Board Of Scholors

Our Scholar Whose Knowledge Is Useful For Others

No Hadist 81

81 - باب النهي عن سؤال الإمارة واختيار ترك الولايات إذا لَمْ يتعين عليه أَوْ تَدْعُ حاجة إِلَيْهِ قَالَ الله تَعَالَى: {تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُريدُونَ عُلوًّا في الأَرْضِ وَلاَ فَسَادًا وَالعَاقِبَةُ للمُتَّقِينَ} [القصص: 83].<br>673 - وعن أَبي سعيدٍ عبدِ الرحمانِ بن سَمُرَة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ لي رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «يَا عَبْدَ الرَّحْمن بن سَمُرَةَ، لاَ تَسْأَلِ الإمَارَةَ؛ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْألَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا، وَإنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْألَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا، وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ، فَرَأيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا، فَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ وَكَفِّرْ عَنْ يَمِينكَ». متفقٌ عَلَيْهِ. 674 - وعن أَبي ذرٍّ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «يَا أَبَا ذَرٍّ، إنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا، وَإنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي. لاَ تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ، وَلاَ تَوَلَّيَنَّ مَالَ يَتِيمٍ». رواه مسلم . 675 - وعنه، قَالَ: قُلْتُ: يَا رسول الله، ألا تَسْتَعْمِلُني؟ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبي، ثُمَّ قَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ، إنَّكَ ضَعِيفٌ، وَإِنَّها أَمَانَةٌ، وَإنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا». رواه مسلم. 676 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الإمَارَةِ، وَسَتَكونُ نَدَامَةً يَوْمَ القِيَامَةِ». رواه البخاري.

Bab 81. Dilarang Meminta Jabatan Untuk Memegang Pemerintahan, Memilih Meninggalkan Kekuasaan Jikalau Tidak Ditentukan Untuk Itu Atau Karena Ada Hajat -Kepentingan- Padanya&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman, &quot;Perumahan akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menghendaki berbuat kesombongan di bumi dan pula tidak membuat kerusakan dan penghabisan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertaqwa.&quot; (al-Qashash: 83)&nbsp;672. Dari Abu Said, yaitu Abdur Rahman bin Samurah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: &quot;Hai Abdur Rahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan amir -penguasa negara-, sebab jikalau engkau diberi tanpa adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan diberi pertolongan oleh Allah dalam memegang jabatan itu, tetapi jikalau engkau diberi dengan sebab adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan dipalingkan dari pertolongan Allah. Jikalau engkau bersumpah atas sesuatu yang disumpahkan, kemudian engkau mengetahui sesuatu yang selainnya itu lebih baik daripada apa yang engkau sumpahkan tadi, maka datangilah -yakni laksanakanlah- apa-apa yang lebih baik tadi serta bayarlah kaffarah -denda- karena sumpahmu itu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;673. Dari Abu Zar r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Hai Abu Zar, sesungguhnya saya melihat engkau itu adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya saya mencintai untukmu sesuatu yang saya cintai untukku sendiri. Janganlah engkau menjadi seorang amir -pemegang kekuasaan atau hakim- atas dua orang -maksudnya sekalipun yang diperintah itu hanya sedikit dan diibaratkan dua orang, jangan menjadi penguasa atau yang membawahi mereka- dan jangan pula engkau mendekati harta anak yatim -sehingga engkau pakai untuk keperluanmu sendiri-.&quot; (Riwayat Muslim)&nbsp;674. Dari Abu Zar r.a. pula, katanya: &quot;Saya berkata: &quot;Ya Rasulullah, tidakkah Tuan suka menggunakan saya -yakni mengangkat saya sebagai seorang petugas negara-.&quot; Beliau s.a.w. lalu menepuk bahuku dengan tangannya, lalu bersabda: &quot;Hai Abu Zar, sesungguhnya pada hari kiamat engkau adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya jabatan pemerintahan itu adalah sebagai amanat dan sebenarnya jabatan sedemikian itu adalah merupakan kerendahan serta penyesalan -pada hari kiamat- bagi orang yang tidak dapat menunaikan amanatnya, kecuali seorang yang mengambil amanat itu dengan hak sebagaimana mestinya dan menunaikan apa yang dibebankan atas dirinya perihal amanat yang dipikulkan tadi. (Riwayat Muslim)&nbsp;675. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya engkau semua itu akan bersifat loba -serakah- untuk memperoleh jabatan sebagai penguasa negara dan jabatan sedemikian itu akan menyebabkan adanya penyesalan pada hari kiamat.&quot; (Riwayat Bukhari) (HR.riyadhus_shalihin : 81)
No Hadist 82

82 - باب حث السلطان والقاضي وغيرهما من ولاة الأمور عَلَى اتخاذ وزير صالح وتحذيرهم من قرناء السوء والقبول منهم قَالَ الله تَعَالَى: {الأَخِلاَّءُ يَوْمَئذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ المُتَّقِينَ} [الزخرف: 67].<br>677 - وعن أَبي سعيدٍ وأبي هريرة رضي الله عنهما: أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «مَا بَعَثَ اللهُ مِنْ نَبِيٍّ، وَلاَ اسْتَخْلَفَ مِنْ خَليفَةٍ إِلاَّ كَانَتْ لَهُ بِطَانَتَانِ: بِطَانَةٌ تَأمُرُهُ بالمَعْرُوفِ وتَحُضُّهُ عَلَيْهِ، وَبِطَانَةٌ تَأمُرُهُ بالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ، وَالمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللهُ». رواه البخاري. 678 - وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «إِذَا أرَادَ اللهُ بِالأَمِيرِ خَيْرًا، جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صدقٍ، إنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ، وَإنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ، وَإِذَا أَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ، إنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ، وَإنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ». رواه أَبُو داود بإسنادٍ جيدٍ عَلَى شرط مسلم.

