَسناتهِ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُه قَبْل أَنْ يُقضى مَا عَلَيهِ، أُخِذَ منْ خَطَاياهُم فَطُرِحَتْ عَلَيهِ، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ». رواه مُسلم. 219 - وعن أم سلمة رضي الله عنها: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّمَا أنا بَشَرٌ، وَإنَّكُمْ تَخْتَصِمُونَ إلَيَّ، وَلَعَلَّ بَعْضَكُمْ أَنْ يَكُونَ ألْحَنَ بِحُجّتِهِ مِنْ بَعْضٍ، فأَقْضِيَ لَهُ بِنَحْوِ مَا أسْمعُ، فَمَنْ قَضَيتُ لَهُ بِحَقِّ أخِيهِ فَإِنَّما أقطَعُ لَهُ قِطعةً مِنَ النَّارِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. «ألْحَن» أي: أعلم. 220 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «لَنْ يَزَالَ المُؤْمِنُ في فُسْحَةٍ مِنْ دِينهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا». رواه البخاري. 221 - وعن خولة بنتِ عامر الأنصارية، وهي امرأة حمزة - رضي الله عنه - وعنها، قَالَتْ: سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «إنَّ رِجَالًا يَتَخَوَّضُونَ في مَالِ الله بغَيرِ حَقٍّ، فَلَهُمُ النَّارُ يَومَ القِيَامَةِ». رواه البخاري.

Bab 26.Keharamannya Menganiaya Dan Perintah Mengembalikan Apa-apa Yang Dari Hasil Penganiayaan &nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Orang-orang yang zalim itu tidak mempunyai sahabat setia dan penolong yang dipatuhi.&quot; (Ghafir: 18)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Orang-orang yang menganiaya itu tidak mempunyai penolong.&quot; (al-Haj: 71)&nbsp;Adapun Hadis-hadisnya, maka diantaranya ialah Hadisnya Abu Zar r.a. yang sudah disebutkan di muka dalam akhir bab Mujahadah atau Perjuangan, Lihat hadis no.111.&nbsp;204.Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Takutlah engkau semua -hindarkanlah dirimu semua- akan perbuatan menganiaya, sebab menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat. Juga takutlah -hindarkanlah- dirimu semua akan sifat kikir, sebab kikir itu menyebabkan rusak binasanya umat yang sebelummu semua. Itulah yang menyebabkan mereka sampai suka mengalirkan darah sesamanya dan pula menyebabkan mereka menghalalkan apa-apa yang diharamkan pada diri mereka. (Riwayat Muslim) &nbsp;205. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w., bersabda: &quot;Sesungguhnya engkau itu akan menunaikan -memberikan- hak-hak itu kepada ahlinya -pemiliknya-&nbsp;pada hari kiamat, sehingga dibimbinglah kambing yang tak bertanduk dari kambing yang bertanduk -yakni kambing tak bertanduk itu akan memberikan balasan menyakiti kepada kambing yang bertanduk sesuai dengan perbuatan yang bertanduk itu ketika di dunia.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;Keterangan:Hadis ini dengan jelas menerangkan bahwa semua binatang pada hari kiamat nanti akan dikumpulkan di padang mahsyar dan dikembalikan tubuh dan ruhnya sebagaimana waktu hidupnya di dunia. Jadi sama halnya dengan manusia, baik yang sudah mukalaf, yang masih kanak-kanak, begitu pula yang gila.&nbsp;206. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Kita semua sedang mempercakapkan perihal haji wada' -haji Nabi s.a.w. yang terakhir dan sebagai mohon diri, sedang Nabi s.a.w. ada di hadapan kita. Kita semua tidak mengetahui apa yang sebenarnya disebut haji wada' itu sehingga Rasulullah s.a.w. bertahmid kepada Allah serta memujiNya, kemudian menyebutkan perihal al-Masih Dajjal.[21] Beliau s.a.w. memperpanjang sekali dalam menguraikan tentang Dajjal itu dan bersabda: &quot;Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan Nabi itu tentu menakut-nakuti umatnya tentang tibanya Dajjal. Nuh dan semua Nabi yang datang sesudahnya sama menakut-nakuti -umatnya- tentang Dajjal tersebut. Bahwasanya Dajjal itu akan keluar di kalangan engkau semua, maka tidak akan tersamarkan perihal keadaannya itu atasmu semua dan persoalan dirinyapun tidak samar-samar pula bagimu. Sesungguhnya Tuhanmu tidaklah buta matanya sebelah, padahal sesungguhnya Dajjal itu adalah buta matanya sebelah kanan, seolah-olah matanya itu sebagai sebuah buah anggur yang menonjol kemuka. Ingatlah, sesungguhnya Allah mengharamkan atasmu semua darah-darahmu untuk dialirkan serta harta-hartamu untuk dirampas, sebagaimana kesuciannya harimu ini dalam negeri sucimu ini -yakni negeri Makkah, Ingatlah, bukankah saya telah menyampaikan? Para sahabat berkata: &quot;Benar.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Ya Allah, saksikanlah,&quot; sampai tiga kali. &quot;Celaka untukmu semua,&quot; atau &quot;Bencana untukmu semua,&quot; lihatlah -perhatikanlah, janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, yang sebagian memukul leher sebagian yang lain -yakni saling bunuh membunuh tanpa dasar kebenaran-.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;Imam Muslim juga meriwayatkan sebagiannya.&nbsp;207. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang menganiaya mengambil tanpa izin pemiliknya seukuran kira-kira sejengkal tanah, maka tanah itu akan dikalungkan dilehernya dari tujuh lapis bumi sebagai siksanya pada hari kiamat nanti.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;208. Dari Abu Musa r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya Allah itu menantikan untuk orang yang zalim tidak segera dijatuhi hukuman, tetapi apabila Allah telah menghukumnya, maka tidak akan melepaskannya sama sekali sampai hancur sehancur-hancurnya. Selanjutnya beliau s.a.w. membaca ayat yang artinya: &quot;Dan demikianlah hukuman yang diberikan oleh Tuhanmu jikalau Dia menghukum negeri yang melakukan kezaliman. Sesungguhnya hukuman Tuhan itu adalah pedih dan keras.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;209. Dari Mu'az r.a., katanya: &quot;Saya diutus oleh Rasulullah s.a.w. lalu beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahlul kitab Yahudi dan Nasrani, maka ajaklah mereka itu kepada menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka telah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah bahwasanya Allah telah mewajibkan atas mereka akan lima kali shalat dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka telah mentaati yang sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan atas mereka sedekah zakat&nbsp; yang diambil dari kalangan mereka yang kaya raya, kemudian dikembalikan diberikan kepada golongan mereka yang fakir miskin. Jikalau mereka mentaati yang sedemikian itu, maka jagalah harta-harta mereka yang dimuliakan yakni yang menjadi milik pribadi mereka. Takutlah akan permohonan doa orang yang dianiaya baik ia muslim atau kafir, karena sesungguhnya tidak ada tabir yang menutupi antara permohonannya itu dengan Allah yakni doanya pasti terkabul.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;210. Dari Abu Humaid, yaitu Abdurrahman bin Sa'ad as-Sa'idi r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. mempergunakan seorang lelaki dari al-Azad sebagai petugas di sesuatu daerah. Orang itu bernama Ibnul Lutbiyah untuk urusan pengambilan sedekah zakat. Setelah ia datang, lalu berkata: &quot;Ini adalah untuk Tuan dan yang ini dihadiahkan kepadaku.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu berdiri di atas mimbar, bertahmid serta memuji kepada Allah kemudian bersabda: &quot;Amma ba'd. Sesungguhnya saya telah mempergunakan seorang diantara engkau semua untuk sesuatu tugas dari sekian banyak tugas yang diserahkan oleh Allah kepadaku. Lalu ia datang kembali dan berkata: &quot;Ini adalah untuk Tuan zakat yang sebenarnya&nbsp; dan yang ini adalah sebagai hadiah yang diberikan padaku.