Bab 82. Memerintah Sultan Atau Qadhi Dan Lain-lainnya Dari Golongan Pemegang Pemerintahan Supaya Mengangkat Wazir -Pembantu- Yang Baik Dan Menakut-nakuti Mereka Dari Kawan-kawan Yang Jahat Serta Menerima -Membenarkan- Keterangan Mereka Itu&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.&quot; (az-Zukhruf: 67)&nbsp;676. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah dan tidak pula Allah mengangkat seorang khalifah, melainkan Nabi atau khalifah itu mempunyai dua golongan -yang bertentangan-. Golongan yang satu menyuruhnya untuk mengerjakan kebaikan dan mengajaknya melaksanakan sedemikian itu sedang golongan yang satunya lagi menyuruhnya mengerjakan kejahatan dan mengajaknya melaksanakan sedemikian itu. Orang yang terjaga ialah yang dipelihara -niat, ucapan dan perbuatannya- oleh Allah.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;677. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Apabila Allah itu menghendaki kepada seorang amir -penguasa negara- menjadi baik, maka Allah membuat untuknya wazir -atau pembantu- yang benar. Jikalau amir itu lupa dari melaksanakan kebaikan, maka wazir itu mengingatkannya dan jikalau amir itu ingat -untuk melakukan kebaikan-, maka wazir itu memberikan pertolongannya. Tetapi apabila Allah menghendaki kepada seorang amir menjadi yang selain itu -yakni menjadi amir yang jelek-, maka Allah membuat untuknya wazir yang jelek pula. Jikalau amir itu lupa -dari melaksanakan kebaikan-, maka wazir itu tidak suka mengingatkannya dan jikalau amir itu telah ingat -untuk melaksanakan kebaikan-, maka wazir itupun tidak suka memberikan pertolongan padanya.&quot; Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik menurut syaratnya Imam Muslim. (HR.riyadhus_shalihin : 82)
No Hadist 83

83 - باب النهي عن تولية الإمارة والقضاء وغيرهما من الولايات لمن سألها أَوْ حرص عليها فعرَّض بها 679 - عن أَبي موسى الأشعريِّ - رضي الله عنه - قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - أنَا وَرَجُلانِ مِنْ بَنِي عَمِّي، فَقَالَ أحَدُهُمَا: يَا رسول الله، أمِّرْنَا عَلَى بَعْض مَا ولاَّكَ اللهُ - عز وجل - وقال الآخَرُ مِثلَ ذَلِكَ، فَقَالَ: «إنَّا وَاللهِ لاَ نُوَلِّي هَذَا العَمَلَ أَحَدًا سَألَهُ، أَوْ أحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ». متفقٌ عَلَيْهِ.

Bab 83. Melarang Memberikan Jabatan Sebagai Amir -Penguasa Negara- Ataupun Kehakiman Dan Lain-lainnya Dari Jabatan-jabatan Pemerintahan Negara Kepada Orang Yang Memintanya Atau Tamak -Berambisi- Untuk Memperolehnya, Lalu Menawarkan Diri Untuk Jabatan Itu&nbsp;&nbsp;678. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: &quot;Saya masuk ke tempat Nabi s.a.w. bersama dua orang dari kemenakanku, salah seorang dari dua orang ini berkata: &quot;Ya Rasulullah, berikanlah kepada kita jabatan sebagai amir -penguasa negara- untuk memerintah sebagian daerah yang dikuasakan oleh Allah 'Azzawajalla pada Tuan.&quot; Orang yang satunyapun berkata demikian, lalu beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya kami ini, demi Allah, tidak akan memberikan kekuasaan untuk memegang suatu tugas kepada seseorang yang memintanya ataupun seorang yang tamak -loba atau serakah- untuk memperolehnya.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 83)
No Hadist 84

(1) - كتَاب الأدَب 84 - باب الحياء وفضله والحث على التخلق به 680 - عن ابن عمر رضي الله عنهما: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - مَرَّ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأنْصَار وَهُوَ يَعِظُ أخَاهُ في الحَيَاءِ، فَقَالَ رسولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم: «دَعْهُ، فَإنَّ الْحَيَاءَ مِنَ الإيمَانِ». متفقٌ عَلَيْهِ. 681 - وعن عمران بن حصينٍ رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم: «الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ». متفقٌ عَلَيْهِ. وفي رواية لمسلمٍ: «الحياءُ خَيْرٌ كُلُّهُ» أَوْ قَالَ: «الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ». 682 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الإيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً: فَأفْضَلُهَا قَوْلُ: لاَ إلهَ إِلاَّ الله، وَأدْنَاهَا إمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمَانِ». متفقٌ عَلَيْهِ. «البِضْعُ» بكسر الباءِ ويجوز فتحها: وَهُوَ مِنَ الثَّلاَثَةِ إِلَى الْعَشَرَةِ. وَ «الشُّعْبَةُ»: القِطْعَةُ وَالْخَصْلَةُ. وَ «الإمَاطَةُ»: الإزَالَةُ. وَ «الأَذَى»: مَا يُؤْذِي كَحَجَرٍ وشوك وَطِينٍ ورماد وَقَذَرٍ وَنَحْو ذَلِكَ. 683 - وعن أَبي سعيدٍ الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ في خِدْرِهَا، فَإذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ في وَجْهِه. متفقٌ عَلَيْهِ. قَالَ العلماءُ: حَقِيقَةُ الحَيَاءِ خُلُقٌ يَبْعَثُ عَلَى تَرْكِ القَبِيحِ، وَيَمْنَعُ مِنَ التَّقْصِيرِ في حَقِّ ذِي الحَقِّ. وَرَوَيْنَا عَنْ أَبي القاسم الْجُنَيْدِ رَحِمَهُ اللهُ، قَالَ: الحَيَاءُ: رُؤيَةُ الآلاءِ - أيْ النِّعَمِ - ورُؤْيَةُ التَّقْصِيرِ، فَيَتَوَلَّدُ بَيْنَهُمَا حَالَةٌ تُسَمَّى حَيَاءً . وَالله أعلم.

Bab 84. Malu Dan Keutamaannya Dan Menganjurkan Untuk Berakhlak Dengan Sifat Malu Itu&nbsp;&nbsp;679. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui seorang lelaki dari golongan kaum Anshar dan ia sedang menasihati saudaranya tentang hal sifat malu. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Biarkanlah ia, sebab sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Keterangan:Malu itu ada yang baik dan ada yang jelek. Malu menjalani sesuatu kemungkaran dan kemaksiatan atau umumnya larangan agama atau hal-hal yang syubhat adalah terpuji dan sangat baik. Tetapi malu menjalankan ketaatan kepada Allah, misalnya malu shalat karena baru saja menyadari kebenaran beragama, malu pergi ke masjid, malu kalau tidak suka diajak berdansa-dansi, malu kalau menolak berjabatan tangan dengan wanita (bagi seorang lelaki), semuanya itu adalah tercela dan tidak ada kebaikannya sama sekali. Dalam hal ini ada sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari yang diterima dari Abu Mas'ud yaitu Uqbah al-Anshari, mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya diantara hal-hal yang ditemui (didapatkan) dari ucapan kenubuwatan yang pertama ialah: Apabila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki.&quot; Adapun hadis di atas itu mengandung pengertian sebagai ancaman atau untuk menakut-nakuti pada seorang yang hendak berbuat semau-maunya. Jadi maksudnya ialah: &quot;Kalau kamu tidak malu kepada Allah dalam melakukan kemungkaran dan kemaksiatan itu, terserahlah, kamu boleh melakukan apa-apa yang kamu inginkan dan sesuka hatimulah. Tetapi ingatlah bahwa setiap sesuatu itu ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat.&quot; Ada pula sebagian alim ulama yang berpendapat bahwa maksud hadis di atas itu adalah untuk menunjukkan kebolehan sesuatu kelakuan. Jelasnya: &quot;Kalau kamu hendak melakukan sesuatu, sekiranya kamu tidak malu kepada Allah dan para manusia, sebab memang bukan larangan agama, baik sajalah kamu lakukan. Tetapi sekalipun agama membolehkan, kalau kamu malu, tidak kamu lakukanpun baik juga jikalau hal itu termasuk sesuatu yang mubah (yakni bukan hal yang wajib atau sunnah). Jadi baik dilakukan atau ditinggalkan sama saja bolehnya.&quot;&nbsp;680. Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Muslim disebutkan: &quot;Sifat malu itu baik seluruh akibatnya.&quot; Atau beliau s.a.w. bersabda: &quot;Malu itu semuanya baik akibatnya.&quot; Yang dimaksud itu ialah malu mengerjakan kejahatan atau hal-hal yang tidak sopan menurut pandangan umum. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama.&nbsp;681. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Keimanan itu ada tujuh puluh lebih -tiga sampai sembilan- atau keimanan itu cabangnya ada enam puluh lebih -tiga sampai sembilan-. Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, ranting, paku, kayu, tumpahan minyak oli, lumpur, abu kotoran dan lain-lain sebagainya- dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;682. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat persembunyiannya -yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya-. Ia -perawan tersebut- amat sangat malu kepada suaminya itu. Jikalau beliau s.a.w. melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya.&quot; (Muttafaq 'alaih) Para alim ulama berkata: &quot;Hakikat sifat malu itu ialah suatu budi pekerti yang menyebabkan seorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan menyebabkan ia tidak mau lengah untuk menunaikan haknya seorang yang mempunyai hak.&quot; Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al-Junaid rahimahullah, katanya: &quot;Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu tumbuhlah diantara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan yang dinamakan sifat malu.&quot; Wallahu a'lam. (HR.riyadhus_shalihin : 84)
No Hadist 85