&quot; Cobalah ia duduk saja di rumah ayah atau ibunya, apakah ada yang sampai kedatangan hadiah, jikalau ia berbuat sebenarnya. Demi Allah, tiada sesuatupun yang diambil oleh seorang dari engkau semua yang tidak dengan haknya, melainkan ia akan menemui Allah Ta'ala, barang itu akan dibawanya pada hari kiamat. Sungguh-sungguh saya tidak akan mengenal seorang dari engkau semua yang menemui Allah itu dengan membawa seekor unta -hasil suapan- sambil bersuara, atau membawa seekor lembu sambil menguak atau seekor kambing sambil mengembik.&quot; Selanjutnya beliau s.a.w. mengangkat kedua tangannya sehingga terlihatlah putihnya kedua ketiak beliau itu lalu bersabda: &quot;Ya Allah, bukankah hal ini telah saya sampaikan.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;211. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Barangsiapa yang disisinya ada sesuatu dari hasil penganiayaan untuk saudaranya, baik yang mengenai kehormatan saudaranya itu ataupun sesuatu yang lain, maka hendaklah meminta kehalalannya pada hari ini semasih di dunia, sebelum tidak lakunya uang dinar dan dirham. Jikalau tidak meminta kehalalannya sekarang ini, maka jika yang menganiaya itu mempunyai amal shalih, diambillah dari amal shalihnya itu sekadar untuk melunasi penganiayaannya, sedang jika tidak mempunyai kebaikan sama sekali, maka diambillah dari keburukan-keburukan orang yang dianiayanya itu, lalu dibebankan kepada yang menganiayanya tadi.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;212. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Muslim ialah orang yang semua orang Islam lainnya selamat dari kejahatan lidah -ucapan-&nbsp;dan kejahatan tangannya -perbuatannya-. Muhajir ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah padanya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;213. Juga dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash, katanya: &quot;Adalah di atas beban Nabi s.a.w. itu seorang lelaki yang namanya Kirkirah, kemudian ia meninggal dunia. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: &quot;Ia masuk dalam neraka.&quot; Para sahabat lalu pergi melihat orang yang mati itu -dengan tujuan ingin mengetahui apa sebab yang memasukkannya ke dalam neraka, kemudian mereka menemukan sebuah baju kurung yang dikhianatinya yakni disembunyikan dari hasil rampasan peperangan yang semestinya dikumpulkan.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;214. Dari Abu Bakrah, yaitu Nufai' bin al-Harits r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Sesungguhnya zaman itu telah berputar sebagaimana keadaannya sejak hari Allah menciptakan semua langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan dan diantaranya ada empat bulan yang suci, tiga berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijah dan Muharram dan keempatnya ialah bulan Rajab Mudhar[22] yang jatuh antara Jumada dan Sya'ban. Sekarang ini bulan apakah?&quot; Kita -para sahabat- menjawab: &quot;Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui.&quot; Beliau s.a.w. berdiam diri, sehingga kita menyangka bahwa beliau akan memberinya nama lain lagi selain dari nama yang biasa. Kemudian beliau bersabda: &quot;Bukankah ini bulan Dzulhijah.&quot; Kita menjawab: &quot;Benar.&quot; Beliau bersabda lagi: &quot;Negeri manakah ini?&quot; Kita menjawab: &quot;Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. &quot;Beliau berdiam diri, sehingga kita menyangka seolah-olah beliau akan memberinya nama lain lagi selain dari nama yang biasa. Kemudian beliau bersabda: &quot;Bukankah ini baldah haram -negeri suci.&quot; Kita menjawab: &quot;Benar.&quot; Beliau bertanya lagi: &quot;Hari apakah ini.&quot; Kita menjawab: &quot;Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui.&quot; Beliau berdiam diri sehingga kita menyangka, seolah-olah akan memberinya nama lain lagi selain dari namanya yang biasa. Lalu beliau bersabda: &quot;Bukankah hari ini hari Nahar hari raya Kurban.&quot; Kita menjawab: &quot;Benar.&quot; Beliau bersabda pula: &quot;Sesungguhnya darah-darahmu, harta-hartamu dan kehormatanmu adalah haram atasmu semua -yakni wajib dilindungi, darah tidak boleh dialirkan, harta tidak boleh dirampas dan kehormatannya tidak boleh dipermalukan atau dihinakan, sebagaimana juga kesucian harimu ini, di negerimu ini dan dalam bulanmu ini. Dan engkau semua akan menemui Tuhanmu lalu Dia akan menanyakan kepadamu semua perihal amalan-amalanmu. Ingatlah, maka janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, yang sebagian memukul leher sebagian yang lain -saling bunuh membunuh tanpa dasar kebenaran. Ingatlah, hendaklah yang menyaksikan hadir ketika itu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang diberi berita itu akan lebih memahami dari sebagian orang yang mendengar sendiri.&quot; Kemudian beliau bersabda: &quot;Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan ini? Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan ini?&quot; Kita menjawab: &quot;Benar.&quot; Beliau bersabda lagi: &quot;Ya Allah, saksikanlah.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;215. Dari Abu Umamah, yaitu Iyas bin Tsa'labah al-Haritsi r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang mengambil haknya seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah telah mewajibkan neraka untuknya dan mengharamkan syurga atasnya.&quot; Kemudian ada seorang lelaki yang bertanya: &quot;Apakah demikian itu berlaku pula, sekalipun sesuatu benda yang remeh -murah harganya-, ya Rasulullah?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Sekalipun bendanya itu berupa setangkai kayu penggosok gigi.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;216. Dari Adi bin Amirah r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang kita pergunakan diantara engkau semua sebagai petugas atas sesuatu pekerjaan, kemudian menyembunyikan dari kita sebuah jarum, apalagi yang lebih besar dari jarum itu, maka hal itu adalah sebagai pengkhianatan yang akan dibawanya sendiri pada hari kiamat.&quot; Kemudian ada seorang lelaki berkulit hitam dari kaum Anshar berdiri, seolah-olah saya pernah melihat padanya, lalu ia berkata: &quot;Ya Rasulullah terimalah kembali tugas yang Tuan serahkan itu daripadaku -maksudnya ia mohon dihentikan sebab takut akan berbuat serong sebagai petugas. Rasulullah s.a.w. bertanya: &quot;Mengapa engkau?&quot; Ia menjawab: &quot;Saya mendengar Tuan bersabda demikian, demikian yakni sabda di atas itu.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda pula: &quot;Saya berkata sekarang: &quot;Barangsiapa yang kami pergunakan sebagai petugas dari engkau semua untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan, maka hendaklah datang kepada kami dengan membawa hasil sedikit atau hasil banyak kalau sebenarnya dapat banyak. Jadi apa-apa yang diberikan padanya, ambillah itu dan apa-apa yang dilarang, janganlah diambil.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;Keterangan:Penggelapan harta atau istilah pada zaman kita sekarang ini disebut korupsi, menilik hadis di atas adalah sangat besar dosanya bagi seorang pegawai yang diberi amanat dan kepercayaan untuk memimpin dan melayani umat, sekalipun yang digelapkan itu hanya sebuah jarum saja, apalagi kalau lebih besar nilainya. Oleh sebab itu hadis di atas adalah suatu ancaman yang sangat keras serta peringatan yang tegas agar seorang pegawai itu jangan berbuat pengkhianatan terhadap hak milik negara. Dalam hadis itu pula dijelaskan bahwa seorang yang memangku suatu jabatan, baik yang tingkat tinggi, sedang atau rendah, apabila merasa tidak sanggup memenuhi tugas yang dipertanggungjawabkan kepadanya, wajiblah meminta berhenti sebagaimana yang dilakukan oleh seorang Anshar yang berkulit hitam, yang dengan terang-terangan memberikan kepada Nabi s.a.w. agar diterima kembali tugas yang diserahkan padanya.