85 - بابُ حفظ السِّر قَالَ الله تَعَالَى: {وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولًا} [الإسراء: 34]. 684 - وعن أَبي سعيد الخدري - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «إنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ القِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى الْمَرْأةِ وتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا». رواه مسلم. 685 - وعن عبدِ الله بن عمر رضي الله عنهما: أنَّ عمرَ - رضي الله عنه - حِيْنَ تأيَّمَتْ بِنْتُهُ حَفْصَةُ، قَالَ: لَقِيتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفّانَ - رضي الله عنه - فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَفْصَةَ، فَقُلْتُ: إنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفْصَةَ بِنْتَ عُمَرَ؟ قَالَ: سأَنْظُرُ فِي أمْرِي. فَلَبِثْتُ لَيَالِيَ ثُمَّ لَقِيَنِي، فَقَالَ: قَدْ بَدَا لِي أَنْ لاَ أتَزَوَّجَ يَوْمِي هَذَا. فَلَقِيتُ أَبَا بَكْرٍ - رضي الله عنه - فقلتُ: إنْ شِئْتَ أَنْكَحْتُكَ حَفْصَةَ بنْتَ عُمَرَ، فَصَمتَ أَبُو بَكْرٍ - رضي الله عنه - فَلَمْ يَرْجِعْ إلَيَّ شَيْئًا! فَكُنْتُ عَلَيْهِ أَوْجَدَ مِنِّي عَلَى عُثْمَانَ، فَلَبِثَ لَيَالِيَ ثُمَّ خَطَبَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - فَأنْكَحْتُهَا إيَّاهُ. فَلَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ، فَقَالَ: لَعَلَّكَ وَجَدْتَ عَلَيَّ حِيْنَ عَرَضْتَ عَلَيَّ حَفْصَةَ فَلَمْ أرْجِعْ إِلَيْكَ شَيْئًا؟ فقلتُ: نَعَمْ، قَالَ: فَإنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أرْجِعَ إِلَيْك فِيمَا عَرَضْتَ عَلَيَّ إِلاَّ أنِّي كُنْتُ عَلِمْتُ أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - ذَكَرَهَا، فَلَمْ أكُنْ لأُفْشِيَ سِرَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَلَوْ تَرَكَهَا النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - لَقَبِلْتُهَا. رواه البخاري. «تَأَيَّمَتْ» أيْ: صَارَتْ بِلاَ زَوْجٍ، وَكَانَ زَوْجُهَا تُوُفِّيَ - رضي الله عنه. «وَجَدْتَ»: غَضِبْتَ. 686 - وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: كُنَّ أزْوَاجُ النَّبيِّ - صلى الله عليه وسلم - عِنْدَهُ، فَأقْبَلَتْ فَاطِمَةُ رضي الله عنها تَمْشِي، مَا تُخْطِئُ مِشيتُها مِنْ مشْيَةِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - شَيْئًا، فَلَمَّا رَآهَا رَحَّبَ بِهَا، وقال: «مَرْحَبًا بِابْنَتِي»، ثُمَّ أجْلَسَهَا عَنْ يَمِينِهِ أَوْ عَنْ شِمَالِهِ، ثُمَّ سَارَّهَا فَبَكتْ بُكَاءً شَديدًا، فَلَمَّا رَأى جَزَعَهَا، سَارَّهَا الثَّانِيَةَ فَضَحِكَتْ، فقلتُ لَهَا: خَصَّكِ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - مِنْ بَيْنِ نِسَائِهِ بالسِّرَارِ، ثُمَّ أنْتِ تَبْكِينَ! فَلَمَّا قَامَ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - سَألْتُهَا: مَا قَالَ لَكِ رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم -؟ قالت: مَا كُنْتُ لأُفْشِي عَلَى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - سِرَّهُ، فَلَمَّا تُوُفِّيَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قُلْتُ: عَزَمْتُ عَلَيْكِ بِمَا لِي عَلَيْكِ مِنَ الحَقِّ، لَمَا حَدَّثْتِنِي مَا قَالَ لَكِ رسول الله - صلى الله عليه وسلم؟ فقالَتْ: أمَّا الآن فَنَعَمْ، أمَّا حِيْنَ سَارَّنِي في المَرَّةِ الأُولَى فأخْبَرَنِي أنّ جِبْريلَ كَانَ يُعَارِضُهُ القُرآنَ في كُلِّ سَنَةٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ، وَأنَّهُ عَارَضَهُ الآنَ مَرَّتَيْنِ، وَإنِّي لا أُرَى الأجَلَ إِلاَّ قَدِ اقْتَرَبَ، فَاتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي، فَإنَّهُ نِعْمَ السَّلَفُ أنَا لَكِ، فَبَكَيْتُ بُكَائِي الَّذِي رَأيْتِ، فَلَمَّا رَأى جَزَعِي سَارَّنِي الثَّانِيَةَ، فَقَالَ: «يَا فَاطِمَةُ، أمَا تَرْضَيْنَ أَنْ تَكُونِي سَيِّدَةَ نِسَاءِ المُؤُمِنِينَ، أَوْ سَيَّدَةَ نِساءِ هذِهِ الأُمَّةِ؟» فَضَحِكتُ ضَحِكِي الَّذِي رَأيْتِ. متفقٌ عَلَيْهِ، وهذا لفظ مسلم. 687 - وعن ثَابِتٍ، عن أنس - رضي الله عنه - قَالَ: أتَى عَلَيَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - وَأنَا ألْعَبُ مَعَ الغِلْمَانِ، فَسَلمَ عَلَيْنَا، فَبَعَثَني إِلَى حاجَةٍ، فَأبْطَأتُ عَلَى أُمِّي. فَلَمَّا جِئْتُ، قالت: مَا حَبَسَكَ؟ فقلتُ: بَعَثَني رسولُ الله - صلى الله عليه وسلم - لِحَاجَةٍ، قالت: مَا حَاجَتُهُ؟ قُلْتُ: إنَّهاَ سرٌّ. قالت: لا تُخْبِرَنَّ بِسرِّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أحَدًا، قَالَ أنَسٌ: وَاللهِ لَوْ حَدَّثْتُ بِهِ أحَدًا لَحَدَّثْتُكَ بِهِ يَا ثَابِتُ. رواه مسلم وروى البخاري بعضه مختصرًا.