&nbsp;217. Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: &quot;Ketika terjadi perang Khaibar, ada sekelompok dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w. datang menghadap padanya, kemudian mereka mengatakan: &quot;Fulan itu mati syahid dan Fulan itu juga mati syahid,&quot; sehingga akhirnya mereka menyebutkan nama seorang lalu mereka berkata: &quot;Fulan itupun mati syahid pula.&quot; Lalu Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Tidak sama sekali, Fulan itu saya lihat masuk dalam neraka karena sebuah baju burdah atau baju kurung yang dikhianatkannya -yakni disembunyikan dari hasil rampasan peperangan.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;218. Dari Abu Qatadah yaitu al-Harits bin Rib'i r.a. dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya beliau s.a.w. berdiri berkhutbah di muka orang banyak, kemudian menyebutkan kepada mereka bahwasanya jihad fisabilillah dan beriman kepada Allah itu adalah seutama-utamanya amalan. Kemudian ada seorang lelaki berdiri dan berkata: &quot;Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan, jikalau saya terbunuh dalam peperangan fisabilillah, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Benar, jikalau engkau dibunuh fisabilillah itu dalam keadaan sabar, mengharapkan keridhaan Allah, sedang maju dan tidak mengundurkan diri.&quot; Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bertanya: &quot;Apa yang akan kau katakan sekarang -maksudnya 'Apa yg sudah kau katakan tadi'-?&quot; Orang itu berkata lagi: &quot;Bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya terbunuh dalam peperangan fisabilillah? Apakah semua kesalahan saya dihapuskan?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Benar demikian, asalkan engkau dalam keadaan sabar, mengharapkan keridhaan Allah, sedang maju dan tidak mengundurkan diri, kecuali kalau engkau mempunyai tanggungan hutang, karena sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;Keterangan:Dalam hadis di atas ada suatu keterangan yang jelas bahwa sekalipun berjihad fisabilillah sampai mati syahid itu, pahalanya amat besar sekali di sisi Allah, namun tidak dapat menghapuskan tanggungan perihal haknya sesama manusia seperti hutang. Jadi selama hutangnya itu belum dilunasi atau direlakan oleh yang memberi hutang, tetap masih akan diperhitungkan di akhirat nanti sebagai suatu dosa yang menjadi bebannya. Jadi yang dapat dihapus hanyalah hak-haknya Allah yang berupa dosa-dosa kecil belaka. Inilah yang insya Allah akan diampuni.&nbsp;219. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya s.a.w. bersabda: &quot;Adakah engkau semua tahu, siapakah orang yang pailit bangkrut itu?&quot; Para sahabat menjawab: &quot;Orang pailit di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki lagi sedirhampun atau sesuatu benda apapun.&quot; Beliau s.a.w. lalu bersabda: &quot;Orang pailit dari kalangan umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi kedatangannya itu dahulunya ketika di dunia pernah mencaci maki si Anu, mendakwa serong kepada si Anu, makan harta si Anu, mengalirkan darah si Anu tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si Anu. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lainpun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunasi tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;220. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya saya ini adalah seorang manusia seperti engkau semua pula dan sesungguhnya engkau semua akan mengajukan perselisihanmu itu kepadaku, barangkali sebagian dari engkau semua ada yang lebih cerdik mengemukakan hujah alasannya dari sebagian yang lain. Maka saya akan memutuskannya sesuai dengan apa yang saya dengar. Maka barangsiapa yang saya putuskan untuknya mendapat kemenangan&nbsp;sedangkan ia mengetahui bahwa itu adalah hak saudaranya dimenangkan karena kepandaian bicaranya, maka sesungguhnya saya tentukan untuknya sepotong daripada api neraka.&quot; (Muttafaq 'alaih) Alhanu, artinya lebih mengerti atau lebih pandai (dalam mengemukakan alasan dan lain-lain).&nbsp;221. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Senantiasalah seorang mu'min itu ada di dalam kelapangan agamanya, selama ia tidak pernah memperoleh darah yang haram yakni tidak pernah membunuh tanpa dasar kebenaran.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;222. Dari Khaulah binti Tsamir al-Anshariyah dan ia adalah istrinya Hamzah radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya ada beberapa orang yang membelanjakan harta Allah -yakni harta milik kaum Muslimin- tanpa dasar kebenaran, maka bagi mereka itu adalah neraka pada hari kiamat.&quot; (Riwayat Bukhari)Catatan Kaki:&nbsp; [21] Dajjal adalah manusia penipu dan pembohong, buta matanya yang sebelah kanan, memiliki berbagai keistimewaan dan mengaku menjadi Tuhan. Banyak juga pengikutnya. Ia akan datang apabila hari kiamat sudah hampir tiba. Jadi merupakan alamat kubra (alamat besar) perihal akar segera datangnya hari kiamat itu.&nbsp; [22] Bulan Rajab diberi tambahan kala &quot;Mudhar&quot;, sebabnya ialah kabilah mudhar itu lebih sangat menghormati dan memuliakannya bila dibandingkan dengan kabilah-kabilah Arab yang lain-lain.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 26)
No Hadist 27

27 - باب تعظيم حرمات المسلمين وبيان حقوقهم والشفقة عليهم ورحمتهم قَالَ الله تَعَالَى: {وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّه} [الحج: 30]، وَقالَ تَعَالَى: {وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]، وَقالَ تَعَالَى: {وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ} [الحجر: 88]، وَقالَ تَعَالَى: {مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا} [المائدة: 32].<br>222 - وعن أَبي موسى - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «المُؤْمِنُ للْمُؤْمِنِ كَالبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا» وشبَّكَ بَيْنَ أصَابِعِهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 223 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ مَرَّ في شَيْءٍ مِنْ مَسَاجِدِنا، أَوْ أَسْوَاقِنَا، وَمَعَهُ نَبْلٌ فَلْيُمْسِكْ، أَوْ لِيَقْبِضْ عَلَى نِصَالِهَا بكَفّه؛ أَنْ يُصِيبَ أحَدًا مِنَ المُسْلِمِينَ مِنْهَا بِشَيْء». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 224 - وعن النعمان بن بشير رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَثَلُ المُؤْمِنينَ في تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمهمْ وَتَعَاطُفِهمْ، مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 225 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَبَّلَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - الحَسَنَ بْنَ عَليٍّ رضي الله عنهما، وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابِس، فَقَالَ الأقْرَعُ: إن لِي عَشرَةً مِنَ الوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أحَدًا. فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: «مَنْ لا يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ!». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 226 - وعن عائشة رضي الله عنها، قَالَتْ: قَدِمَ نَاسٌ مِنَ الأعْرَابِ عَلَى رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم فقالوا: أتُقَبِّلُونَ صِبْيَانَكُمْ؟ فَقَالَ: «نَعَمْ» قالوا: لَكِنَّا والله مَا نُقَبِّلُ! فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «أَوَ أَمْلِك إنْ كَانَ اللهُ نَزَعَ مِنْ قُلُوبِكُم الرَّحْمَةَ!». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 227 - وعن جرير بن عبد الله - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ لاَ يَرْحَم النَّاسَ لاَ يَرْحَمْهُ الله». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 228 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا صَلَّى أحَدُكُمْ للنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ، فَإنَّ فيهِم الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَالكَبيرَ، وَإِذَا صَلَّى أحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّل مَا شَاءَ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: «وذَا الحَاجَةِ». 229 - وعن عائشة رضي الله عنها، قَالَتْ: إنْ كَانَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - لَيَدَعُ العَمَلَ، وَهُوَ يُحبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ؛ خَشْيَةَ أَنْ يَعمَلَ بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ علَيْهِمْ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 230 - وَعَنْهَا رضي الله عنها، قَالَتْ: نَهَاهُمُ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - عنِ الوِصَال رَحمَةً لَهُمْ، فَقَالُوا: إنَّكَ تُوَاصِلُ؟ قَالَ: «إنّي لَسْتُ كَهَيْئَتِكُمْ، إنِّي أبيتُ يُطْعمُني رَبِّي وَيَسقِيني». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. مَعنَاهُ: يَجْعَلُ فِيَّ قُوَّةَ مَنْ أَكَلَ وَشَرِبَ. 231 - وعن أَبي قَتادةَ الحارثِ بن رِبعِي - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنِّي لأَقُومُ إِلَى الصَّلاة، وَأُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا، فَأَسْمَع بُكَاءَ الصَّبيِّ فَأَتَجَوَّزَ في صَلاتي كَرَاهية أَنْ أشُقَّ عَلَى أُمِّهِ». رواه البخاري. 232 - وعن جندب بن عبد الله - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ في ذِمَّةِ الله فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ الله مِنْ ذِمَّته بشَيءٍ، فَإنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ منْ ذمَّته بشَيءٍ يُدْركْهُ، ثُمَّ يَكُبُّهُ عَلَى وَجْهِهِ في نَارِ جَهَنَّمَ». رواه مسلم. 233 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِم، لا يَظْلِمهُ، وَلاَ يُسْلمُهُ. مَنْ كَانَ في حَاجَة أخيه، كَانَ اللهُ في حَاجَته، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِم كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بها كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومِ القِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَومَ القِيامَةِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 234 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمُ، لاَ يَخُونُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِم حَرَامٌ عِرْضُهُ وَمَالهُ وَدَمُهُ، التَّقْوى هاهُنَا، بحَسْب امْرىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أخَاهُ المُسْلِم». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن». 235 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «لا تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْع بَعْض، وَكُونُوا عِبَادَ الله إخْوَانًا، المُسْلِمُ أخُو المُسْلم: لاَ يَظْلِمُهُ، وَلا يَحْقِرُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، التَّقْوَى هاهُنَا - ويشير إِلَى صدره ثلاث مرات -- بحَسْب امْرىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحقِرَ أخَاهُ المُسْلِمَ، كُلُّ المُسْلم عَلَى المُسْلم حَرَامٌ، دَمُهُ ومَالُهُ وعرْضُهُ». رواه مسلم. «النَّجْشُ»: أَنْ يزيدَ في ثَمَنِ سلْعَة يُنَادَى عَلَيْهَا في السُّوقِ وَنَحْوه، وَلاَ رَغْبَةَ لَهُ في شرَائهَا بَلْ يَقْصدُ أَنْ يَغُرَّ غَيْرَهُ، وهَذَا حَرَامٌ. وَ «التَّدَابُرُ»: أَنْ يُعْرضَ عَنِ الإنْسَان ويَهْجُرَهُ وَيَجْعَلهُ كَالشَيءِ الَّذِي وَرَاء الظَّهْر وَالدُّبُر. 236 - وعن أنس - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لاَ يُؤمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأخِيهِ مَا يُحِبُّ لنَفْسِهِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 237 - وعنه، قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «انْصُرْ أخَاكَ ظَالمًا أَوْ مَظْلُومًا» فَقَالَ رجل: يَا رَسُول اللهِ، أنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أرَأيْتَ إنْ كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تحْجُزُهُ - أَوْ تمْنَعُهُ - مِنَ الظُلْمِ فَإِنَّ ذلِكَ نَصرُهُ». رواه البخاري. 238 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم خَمْسٌ: رَدُّ السَّلامِ، وَعِيَادَةُ المَريض، وَاتِّبَاعُ الجَنَائِزِ، وَإجَابَةُ الدَّعْوَة، وتَشْميتُ العَاطِسِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية لمسلم: «حَقُّ المُسْلِم عَلَى المُسْلِم سِتٌّ: إِذَا لَقيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَشَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ». 239 - وعن أَبي عُمَارة البراءِ بن عازب رضي الله عنهما، قَالَ: أمرنا رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - بسبع، ونهانا عن سبع: أمَرَنَا بعيَادَة المَرِيض، وَاتِّبَاعِ الجَنَازَةِ، وتَشْمِيتِ العَاطسِ، وَإبْرار المُقْسِم، ونَصْرِ المَظْلُوم، وَإجَابَةِ الدَّاعِي، وَإِفْشَاءِ السَّلامِ، ونَهَانَا عَنْ خَواتِيمٍ أَوْ تَخَتُّمٍ بالذَّهَبِ، وَعَنْ شُرْبٍ بالفِضَّةِ، وَعَن الميَاثِرِ الحُمْرِ، وَعَن القَسِّيِّ، وَعَنْ لُبْسِ الحَريرِ والإسْتبْرَقِ وَالدِّيبَاجِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ . وفي رواية: وَإنْشَادِ الضَّالَّةِ في السَّبْعِ الأُوَل. «المَيَاثِرُ» بياء مثَنَّاة قبل الألفِ، وثاء مُثَلَّثَة بعدها: وهي جَمْعُ ميثَرة، وهي شيء يُتَّخَذُ مِنْ حرير وَيُحْشَى قطنًا أَوْ غيره، وَيُجْعَلُ في السَّرْجِ وَكُور البَعير يجلس عَلَيهِ الراكب. «القَسِّيُّ» بفتح القاف وكسر السين المهملة المشددة: وهي ثياب تنسج مِنْ حرير وَكتَّانٍ مختلِطينِ. «وَإنْشَادُ الضَّالَّةِ»: تعريفها.

Bab 27.Mengagungkan Kehormatan-Kehormatan Kaum Muslimin Dan Uraian Tentang Hak-hak Mereka Serta Kasih Sayang Dan Belas Kasihan Kepada Mereka &nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan suci dari Allah, maka itulah yang lebih baik baginya di sisi Tuhannya.&quot; (al-Haj: 30)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Dan barangsiapa yang mengagungkan tanda-tanda suci -yakni agama Allah, maka sesungguhnya perbuatan sedemikian itu adalah karena ketaqwaan hati.&quot; (al-Haj: 32)&nbsp;Lagi Allah Ta'ala berfirman: Dan tundukkanlah sayapmu -bersikap sopan santunlah- terhadap kaum mu'minin&quot; (al-Hijr: 88)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena sebagai hukuman membunuh orang atau dengan sebab membuat kerusakan di bumi, merampok dan lain-lain, maka ia seolah-olah membunuh manusia seluruhnya dan barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.&quot; (al-Maidah: 32)&nbsp;223. Dari Abu Musa r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Seorang mu'min terhadap mu'min yang lain itu adalah sebagai bangunan yang sebagiannya mengokohkan kepada bagian yang lainnya,&quot; dan beliau s.a.w. menjalinkan antara jari-jarinya -perumpamaan karena saking dekatnya hubungan setiap mu'min, bagai jari yang satu dengan jari lainnya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Keterangan:Dalam menguraikan Hadis di atas, Imam al-Qurthubi berkata sebagai berikut: &quot;Apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. itu adalah sebagai suatu tamsil perumpamaan yang isi kandungannya adalah menganjurkan dengan sekeras-kerasnya agar seorang mu'min itu selalu memberikan pertolongan kepada sesama mu'minnya, baik pertolongan apapun sifatnya (asal bukan yang ditujukan untuk sesuatu kemungkaran). Ini adalah suatu perintah yang dikokohkan yang tidak boleh tidak, pasti kita laksanakan. Perumpamaan yang dimaksudkan itu adalah sebagai suatu bangunan yang tidak mungkin sempurna dan tidak akan berhasil dapat dimanfaatkan atau digunakan, melainkan wajiblah yang sebagian dari bangunan itu saling kokoh mengokohkan dan erat-erat saling pegang memegang dengan bagian yang lain. Jikalau tidak demikian, maka bagian-bagian dari bangunan itu pasti berantakan sendiri-sendiri dan musnahlah apa yang dengan susah payah didirikan. Begitulah semestinya kaum muslimin dan mu'minin antara yang seorang dengan yang lain, antara yang sekelompok dengan yang lain, antara yang satu bangsa dengan yang lain. Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam urusan keduniaan, keagamaan dan keakhiratan, melainkan dengan saling tolong-menolong, bantu-membantu serta kokoh mengokohkan. Manakala hal-hal tersebut di atas tidak dilaksanakan baik-baik, maka jangan diharapkan munculnya keunggulan dan kemenangan, bahkan sebaliknya yang akan terjadi, yakni kelemahan seluruh umat Islam, tidak dapat mencapai kemaslahatan yang sesempurna-sempurnanya, tidak kuasa pula melawan musuh-musuhnya ataupun menolak bahaya apapun yang menimpa tubuh kaum Muslimin secara keseluruhan. Semua itu mengakibatkan tidak sempurnanya ketertiban dalam urusan kehidupan duniawiyah, juga urusan diniyah (keagamaan) dan ukhrawiyah. Malahan yang pasti akan ditemui ialah kemusnahan, malapetaka yang bertubi-tubi serta bencana yang tiada habis-habisnya.&nbsp;224. Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang berjalan di sesuatu tempat dari masjid-masjid kita atau pasar-pasar kita sedang ia membawa anak-anak panah, maka hendaklah memegang atau menutupi ujung-ujungnya dengan tapak tangannya, sebab dikuatirkan akan mengenai seorang dari kaum Muslimin dengan sesuatu yang dibawanya tadi.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;225. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Perumpamaan kaum Mu'minin dalam hal saling sayang menyayangi, saling kasih mengasihi dan saling iba-mengibai itu adalah bagaikan sesosok tubuh. Jikalau salah satu anggota dari tubuh itu ada yang merasa sakit, maka tertarik pula seluruh tubuh -karena ikut merasakan sakitnya- dengan berjaga -tidak tidur- serta merasa panas.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;226. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. mencium al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma dan di dekat beliau s.a.w. itu ada seorang bernama al-Aqra' bin Habis, lalu al-Aqra' berkata: &quot;Saya ini mempunyai sepuluh orang anak, belum pernah saya mencium seorangpun dari mereka itu.&quot; Rasulullah s.a.w. lalu memperhatikan orang itu, kemudian bersabda: &quot;Barangsiapa yang tidak menaruh belas kasihan -kepada sesamanya, maka tidak dibelas kasihani -oleh Allah.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;227. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Ada beberapa orang dari kalangan A'rab -Arab pedalaman- datang kepada Rasulullah s.a.w., lalu mereka berkata: &quot;Adakah Tuan suka mencium anak-anak Tuan?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Ya.&quot; Mereka berkata: &quot;Tetapi kita semua ini, demi Allah tidak pernah mencium anak-anak itu.&quot; Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Adakah saya dapat mencegah sekiranya Allah telah mencabut sifat belas kasihan itu dari hatimu semua?&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;228. Dari Jarir bin Abdullah, r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang tidak menaruh belas kasihan kepada sesama manusia, maka Allah juga tidak menaruh belas kasihan padanya.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;229. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Jikalau seorang dari engkau semua bershalat menjadi imamnya orang banyak, maka hendaklah meringankannya, sebab di kalangan para makmum itu ada orang lemah, ada orang sakit dan ada pula yang berusia tua. Tetapi jikalau bershalat sendirian -munfarid, maka hendaklah memperpanjangkan shalatnya itu sekehendak hatinya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: &quot;Di kalangan makmum itu juga ada orang yang mempunyai keperluan -yang hendak segera diselesaikan.&quot;&nbsp;230. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Sesungguhnya saja Rasulullah s.a.w. itu niscaya meninggalkan -tidak melakukan- suatu amalan, sedangkan beliau amat suka mengerjakan amalan itu dan ditinggalkannya tadi adalah karena takut kalau orang-orang akan mengamalkan itu, sehingga akan menyebabkan diwajibkannya amalan tersebut atas mereka.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;231. Dari Aisyah radhiallahu 'anha juga, katanya: &quot;Nabi s.a.w. melarang para sahabat melakukan puasa wishal -tidak berbuka dalam malam hari puasa-, sehingga dua hari puasa dijadikan satu dan terus berpuasa saja. Larangan ini adalah karena belas-kasihan kepada mereka. Para sahabat bertanya: &quot;Sesungguhnya Tuan sendiri suka berpuasa wishal.&quot; Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya saya ini tidaklah seperti keadaanmu semua, karena sesungguhnya saya ini diberi makan serta minum oleh Tuhanku.&quot; (Muttafaq 'alaih) Artinya ialah: Saya itu diberi kekuatan seperti orang yang makan dan minum.&nbsp;232. Dari Abu Qatadah yaitu al-Harits bin Rib'i r.a. katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya saya berdiri untuk bershalat dan saya bermaksud hendak memperpanjangkannya, kemudian saya mendengar tangisnya seorang anak kecil, lalu saya peringankan shalatku itu karena saya tidak suka membuat kesukaran kepada ibunya.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;233. Dari Jundub bin Abdullah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Barangsiapa yang bershalat Subuh, maka ia adalah di dalam tanggungan Allah, maka itu janganlah sampai Allah itu menuntut kepadamu semua dengan sesuatu dari tanggunganNya -maksudnya jangan sampai mengerjakan kemaksiatan, jangan sampai meninggalkan shalat Subuh, juga shalat-shalat fardhu yang lain, apalagi kalau ditambah dengan mengerjakan berbagai kemungkaran, kemaksiatan dan lain-lain lagi,[23] sebab kalau demikian, maka lenyaplah ikatan janji untuk memberikan tanggungan keamanan dan lain-lain antara engkau dengan Tuhanmu itu.&quot; Sebab sesungguhnya barangsiapa yang dituntut oleh Allah dari sesuatu tanggunganNya, tentu akan dicapainya -yakni tidak mungkin terlepas- kemudian Allah akan melemparkannya atas mukanya dalam neraka Jahanam.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;Keterangan: Uraian yang tertera di atas itu adalah penafsiran menurut Imam at-Thayyibi. Ada pendapat lain dari sebagian para alim ulama menyatakan bahwa maksud hadis itu ialah: Jangan sampai kamu semua mengerjakan sesuatu yang sifatnya sebagai gangguan kepada orang yang selalu mengerjakan shalat subuh itu dan dengan sendirinya juga shalat-shalat fardhu yang lain, sekalipun gangguan itu tampaknya remeh atau tidak berarti. Dalam hadis lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim ialah bahwa yang dikerjakan itu adalah shalat Subuh dengan berjamaah.&nbsp;Dari kedua macam pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan, yaitu: Seruan keras kepada kita sekalian kaum Muslimin, agar jangan sekali-kali kita meninggalkan atau melalaikan shalat lima waktu, agar kita senantiasa memperoleh rahmat Allah Ta'ala dan tiada seorangpun yang berani mengganggu kita, karena Allah telah memberikan jaminan sedemikian itu kepada kita. Kita yang sudah mengenal kepada seorang yang keadaan dan sifatnya sebagaimana di atas, jangan sekali-kali kita ganggu, baik dengan lisan atau perbuatan, dengan sengaja atau tidak, juga secara senda-gurau atau tidak. Ringkasnya orang tersebut wajib kita hormati, kita muliakan dan kita ikut melindungi keselamatannya dari perbuatan orang lain yang hendak mengganggunya, sebab ia telah berada dalam jaminan Allah Ta'ala dan menjadi tanggunganNya, untuk mendapatkan ketenteraman, keselamatan dan kesejahteraan. Orang yang berani mengganggu orang sebagaimana di atas itu, berarti menghina pada jaminan atau dzimmah Allah Ta'ala yang telah diberikan kepadanya dan oleh sebab itu maka patutlah apabila dilemparkan saja nanti di akhirat dalam neraka dalam keadaan tertelungkup yakni mukanya di bawah.Betapa besar meresapnya hadis di atas itu dalam kalbu kaum Muslimin, dapatlah kami kutipkan sebagian keterangan yang ditulis oleh Imam as-Sya'rani dalam kitab al-Haudh, demikian intisarinya: &quot;Di zaman Bani Umayyah memerintah kaum Muslimin, yaitu sepeninggalnya Khulafa' Rasyidin, ada seorang gubernur yang diangkat oleh mereka untuk memerintahdan mengamankan daerah Kufah dan sekitarnya. Gubernur tersebut bernama al-Hajjaj yang terkenal kejam, zalim dan bengis. Banyak alim-ulama yang ia bunuh secara teraniaya atau perintahnya. Namun demikian, manakala ada orang yang dicurigai hendak melawan atau menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah dan orang itu sudah menghadap di mukanya sesudah dipanggil, biasanya al-Hajjaj bertanya kepadanya: &quot;Apakah Anda tadi bershalat Subuh?&quot; Jika dijawab: &quot;Ya,&quot; maka orang yang hendak dipenggal lehernya itu dilepaskan kembali. Al-Hajjaj amat takut sekali terlaknat atau mendapatkan azab Allah, sebab ia tentunya juga pernah membaca atau mendengar hadis sebagaimana yang tersebut di atas itu.&quot; Kufah kini masuk Republik Irak.&nbsp;234. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim lainnya. Janganlah ia menganiayanya, jangan pula menyerahkannya kepada musuhnya. &quot;Barangsiapa memberi pertolongan akan hajat saudaranya, maka Allah selalu menolongnya dalam hajatnya. Dan barangsiapa memberi kelapangan kepada seorang Muslim dari sesuatu kesusahan, maka Allah akan melapangkan orang itu dari sesuatu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela seorang Muslim, maka Allah akan menutupi cela orang itu pada hari kiamat.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;235. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim yang lain. Janganlah ia berkhianat kepada saudaranya itu dan jangan pula mendustainya, juga jangan menghinakannya -juga enggan memberikan pertolongan padanya bila diperlukan. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya itu adalah haram kehormatannya -tidak boleh dinodai, haram hartanya -tidak boleh dirampas- dan haram darahnya -tidak boleh dibunuh tanpa dasar kebenaran. Ketaqwaan itu di sini -dalam hati. Cukuplah seorang itu menjadi orang jelek, jikalau ia menghinakan saudaranya yang sama Muslimnya.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.&nbsp;236. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau semua hasad-menghasad, jangan pula kicuh-mengicuh, jangan benci-membenci, jangan seteru-menyeteru -saling bermusuhan- dan jangan pula setengah dari engkau semua itu menjual atas jualannya orang lain. Dan jadilah hamba Allah sebagai saudara. Seorang Muslim itu adalah saudara orang Muslim yang lain. Janganlah ia menganiaya saudaranya, jangan merendahkannya dan jangan menghinakannya -enggan memberikan pertolongan padanya. Ketaqwaan itu ada di sini -dan beliau menunjuk ke arah dadanya sampai tiga kali. Cukuplah seorang itu menjadi orang jelek, jikalau ia menghinakan saudaranya sesama Muslimnya. Setiap orang Muslim terhadap orang Muslim yang lain itu haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.&quot; (Riwayat Muslim) Annajsyu atau mengicuh ialah apabila seorang itu menambah harga sesuatu barang dagangan lebih dari yang diumumkan di pasar atau lain-lain sebagainya, sedangkan ia tidak ada keinginan hendak membelinya. Tetapi ia berbuat demikian itu semata-mata akan menipu orang lain saja. Perbuatan semacam ini haram hukumnya. Takabbur ialah jikalau seorang tidak menghiraukan orang lain, meninggalkan berbicara dengannya dan menganggap orang itu sebagai benda yang ada di belakang punggung atau duburnya.&nbsp;Keterangan:Ada beberapa kelakuan buruk yang diperhatikan oleh Rasulullah s.a.w. agar kita semua menjauhinya. Di antaranya ialah: Hasad, dengki atau iri hati. Mengicuh ialah mengatakan pada seorang dengan harga tinggi atau mengatakan bahwa ia telah menawar sekian, tetapi belum diberikan. Padahal sebenarnya tidak dan berbuat sedemikian itu perlu menjerumuskan orang lain agar suka membeli dengan harga tinggi itu dan ia sendiri akan menerima sebagian keuntungan dari penjualannya itu nanti. Benci membenci. Seteru menyeteru (saling bermusuhan). Menjual atas jualannya orang lain yakni seperti seorang pedagang yang berkata kepada seorang pembeli: &quot;Jangan jadi beli di sana dan saya mempunyai barang yang mutunya lebih baik dan harganya lebih murah. Belilah kepada saya saja.&quot; Demikian pula kalau ada seorang yang berkata kepada seorang pedagang: &quot;jangan jadi dijual pada si A itu dan saya suka membeli itu dengan harga yang lebih tinggi dari penawarannya.&quot; Semua itu dilarang oleh beliau s.a.w. Tidak lain kepentingannya agar kita sesama makhluk Allah ini dapat hidup rukun dan damai. Hal ini bukan hanya untuk digunakan antara seorang menghadapi orang lain, tetapi juga antara golongan dengan golongan lainnya, juga antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Kalau saja ini dilaksanakan, rasanya tidak perlu lagi membicarakan bagaimana perdamaian dunia dapat diciptakan, sebab masing-masing dapat menghormati yang lainnya. Jikalau ajaran di atas itu harus digunakan untuk umum, tanpa pandang bulu, kebangsaan, agama, faham pribadi dan lain-lain maka yang di bawah ini ditekankan oleh Rasulullah s.a.w., terutama sekali antara kita sesama umat Islam, yaitu seorang Muslim wajiblah menunjukkan sikap persaudaraan terhadap Muslim lainnya tanpa memandang golongannya, bermazhab atau tidaknya, kepartaiannya dan lain-lain lagi. Maka itu kita semua diperintah oleh Rasulullah s.a.w. jangan sampai melakukan: Menganiaya, lebih-lebih merampas haknya. Membiarkan kawannya, padahal memerlukan pertolongan, nasihat dan lain-lain sebagainya. Mendustai. Menghina. Singkatnya semua itu wajib didasarkan kepada taqwallah yang ditunjukkan oleh beliau s.a.w. bahwa letak taqwa itu bukan di bibir, bukan dengan pernyataan terbuka atau tertulis, bukan dengan ucapan yang kosong melompong, tetapi letaknya ialah di dalam hati lalu dicetuskan dalam tindakan yang nyata. Oleh sebab itu dianggap demikian pentingnya, sehingga beliau s.a.w. mengucapkan taqwa tadi dengan menunjukkan letaknya yaitu di dalam dada atau hati dan itu diulanginya sampai tiga kali berturut-turut. Akhirnya Rasulullah s.a.w. menegaskan bahwa seorang itu cukup disebut orang jahat kalau sampai menghinakan sesama Muslimnya dengan cara apapun juga seperti perkataan, isyarat tangan, cibiran bibir dan lain-lain ataupun dengan dalih atau alasan apapun. Juga antara seorang Muslim dengan Muslim lainnya itu sama sekali diharamkan mengalirkan darahnya, merampas haknya atau merusak kehormatannya. Kalau saja ajaran agama ini tidak dilaksanakan, mustahillah kalau umat Islam akan dapat merebut kejayaannya sebagaimana nenek moyangnya dahulu. Bukan mustahil lagi, tetapi yakin akan dapat diperoleh. Ada satu hal yang perlu dimaklumi, sehubungan dengan larangan yang berbunyi: &quot;Jangan kamu semua menjual atas jualannya orang lain&quot;. Pertanyaannya ialah: Apakah menjual cara lelang itu haram? Jual lelang itu maksudnya ialah menunjukkan suatu benda lalu ditawarkan kepada orang banyak. Seorang menawar lalu ada yang menambah dengan harga lebih tinggi, orang lain lagi menambahnya pula. Demikian sampai tidak ada yang mengatasinya, kemudian benda itu diberikan kepada orang yang menawar dengan harga tertinggi. Hukum lelang itu dalam Islam diperbolehkan dan bukan haram, dengan berdasarkan suatu Hadis yang mengisahkan perbuatan Rasulullah s.a.w. sendiri, yaitu: Suatu ketika datanglah seorang yang sedang dalam kesukaran hidup kepada Nabi s.a.w. untuk meminta sesuatu kepadanya, tetapi beliau s.a.w. menolaknya karena memang tidak ada yang dapat diberikan padanya. Orang itu mengatakan bahwa ia masih mempunyai dua benda yang dapat dijual, yaitu lapik pelana dan gelas minum. Keduanya dibawa ke tempat Nabi s.a.w. lalu ditawarkan kepada sahabat-sahabatnya demikian: &quot;Siapakah yang suka membeli lapik kuda dan gelas ini?