Bab 85. Menjaga Rahasia&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan.&quot; (al-Isra': 34)&nbsp;683. Dari Abu Said al-Khudri r.a, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya pada hari kiamat ialah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istrinya itupun menyetubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia istrinya itu,&quot; misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. (Riwayat Muslim)&nbsp;684. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a. pada suatu ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah. Umar berkata: &quot;Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya akan Hafshah, lalu saya berkata: &quot;Jikalau Anda suka, akan saya kawinkan Anda dengan Hafshah binti Umar.&quot; Usman menjawab: &quot;Akan saya fikirkan dulu persoalanku ini,&quot; -yakni suka mengawini atau tidaknya-. Saya -Umar- berdiam diri beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari-, kemudian ia menemui saya lalu berkata: &quot;Kini telah jelas dalam pendirian saya bahwa saya tidak akan kawin pada hariku ini.&quot; Selanjutnya saya bertemu dengan Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: &quot;Jikalau Anda suka, saya akan mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan seterusnya ia tidak kembali padaku sama sekali -yakni tidak memberikan jawaban apa-apa perihal ya atau tidaknya-. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka saya lebih sangat marahnya kepada Abu Bakar daripada terhadap Usman. Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinang oleh Nabi s.a.w. lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w. Setelah itu Abu Bakar menemui saya, kemudian iapun berkatalah: &quot;Barangkali Anda marah kepada saya ketika Anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan jawaban apapun pada Anda?&quot; Saya berkata: &quot;Ya.&quot; Abu Bakar lalu berkata lagi: &quot;Sebenarnya tidak ada yang menghalang-halangi saya untuk kembali -memberikan jawaban- kepada Anda itu perihal apa yang Anda tawarkan pada saya, hanya saja karena saya telah mengerti bahwa Nabi s.a.w. pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan akan mengawininya-. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahasia Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya -yakni tidak ada keinginan mengawininya-, sesungguhnya saya menerimanya -yakni suka mengawininya-. (Riwayat Bukhari) Taayyamat yaitu menjadi tidak bersuami lagi -yakni janda-, karena suaminya r.a. telah wafat. Wajad-ta artinya marah.&nbsp;685. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Kita semua para istri Nabi s.a.w. sedang berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian menghadaplah puterinya yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan berjalan dan -cara- berjalannya itu tidak ada salahnya sama sekali -yakni sama persis- dengan cara jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun menyambutnya dengan baik dan bersabda: &quot;Marhaban hai puteriku.&quot; Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau -menurut riwayat lain- di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya sekali lagi, lalu Fathimah tertawa.&quot; Saya -Aisyah- berkata kepada Fathimah: &quot;Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah s.a.w. diantara sekalian istri-istrinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis.&quot; Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu saya -Aisyah- bertanya kepada Fathimah: &quot;Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?&quot; Fathimah menjawab: &quot;Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah s.a.w.&quot; Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: &quot;Saya bersengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau meberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah menjawab: &quot;Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, yaitu beliau s.a.w. memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: &quot;Sesungguhnya saya tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang yang mendahului ialah saya mendahuluimu.&quot; Karena itu lalu saya menangis sebagaimana tangisku yang Anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: &quot;Hai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu -pemimpin- dari seluruh wanita dari kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan umat ini?&quot; Oleh karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang Anda lihat dulu itu.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Muslim.&nbsp;686. Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w. mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah saya datang, ibu lalu bertanya: &quot;Apakah yang menahanmu -sampai terlambat datangnya ini-?&quot; Saya berkata: &quot;Saya diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya.&quot; Ibu bertanya: &quot;Apakah hajatnya itu?&quot; Saya menjawab: &quot;Itu adalah rahasia.&quot; Ibu berkata: &quot;Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapapun juga.&quot; Anas berkata: &quot;Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan kepada seseorang, sesungguhnya saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai Tsabit.&quot; Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari meriwayatkan sebagian dengan diringkaskan. (HR.riyadhus_shalihin : 85)
No Hadist 86