&quot; Kemudian ada seorang yang berkata: &quot;Saya suka mengambil (membeli) kedua benda itu dengan harga sedirham. Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: &quot;Siapakah yang suka menambah dengan sedirham?&quot; Orang-orang sama berdiam diri. Lalu beliau s.a.w. bertanya lagi seperti di atas. Selanjutnya ada seorang yang berkata: &quot;Saya suka mengambil (membeli) keduanya dengan harga dua dirham.&quot; Rasulullah lalu bersabda: &quot;Kedua benda ini milikmu.&quot; Jadi cara jual beli lelangan bukannya termasuk larangan sebagaimana di atas. Maka hukumnya boleh dilakukan.&nbsp;237. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Tidaklah sempurna keimanan seorang dari engkau semua itu, sehingga ia mencintai untuk diterapkan kepada saudaranya sebagaimana ia mencintai kalau itu diterapkan untuk dirinya sendiri.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;238. Dari Anas r.a. juga, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tolonglah saudaramu itu, baik ia sebagai orang yang menganiaya atau yang dianiaya.&quot; Ada seorang lelaki bertanya: &quot;Ya Rasulullah, saya dapat menolongnya jikalau ia memang dianiaya. Tetapi bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau ia sebagai orang yang menganiaya? Bagaimanakah cara saya menolongnya itu?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Hendaklah ia engkau cegah atau engkau larang dari perbuatan penganiayaannya itu, sebab demikian itulah cara menolongnya.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;239. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Haknya seorang Muslim terhadap orang Muslim yang lain itu ada lima perkara yaitu menjawab salam, meninjau yang sakit, mengikuti jenazahnya, mengabulkan undangannya dan bertasymit kepada yang bersin -yakni kalau seorang bersin dan mengucapkan Alhamdulillah, maka yang mendengar hendaklah mentasymitkan -mendoakan- dengan mengucapkan: Yarhamukallah, artinya: Semoga Allah merahmatimu, kemudian yang bersin itu menjawab: Yahdikumullah wa yushlihu balakum, artinya: Semoga Allah memberi petunjuk padamu dan memperbaiki hatimu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian: &quot;Hak seorang Muslim terhadap orang Muslim lainnya itu ada enam perkara, yaitu jikalau engkau bertemu dengannya, maka berilah salam kepadanya, jikalau ia mengundangmu, maka kabulkanlah undangannya, jikalau ia meminta nasihat kepadamu, maka berilah ia nasihat, jikalau ia bersin kemudian mengucapkan Alhamdulillah, maka tasymitkanlah ia, jikalau ia sakit, tinjaulah ia dan jikalau ia meninggal dunia, maka ikutilah jenazahnya.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;240. Dari Abu Umarah, yaitu al-Bara' bin 'Azib radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. menyuruh kita melakukan tujuh perkara dan melarang kita tujuh perkara pula. Kita semua diperintah meninjau orang sakit, mengikuti jenazah, mentasymitkan orang yang bersin, menuruti orang yang bersumpah -misalnya seorang berkata kepada kita: Demi Allah, hendaklah engkau begini, maka orang yang diminta melakukannya itu supaya meluluskan permintaannya, menolong orang yang dianiaya, mengabulkan undangan orang yang mengundang, serta menyebarkan salam -kepada orang yang sudah dikenal atau yang belum dikenal. Beliau s.a.w. melarang kita mengenakan cincin yakni bercincin emas -untuk kaum lelaki-, minum dengan wadah yang terbuat dari perak, hiasan-hiasan sutera merah -ini kebiasaannya saja, jadi selain sutera merah dilarang pula untuk kaum lelaki, juga mengenakan baju sutera campur katun, lagi pula mengenakan sutera istabraq -sutera tebal- dan dibaj -umumnya sutera murni.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Dalam suatu riwayat disebutkan: &quot;Diperintahkan pula mengumumkan benda yang hilang.&quot; Ini ditambahkan dalam golongan tujuh yang pertama yakni yang diperintahkan. Almayatsir, dengan ya' mutsannat [24]di bawah sebelumnya ada alifnya dan tsa' mutsallatsah sesudahnya, adalah jamak dari kata maitsarah. Artinya ialah sesuatu hiasan yang dibuat dari sutera dan di isi dengan kapuk ataupun lain-lainnya, lalu diletakkan di tempat kenaikan kuda atau tempat duduk di unta yang di situlah pengendaranya duduk. Alqassiy dengan fathah qafnya dan dikasrahkan sin muhmalah [25] yang disyaddah, artinya ialah pakaian yang dibuat sebagai tenunan dari sutera dan katun yang dicampurkan. Insyadudh-dhallah, yaitu mengumumkan sesuatu yang hilang, untuk dikembalikan kepada pemiliknya.&nbsp;Catatan Kaki:&nbsp;[23] Jadi yang sudah bershalat Subuh dan dengan sendirinya mengerjakan shalat fardhu lain-lain yang diwajibkan yaitu dengan Subuhnya sekali berjumlah lima waktu itu, jangan sampai berbual -berkata- suatu keburukan yang berupa apapun. Sebabnya ialah dengan berbuat keburukan yang bagaimanapun macamnya adalah sebagai suatu penghinaan pada shalatnya sendiri yang semestinya dapat mencegah segala kejahatan dan kemungkaran. Oleh sebab itu besar sekali siksaan Allah padanya, jika orang yang sudah bershalat itu masih juga berani melakukan hal-hal yang berdosa itu. &nbsp;&nbsp;[24] &quot;Mutsannat&quot;, artinya bertitik dua, adakalanya: Minfawqu (di atas lalu menjadi ta') dan adakalanya: Min tahtu (di bawafi lalu menjadi ya'). &quot;Mutsailatsah&quot;, artinya bertitik tiga, sedang &quot;Muwahhadah&quot;, artinya bertitik satu. Ini dua macam, jika di atas lalu menjadi ba' dan jika di bawah lalu menjadi nun.&nbsp; [25] &quot;Muhmalah&quot;, artinya dikosongkan, maksudnya tidak bertitik. Kebalikannya ialah &quot;Mu'jamah,&quot; yaitu bertitik. &quot;Musyaddadah,&quot; artinya disyaddahkan, sedang kebalikannya ialah &quot;Mukhaffafah,&quot; artinya tidak disyaddahkan. Arti aslinya musyadadah itu di beratkan dan mukhaffafah itu diringankan.&nbsp; (HR.riyadhus_shalihin : 27)
No Hadist 28

28 - باب ستر عورات المسلمين والنهي عن إشاعتها لغير ضرورة قَالَ الله تَعَالَى: {إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَة} [النور: 19].<br>240 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لاَ يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا في الدُّنْيَا إلاَّ سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ القِيَامَةِ». رواه مسلم. 241 - وعنه، قَالَ: سمعت رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: «كُلُّ أُمَّتِي مُعَافَى إلاَّ المُجَاهِرِينَ ، وَإنَّ مِنَ المُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبحُ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيهِ، فَيقُولُ: يَا فُلانُ، عَمِلتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصبحُ يَكْشِفُ ستْرَ اللهِ عَنْه». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 242 - وعنه، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إِذَا زَنَتِ الأَمَةُ فَتَبيَّنَ زِنَاهَا فَلْيَجْلِدْهَا الحَدَّ، وَلاَ يُثَرِّبْ عَلَيْهَا، ثُمَّ إنْ زَنَتِ الثَّانِيَةَ فَلْيَجْلِدْهَا الحَدَّ، وَلا يُثَرِّبْ عَلَيْهَا، ثُمَّ إنْ زَنَتِ الثَّالِثَةَ فَلْيَبِعْهَا وَلَوْ بِحَبْل مِنْ شَعَر». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. «التثريب»: التوبيخ. 243 - وعنه، قَالَ: أُتِيَ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - برجل قَدْ شَرِبَ خَمْرًا، قَالَ: «اضْربُوهُ» قَالَ أَبُو هريرة: فَمِنَّا الضَّارِبُ بِيَدِهِ، والضَّارِبُ بِنَعْلِهِ، وَالضَّارِبُ بِثَوبِهِ. فَلَمَّا انْصَرَفَ، قَالَ بَعضُ القَومِ: أخْزَاكَ الله، قَالَ: «لا تَقُولُوا هكَذَا، لاَ تُعِينُوا عَلَيهِ الشَّيْطَانَ». رواه البخاري.