86 - باب الوفاء بالعهد وَإنجاز الوَعد قَالَ الله تَعَالَى: {وَأوْفُوا بِالعَهْدِ إنَّ العَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا} [الإسراء: 34]، وقال تَعَالَى: {وَأوْفُوا بِعَهْدِ اللهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ} [النحل: 91]، وقال تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أوْفُوا بِالْعُقُودِ} [المائدة: 1]، وقال تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لاَ تَفْعَلُونَ} [الصف: 2 - 3].<br>688 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ». متفقٌ عَلَيْهِ. زَادَ في روايةٍ لمسلم: «وإنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أنَّهُ مُسْلِمٌ». 689 - وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما: أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «أرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ». متفقٌ عَلَيْهِ. 690 - وعن جابر - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ لي النبيُّ - صلى الله عليه وسلم: «لَوْ قَدْ جَاءَ مَالُ الْبَحْرَيْنِ أعْطَيْتُكَ هكَذَا وَهَكَذَا وَهكَذَا» فَلَمْ يَجِئْ مَالُ الْبَحْرَينِ حَتَّى قُبِضَ النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - فَلَمَّا جَاءَ مَالُ الْبَحْرَيْنِ أمَرَ أَبُو بَكْرٍ - رضي الله عنه - فَنَادَى: مَنْ كَانَ لَهُ عِنْدَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - عِدَةٌ أَوْ دَيْنٌ فَلْيَأتِنَا، فَأتَيْتُهُ وَقُلْتُ لَهُ: إنَّ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ لي كَذَا وَكَذَا، فَحَثَى لي حَثْيَةً فَعَدَدْتُهَا، فَإذَا هِيَ خَمْسُمِئَةٍ، فَقَالَ لِي: خُذْ مِثْلَيْهَا. متفقٌ عَلَيْهِ.

Bab 86. Memenuhi Perjanjian Dan Melaksanakan Janji&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan penuhilah perjanjian, karena sesungguhnya perjanjian itu akan ditanyakan.&quot; (al-Isra': 34)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan penuhilah perjanjian terhadap Allah, jikalau engkau semua menjanjikannya.&quot; (an-Nahl: 91)&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Hai sekalian orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji itu.&quot; (al-Maidah: 1)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Hai sekalian orang-orang yang beriman, mengapa engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua kerjakan? Besar sekali dosanya di sisi Allah jikalau engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua kerjakan itu.&quot; (as-Shaf: 2-3)&nbsp;687. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Tandanya orang munafik itu ada tiga, yaitu: jikalau ia berbicara berdusta, jikalau ia berjanji menyalahi dan jikalau ia dipercaya berkhianat.&quot; (Muttafaq 'alaih) Ia menambahkannya dalam riwayat Imam Muslim: &quot;Sekalipun orang itu berpuasa dan shalat dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Muslim.&quot;&nbsp;688. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara itu semuanya ada di dalam dirinya, maka orang itu adalah seorang munafik yang murni -yakni munafik yang sebenar-benarnya- dan barangsiapa yang di dalam dirinya ada satu perkara dari empat perkara tersebut, maka orang itu memiliki pula satu macam perkara dari kemunafikan sehingga ia meninggalkannya, yaitu: jikalau dipercaya berkhianat, jikalau berbicara berdusta, jikalau berjanji bercidera -yakni tidak menepati- dan jikalau bertengkar maka ia berbuat kecurangan -yakni tidak melalui jalan yang benar lagi-.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;Keterangan:Nifaq atau kemunafikan adalah suatu sifat yang ada di dalam hati manusia dan tidak dapat diketahui oleh orang lain. Kemunafikan adalah suatu penyakit rohani yang tidak dapat disembuhkan kecuali oleh orang itu sendiri. Kita dapat mengetahui seseorang itu dihinggapi oleh penyakit kemunafikan, hanyalah semata-mata dari tanda-tandanya yang lahiriyah belaka. Apakah kemunafikan itu? Kemunafikan ialah menunjukkan di luar sebagai seorang Muslim yang benar-benar keislaman dan keimanannya, tetapi dalam hatinya adalah sebaliknya. Orang munafik itu hakikatnya adalah orang yang memusuhi Agama Islam, menghalang-halangi perkembangan dan kemajuan Islam, tidak ridha dengan kepesatan dan keluhuran Islam dan dengan segala daya upaya hendak mematikan Agama Islam. Itulah yang terkandung dalam hatinya yang sebenar-benarnya. Hanya tampaknya saja ia sebagai pemeluk Islam yang setia. Bagi Islam orang munafik itu adalah sebagai musuh dalam selimut. Ia menggunting dalam lipatan atau menusuk kawan seiring dari belakang. Besar benar bahayanya kaum munafik itu terhadap Islam dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu Allah menjanjikan siksa yang pedih kepada kaum munafik itu dengan firmannya: &quot;Sesungguhnya orang-orang munafik itu ada di dalam tingkat terbawah dari neraka.&quot; Oleh sebab tidak seorangpun yang mengetahui isi hati seorang, maka oleh Rasulullah s.a.w. diuraikan tanda-tandanya kemunafikan, yaitu ada empat macam perkara. Dijelaskan oleh beliau s.a.w. bahwa barangsiapa yang memiliki empat macam perkara itu keseluruhannya, maka ia benar-benar dapat digolongkan dalam kelompok kaum munafik yang asli, tulen atau murni, bagaikan emas kemunafikannya sudah 24 karat. Tetapi apabila hanya satu perkara saja yang dimilikinya itu, maka ia telah dihinggapi satu macam penyakit kemunafikan tersebut.&nbsp;Adapun empat perkara itu ialah: Jikalau berbicara berdusta. Jikalau berjanji tidak menepati. Jikalau bertengkar atau bertentangan dengan seorang, lalu berbuat kejahatan. Jikalau membuat sesuatu perjanjian lalu merusakkan atau membatalkannya sendiri yakni tidak mematuhi isi perjanjian itu dengan sebaik-baiknya.Dalam hadis sebelumnya disebutkan bahwa salah satu sifat kemunafikan ialah: Jikalau dipercaya lalu berkhianat. Penyakit kemunafikan itu tetap berjangkit dalam diri seorang selama sifat-sifat buruk di atas (lima macam) tidak ditinggalkan, sekalipun orang tersebut mengerjakan shalat, puasa serta mengaku bahwa dirinya adalah manusia Muslim. Amat sederhana sekali tampaknya sifat-sifat kemunafikan yang banyaknya empat atau lima macam di atas itu, tetapi bahayanya amat besar sekali. Oleh sebab itu, selama masih ada satu penyakit kemunafikan itu menghinggapi seorang, maka tetap ia dapat dianggap sebagai orang munafik, jikalau penyakitnya itu tidak dilenyapkan sendiri, sekalipun taraf kemunafikannya masih rendah. Jadi kemunafikan seseorang itu dianggap tinggi atau rendah, murni atau tidak, hal itu tergantung kepada banyaknya sifat kemunafikan yang dimiliki olehnya. Jelasnya kemunafikannya itu dapat 20%, 40%, 60%, 80% atau 100% yakni tulen dan murni. Semoga kita semua dihindarkan dari sifat kemunafikan ini selama-lamanya.&nbsp;689. Dari Jabir r.a., katanya: &quot;Nabi s.a.w. bersabda kepada saya: &quot;Andaikata harta dari daerah Albahrain itu benar-benar telah tiba, tentulah saya akan memberimu sekian, sekian dan sekian.&quot; Tetapi harta dari Albahrain itu tidak pernah datang sampai Nabi s.a.w. wafat. Kemudian setelah harta dari Albahrain itu datang, Abu Bakar r.a. menyuruh supaya diserukan: &quot;Barangsiapa yang di sisi Rasulullah s.a.w. mempunyai suatu janji atau hutang, maka hendaklah datang ke tempat kami.&quot; Saya lalu mendatangi Abu Bakar r.a., dan saya berkata: &quot;Sesungguhnya Nabi s.a.w. pernah bersabda kepada saya demikian, demikian.&quot; Abu Bakar r.a. lalu memberikan kepada saya suatu pemberian, kemudian saya menghitungnya, tiba-tiba jumlahnya itu ialah lima ratus dirham dan Abu Bakar r.a. berkata: &quot;Ambillah dua kalinya itu lagi.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 86)
No Hadist 87

87 - باب المحافظة عَلَى مَا اعتاده من الخير قَالَ الله تَعَالَى: {إنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأنْفُسِهِمْ} [الرعد: 11]، وقال تَعَالَى: {وَلاَ تَكُونُوا كَالَّتِي نقضت غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أنْكَاثًا} [النحل: 92]. وَ «الأنْكَاثُ»: جَمْعُ نِكْثٍ، وَهُوَ الْغَزْلُ المَنْقُوضُ. وقال تَعَالَى: {وَلاَ يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ} [الحديد: 16]، وقال تَعَالَى: {فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا} [الحديد: 27].<br>691 - وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما، قَالَ: قَالَ لي رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «يَا عبْدَ الله، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلانٍ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ». متفقٌ عَلَيْهِ.

Bab 87. Memelihara Apa-apa Yang Sudah Dibiasakan Dari Hal Kebaikan -Istiqomah-&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Sesungguhnya Allah itu tidak mengubah keadaan yang ada dalam sesuatu kaum, sehingga kaum itu mengubah sendiri apa-apa yang ada di dalam diri mereka.&quot; (ar-Ra'ad: 11)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman lagi: &quot;Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.&quot; (An-Nahl: 92) Al-Ankats ialah jamaknya niktsun yaitu tenunan yang diurai dan tercerai-berai.&nbsp;Allah Ta'ala juga berfirman: &quot;Janganlah mereka itu menjadi seperti orang-orang yang diberi al-Kitab -yakni kaum Yahudi dan Nasrani- dari sebelum ini, kemudian panjang sekali masa yang berlalu atas mereka, lalu menjadi keraslah hati mereka itu.&quot; (al-Hadid: 16)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Kemudian mereka itu tidak suka memelihara -ketentuan-ketentuan Allah itu- dengan pemeliharaan yang sesungguh-sungguhnya.&quot; (al-Hadid: 27)&nbsp;690. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: &quot;Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dahulu ia suka berdiri shalat diwaktu malam, tetapi kini ia meninggalkan shalat di waktu malam itu.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 87)
No Hadist 88

88 - باب استحباب طيب الكلام وطلاقة الوَجه عند اللقاء قَالَ الله تَعَالَى: {وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنينَ} [الحجر: 88]، وقال تَعَالَى: {وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ القَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ} [آل عمران: 159].<br>692 - وعن عدي بن حاتمٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ». متفقٌ عَلَيْهِ. 693 - وعن أَبي هريرة - رضي الله عنه: أنَّ النبيَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ». متفقٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ بعض حديث تقدم بطولِه. 694 - وعن أَبي ذَرٍّ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ لي رسول الله - صلى الله عليه وسلم: «لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أخَاكَ بوَجْهٍ طَلْقٍ». رواه مسلم .