Bab 28. Menutupi Cela-Cela Kaum Muslimin Dan Melarang Untuk Menyiar-nyiarkannya Tanpa Adanya Kepentingan Darurat &nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Sesungguhnya orang-orang yang suka jikalau keburukan itu merata -tersebar- di kalangan orang-orang yang beriman, maka orang-orang yang bersikap demikian itu akan memperoleh siksa yang pedih, baik di dunia maupun di akhirat.&quot;&nbsp;241. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: &quot;Tiada seorang hambapun yang menutupi cela seorang hamba yang lainnya di dunia, melainkan ia akan ditutupi celanya oleh Allah pada hari kiamat.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;242. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: &quot;Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Setiap umatku itu dimaafkan, kecuali orang-orang yang menampak-nampakkan -kejahatannya sendiri-. Sesungguhnya setengah dari cara menampakkan -keburukan sendiri- itu ialah jikalau seorang melakukan sesuatu perbuatan -dosa- di waktu malam, kemudian berpagi-pagi, sedangkan Allah telah menutupi keburukannya itu, tiba-tiba ia berkata -pada pagi harinya itu-: &quot;Hai Fulan, saya tadi malam melakukan demikian, demikian.&quot; Orang itu semalaman telah ditutupi oleh Allah celanya, tetapi pagi-pagi ia membuka tutup Allah yang diberikan kepadanya itu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;243. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Jikalau seorang Amah -hamba sahaya wanita- itu berzina, kemudian benar-benar nyata zinanya itu, maka hendaklah ia dijalad -dicambuk sebanyak lima puluh kali pukulan dengan cemeti- sesuai dengan had yang ditentukan dan jangan mengolok-oloknya -setelah dihukum-. Kemudian jikalau ia berzina lagi, maka jaladlah pula sebagai hadnya dan jangan pula diperolok-olokkan. Selanjutnya jikalau ia berzina untuk ketiga kalinya, maka hendaklah ia dijual saja -dengan menunjukkan perilakunya yang tercela kepada calon pembelinya- sekalipun dengan harga sebanding dengan seutas tali dari rambut.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;244. Dari Abu Hurairah r.a. lagi, katanya: &quot;Nabi s.a.w. didatangi oleh sahabat-sahabatnya dengan membawa seorang lelaki yang telah minum arak. Kemudian beliau bersabda: &quot;Pukullah ia -sebagai hadnya-.&quot; Abu Hurairah berkata: &quot;Di antara kita ada yang memukul orang itu dengan tangannya, ada pula yang memukulnya dengan terompah -sandal- nya, bahkan ada yang memukulnya dengan pakaiannya. Setelah orang itu pergi, lalu sebagian orang banyak itu ada yang berkata: &quot;Semoga engkau dihinakan oleh Allah.&quot; Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Jangan berkata demikian itu, janganlah engkau semua memberikan pertolongan kepada syaitan -dengan menghinanya, sehingga ia menjadi ingin minum arak lagi-.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 28)
No Hadist 29

29 - باب قضاء حوائج المسلمين قَالَ الله تَعَالَى: {وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [الحج: 77].<br>244 - وعن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «المُسْلِمُ أخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يُسْلِمُهُ. مَنْ كَانَ في حَاجَةِ أخِيه، كَانَ اللهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كرَبِ يَومِ القِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَومَ القِيَامَةِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 245 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُربَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّر عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، واللهُ في عَونِ العَبْدِ مَا كَانَ العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَريقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَريقًا إِلَى الجَنَّةِ. وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ في بَيت مِنْ بُيُوتِ اللهِ تَعَالَى، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ المَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ الله فِيمَنْ عِندَهُ. وَمَنْ بَطَّأ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِع بِهِ نَسَبُهُ ». رواه مسلم .

Bab 29. Menyampaikan Hajat-hajatnya Kaum Muslimin&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan lakukanlah perbuatan baik, tentulah engkau semua akan berbahagia.&quot; (al-Haj: 77)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan apa saja kebaikan yang engkau semua lakukan, maka sesungguhnya Allah itu Maha mengetahuinya.&quot; (al-Baqarah: 215)&nbsp;245. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Seorang Muslim itu adalah saudaranya orang Muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya -kepada musuh-. Barangsiapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, maka Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seorang Muslim akan satu kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seorang Muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;246. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: &quot;Barangsiapa yang melapangkan suatu kesusahan dari beberapa kesusahan seorang Mu'min di dunia, maka Allah akan melapangkan untuknya suatu kesusahan dari berbagai kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada seorang yang kesukaran, maka Allah akan memberikan kemudahan padanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi cela seorang Muslim, maka Allah akan menutupi celanya di dunia dan di akhirat. Allah itu selalu memberikan pertolongan kepada hambaNya, selama hamba itu suka memberikan pertolongan kepada saudaranya. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju ke Syurga. Tiadalah sesuatu kaum itu berkumpul dalam sebuah rumah dari rumah-rumah Allah -yakni masjid-, untuk membacakan kitab Allah -yakni al-Qur'an- juga mentadarusnya antara mereka itu -membaca secara bergantian-, melainkan turunlah kepada mereka ketenangan hati, ditutupi oleh kerahmatan Tuhan, juga diliputi oleh para malaikat dan Allah menyebutkan -membicarakan- mereka itu di kalangan makhluk yang ada di sisiNya. Barangsiapa yang diperlambatkan oleh amalan-nya sendiri, maka ia tidak akan dipercepatkan oleh keturunan darahnya -yakni bahwa kebahagiaan itu tergantung pada amalan diri sendiri dan bukan karena darah ningrat atau keturunan-.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;Keterangan:Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hadis ini ialah: Memudahkan artinya memberi pertolongan. Maka dengan jelas sekali dalam hadis ini betapa utamanya memberikan pertolongan untuk menyampaikan hajat kebutuhan kaum Muslimin, baik yang berupa ilmu pengetahuan, harta, derajat, nasihat atau menunjukkannya ke arah kebaikan. Juga pertolongan yang berupa tenaga atau doa yang ditujukan agar saudaranya sesama Muslim itu tercapai maksudnya. Menempuh jalan artinya baikpun berjalan betul-betul untuk mencari ilmu itu misalnya pergi ke sekolah, pondok pesantren dan lain-lain atau mencari jalan semacam kiasan, misalnya belajar sendiri menelaah kitab-kitab agama dan lain-lain sebagainya. Rumah Allah misalnya masjid, madrasah, majelis dzikir dan sebagainya. Orang yang suka melakukan ini (yakni berkumpul lalu belajar yang tak dimengerti atau mengajarkan yang sudah diketahui), orang tersebut akan mendapat ketenangan hati, dilimpahi rahmat Allah, dikerumuni malaikat karena gembira melihat orang yang sedemikian itu dan oleh Allah disebut-sebut akan dimasukkan dalam golongan hambaNya yang sangat taqarrub (mendekat) dan sangat taat padaNya, seperti para malaikat dan sekalian Nabi, sebab bangga melihat perbuatan hambaNya yang baik itu dan mengagumkan sebutannya. Inilah hadis yang menunjukkan keutamaan membaca al-Quran secara bersama-sama atau tadarus. Orang yang sedikit amal kebaikannya, tentu tidak dapat mencapai tingkat kesempurnaan taqwa hanya dengan menonjol-nonjolkan keturunannya saja. Allah berfirman: &quot;Sesungguhnya orang yang termulia diantara engkau sekalian itu adalah orang yang paling taqwa.&quot; Dan lagi Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Datangiah padaku besok pada hari kiamat dengan amal perbuatanmu, tidak dengan keturunanmu. Sesungguhnya aku tidak akan dapat memberikan pertolongan padamu semua dari siksa Allah itu sedikitpun (dengan membanggakan keturunan-keturunan itu).&quot; (HR.riyadhus_shalihin : 29)
No Hadist 30

30 - باب الشفاعة قَالَ الله تَعَالَى: {مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا} [النساء: 85].<br>246 - وعن أَبي موسى الأشعري - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أتاهُ طَالِبُ حَاجَةٍ أقبَلَ عَلَى جُلَسَائِهِ، فَقَالَ: «اشْفَعُوا تُؤْجَرُوا، وَيَقْضِي الله عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ مَا أحَبَّ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وفي رواية: «مَا شَاءَ». 247 - وعن ابن عباس رضي الله عنهما في قِصَّةِ برِيرَةَ وَزَوْجِهَا، قَالَ: قَالَ لَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «لَوْ رَاجَعْتِهِ؟» قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ تَأمُرُنِي؟ قَالَ: «إنَّمَا أَشْفَع» قَالَتْ: لاَ حَاجَةَ لِي فِيهِ. رواه البخاري.

Bab 30. Syafaat&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan barangsiapa yang memberikan pertolongan berupa kebaikan, maka tentulah ia akan memperoleh bagian daripadanya.&quot; (an-Nisa':85)&nbsp;247. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. itu apabila didatangi oleh seseorang yang meminta hajat, maka beliau menghadapi semua kawan-kawan duduknya, kemudian bersabda: &quot;Berilah pertolongan padanya, sesungguhnya engkau semua mendapatkan pahala dan Allah akan memutuskan apa-apa yang disenanginya atas lisan nabiNya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam suatu riwayat lain disebutkan: &quot;Apa-apa yang dikehendakinya,&quot; -sebagai ganti 'apa-apa yang disenanginya'-.&nbsp;248. Dari Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma, dalam menguraikan kisah Barirah dan istrinya, ia berkata: &quot;Nabi s.a.w. bersabda: Alangkah baiknya kalau engkau -wanita- suka kembali baik kepadanya -yakni suaminya-, sebab kedua suami istri itu timbul perselisihan lalu bercerai. Barirah berkata: &quot;Ya Rasulullah, apakah Tuan memerintahkan itu padaku?&quot; Beliau s.a.w. menjawab: &quot;Saya hanyalah hendak memberikan pertolongan menganjurkan -yakni saran saja-.&quot; Wanita itu lalu berkata: &quot;Saya tidak berhajat lagi padanya.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 30)