Bab 88. Sunnahnya Berbicara Yang Baik Dan Menunjukkan Wajah Yang Manis Ketika Bertemu&nbsp;&nbsp;Allah Ta'ala berfirman: &quot;Dan tundukkanlah sayapmu -yakni bersikap merendahkan dirilah- terhadap kaum mu'minin.&quot; (al-Hijr: 88)&nbsp;Allah Ta'ala berfirman pula: &quot;Andaikata engkau itu berakhlak jelek serta keras hati, sesungguhnya orang-orang itu sama lari dari sekelilingmu.&quot; (Ali-Imran: 159)&nbsp;691. Dari 'Adiy bin Hatim r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda: &quot;Takutlah engkau semua kepada neraka, sekalipun dengan jalan bersedekah dengan potongan kurma, maka barangsiapa yang tidak dapat menemukan itu, maka hendaklah bersedekah dengan mengucapkan perkataan yang baik.&quot; (Muttafaq 'alaih)&nbsp;692. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: &quot;Dan mengucapkan perkataan yang baik itu adalah merupakan sedekah.&quot; (Muttafaq 'alaih) Dan hadis ini adalah sebagian dari hadis yang lampau dengan kelengkapannya yang panjang -lihat hadis no.122-.&nbsp;693. Dari Abu Zar r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: &quot;Janganlah engkau menghinakan sesuatupun dari amal kebaikan -yakni sekalipun tampaknya kecil, janganlah tidak dilakukan-, meskipun andaikata engkau bertemu saudaramu dengan menunjukkan wajah yang manis,&quot; -atau berseri-seri tanda bersuka cita ketika bertemu itu-. (Riwayat Muslim) (HR.riyadhus_shalihin : 88)
No Hadist 89

89 - باب استحباب بيان الكلام وإيضاحه للمخاطب وتكريره ليفهم إذا لَمْ يفهم إِلا بذلك 695 - عن أنسٍ - رضي الله عنه: أنَّ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةً أعَادَهَا ثَلاَثًا حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أتَى عَلَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ سَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثَلاثًا. رواه البخاري. 696 - وعن عائشة رضي الله عنها، قالت: كَانَ كَلاَمُ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - كَلامًا فَصْلًا يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ يَسْمَعُهُ. رواه أَبُو داود.

Bab 89. Sunnahnya Menerangkan Dan Menjelaskan Pembicaraan Kepada Orang Yang Diajak Bicara Dan Mengulang-ulanginya Agar Dapat Dimengerti, Jikalau Orang Itu Tidak Dapat Mengerti Kecuali Dengan Cara Mengulang-ulangi Itu&nbsp;&nbsp;694. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. apabila berbicara dengan sesuatu pembicaraan, maka beliau s.a.w. mengulanginya -hingga- tiga kali sehingga dapat dimengerti apa yang dibicarakannya itu. Dan jikalau beliau s.a.w. itu datang pada sesuatu kaum, lalu memberikan salam kepada mereka, maka salam itu diucapkan sebanyak tiga kali.&quot; (Riwayat Bukhari)&nbsp;695. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: &quot;Percakapannya Rasulullah s.a.w. itu adalah merupakan percakapan yang terpisah-pisah -yakni jelas sekali antara kata yang satu dengan kata yang lainnya- dan dapat dimengerti oleh setiap orang yang mendengarnya.&quot; (Riwayat Abu Daud) (HR.riyadhus_shalihin : 89)
No Hadist 90

90 - باب إصغاء الجليس لحديث جليسه الذي ليس بحرام واستنصات العالم والواعظ حاضري مجلسه 697 - عن جرير بن عبدِ اللهِ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ لي رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في حَجَّةِ الْوَدَاعِ: «اسْتَنْصِتِ النَّاسَ» ثُمَّ قَالَ: «لاَ تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ». متفقٌ عَلَيْهِ.

Bab 90. Mendengarkannya Seorang Kawan Kepada Pembicaraan Kawannya Yang Tidak Berupa Pembicaraan Yang Haram Dan Memintanya Orang Alim Serta Juru Nasihat Kepada Orang-orang Yang Menghadiri Majelisnya Supaya Mereka Mendengarkan Baik-baik&nbsp;&nbsp;696. Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: &quot;Rasulullah s.a.w. bersabda dalam haji wada' -yakni haji terakhirnya Nabi s.a.w. sebagai tanda perpisahan-: &quot;Mintalah orang-orang itu supaya mendengarkan baik-baik.&quot; Kemudian beliau s.a.w. bersabda: &quot;Janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, lagi pula janganlah yang sebagian dari engkau semua itu memukul leher sebagian lainnya,&quot; maksudnya janganlah melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian, permusuhan dan pertempuran antara sesama kaum Muslimin.&quot; (Muttafaq 'alaih) (HR.riyadhus_shalihin : 90)